Matthew Sigel, Kepala Riset Aset Digital di VanEck, menyampaikan proyeksi mencengangkan mengenai harga Bitcoin di tengah gemuruh siklus pemilu yang tinggal menghitung hari.
Sigel mengungkapkan bahwa VanEck menggunakan model prediksi khususnya sendiri, yang memproyeksikan Bitcoin bisa menembus angka spektakuler US$3 juta (sekitar Rp47 miliar).
Mengapa VanEck Yakin Harga Bitcoin Bisa Segera Lepas Landas?
Dalam wawancaranya dengan CNBC baru-baru ini, Matthew Sigel memaparkan landasan di balik keyakinan VanEck akan potensi lonjakan harga Bitcoin. Ia menguraikan bahwa korelasi negatif antara Bitcoin dan dolar AS, serta korelasi positif dengan pertumbuhan suplai uang (M2), dapat menjadi dorongan kuat bagi Bitcoin. Sigel juga menyinggung dampak potensial dari hasil pemilu AS mendatang, menyoroti pola yang mirip pada tahun 2020 silam. Yakni, ketika Bitcoin melonjak setelah terbitnya pengumuman hasil pemilu.
Tak berhenti sampai di situ, Sigel mengangkat perihal aksi jual masif Bitcoin oleh pemerintah, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, yang secara tidak langsung membantu menenangkan tekanan jual di pasar. Di sisi lain, negara-negara BRICS, termasuk Rusia, sedang menggelar inisiatif strategis terkait Bitcoin. Langkah ini, menurut Sigel, bisa memberi angin segar bagi perkembangan Bitcoin di masa mendatang.
“Rusia bahkan telah meluncurkan inisiatif besar. Dana kekayaan negara mereka kini akan berinvestasi dalam proyek-proyek regional untuk membangun infrastruktur Bitcoin mining dan AI di seluruh BRICS, dengan tujuan memfasilitasi perdagangan global lewat Bitcoin,” ujar Sigel.
Sigel menuturkan, model prediksi VanEck memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai US$3 juta pada tahun 2050. Syaratnya, Bitcoin menjadi aset cadangan global. Prediksi ini didasarkan pada asumsi alokasi sebesar 2% dalam cadangan global serta laju pertumbuhan tahunan sekitar 16%.
“Kami punya model yang memproyeksikan bahwa pada 2050, dalam jangka sangat panjang, Bitcoin berperan sebagai aset cadangan yang digunakan dalam perdagangan global dan disimpan oleh bank sentral global dengan bobot yang sangat sederhana, hanya 2%. Berdasarkan model ini, kami sampai pada target harga US$3 juta untuk Bitcoin. Kedengarannya mungkin ekstrem, tapi itu adalah laju pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 16% selama beberapa dekade,” papar Sigel.
Saat ini, Bitcoin menunjukkan korelasi yang tinggi dengan aset-aset berisiko seperti NASDAQ. Hal ini pula yang mungkin masih menahan minat sebagian investor. Kendati demikian, Sigel optimistis tren ini bakal berubah seiring Bitcoin yang kian berkembang menjadi aset yang lebih independen.
Pada waktu publikasi, di mana kurang dari sepekan lagi menuju pemilu AS, harga Bitcoin telah melejit melampaui US$71.000. Kini, harganya hanya terpaut 4% dari raihan rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high / ATH) baru.
VanEck, perusahaan manajemen aset berbasis di AS dengan lebih dari US$107 miliar dalam aset kelolaan (AUM), termasuk US$1,8 miliar di aset digital, sebelumnya membuat prediksi yang lebih berani tiga bulan lalu. Mereka memproyeksikan harga Bitcoin bisa meroket hingga ke angka US$52,38 juta pada 2050 dalam skenario pasar yang sangat bullish.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi berani harga Bitcoin yang bakal sentuh Rp47 M tahun 2050? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.