Lihat lebih banyak

Lewat Penelusuran Bitcoin, Penegak Hukum Ungkap Kasus Spoofing Terbesar di Dunia

3 mins
Diperbarui oleh Ahmad Rifai
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Penegak hukum bongkar praktik penipuan dengan skema spoofing yang telan kerugian lebih dari Rp2 triliun.
  • Manfaatkan data transaksi Bitcoin, mereka lacak pelaku kejahatan yang menyamar sebagai operator dari lembaga keuangan.
  • Para pelaku gunakan situs web iSpoof untuk menyamarkan identitas saat membangun komunikasi dengan calon korbannya.
  • promo

Operasi gabungan yang melibatkan lembaga penegakan hukum dari yurisdiksi Inggris, Amerika Serikat (AS), Ukraina, dan lembaga internasional lainnya berhasil membongkar praktik penipuan online dengan skema spoofing (menyamar sebagai pihak tertentu) yang ditaksir menelan kerugian lebih dari 100 juta pounds atau hampir mencapai Rp2 triliun.

Otoritas penegak hukum memanfaatkan data transaksi Bitcoin untuk melacak pelaku kejahatan yang menyamar sebagai operator dari lembaga keuangan global. Kepolisian Metropolitan London mengaku sudah mengendus aktivitas itu sejak tahun lalu. Namun, langkah tegas baru bisa dilakukan pekan ini seiring dengan berkembangnya penyidikan dari lembaga penegak hukum.

Dalam skema spoofing, para pelaku kejahatan menggunakan situs web iSpoof untuk menyamarkan identitas saat membangun komunikasi dengan calon korbannya. Mereka menyamar sebagai perwakilan dari bank jumbo seperti Barclays, Santander, HSBC, Halifax, First Direct, Natwest, NationWide, dan TSB.

Lewat situs tersebut, identitas dari pengguna disamarkan, sehingga seakan-akan penjahat yang menelepon terlihat dari badan keuangan resmi. Adapun situs tersebut memberikan opsi pembayaran dalam bentuk Bitcoin.

“Server dari situs web tersebut berisi harta karun berupa informasi dalam 70 juta baris data. Selain itu, pembayaran menggunakan Bitcoin juga dilacak,” jelas keterangan resmi dari Kepolisian Inggris pada hari Kamis (24/11).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat 59.000 calon tersangka. Untuk tahap awal, penyidik akan menyisir data pelaku kejahatan yang menghabiskan 100 pounds untuk pembelian Bitcoin.

Lewat spoofing, pelaku kejahatan lebih leluasa mendapatkan kredensial calon korbannya untuk kemudian menggasak dana yang ada di rekening bank. Di Inggris sendiri, sudah lebih dari 100 orang ditangkap karena dicurigai melakukan tindakan penipuan.

Terkait hal ini, Detektif Inspektur Polisi Metropolitan, Helen Rance, mengaku telah mengantongi identitas para pelaku kejahatan dan berjanji akan segera menemukan oknum tersebut.

“Setiap menit, sekitar 20 orang dihubungi oleh pelaku kejahatan yang bersembunyi dengan identitas palsu,” jelas Helen Rance.

Situs Web iSpoof Langsung Ditutup

Terbongkarnya operasi penipuan yang menyasar korban dari banyak negara itu merupakan bukti bahwa skema kejahatan yang terjadi terus berevolusi. Untuk mencegah terjadinya hal serupa, Otoritas Peradilan dan Penegakan Hukum di Eropa, Australia, AS, Ukraina, dan Kanada langsung menghapus situs web iSpoof.

Data dari Europol mengungkapkan bahwa ada lebih dari 3,7 juta euro berhasil didapatkan dari iSpoof hanya dalam kurun waktu 16 bulan. Selama 12 bulan terakhir, para pelaku kejahatan melakukan panggilan telepon sebanyak 350.000 kali dan dilakukan ke 200.000 orang.

Ilustrasi praktik ilegal yang andalkan Bitcoin | Sumber: Science.org

Gelombang penangkapan diprediksi masih akan terus terjadi. Pasalnya, penyidikan dikembangkan hingga ke wilayah Belanda, Australia, Perancis dan Irlandia.

Presiden Eurojust (Badan Kerja Sama Peradilan Pidana Uni Eropa), Ladislav Hamran, menambahkan bahwa kejahatan dunia maya tidak mengenal batas. Kerja sama yudisial yang efektif merupakan kunci untuk bisa membawa pelaku kejahatan ke pengadilan.

“Eurojust mendukung otoritas nasional dalam melindungi warga dari ancaman kejahatan offline maupun online,” imbuh Ladislav Hamran.

Tidak Ada yang Dapat Disembunyikan di Blockchain

Sifat anonimitas yang digembar-gemborkan oleh banyak orang terkait kripto sempat membuat banyak pihak khawatir. Pasalnya, dengan teknologi seperti itu, maka pelacakan identitas akan menjadi semakin sulit.

Namun, perlu diingat bahwa aset kripto apa pun itu jenisnya bersandar pada teknologi blockchain. Dalam teknologi ini, semua data keuangan terekam dengan jelas. Data tersebut tidak bisa dimodifikasi ataupun dihapus, sehingga setiap transaksi yang dilakukan justru tidak akan pernah tidak berjejak.

Biro Investigasi Federal (FBI) sebelumnya pernah mengatakan bahwa terdapat pergeseran yang signifikan dalam menjadikan mata uang kripto sebagai alat untuk melawan kejahatan.

“Penyelidik dapat mengikuti uangnya (lewat teknologi kripto),” jelas pihak FBI.

Hal ini terbukti dari tindakan yang dilakukan oleh para penegak hukum lintas dunia yang baru saja mengungkap aktivitas spoofing terbesar di dunia lewat pemanfaatn Bitcoin.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori