Di tengah kegalauan pasar, perusahaan penambangan kripto 360 Mining berhasil mendapatkan pendanaan awal dari berbagai investor strategis. Perusahaan sukses meraup dana segar senilai US$2,25 juta atau sekitar Rp35,08 miliar. Rencananya, dana itu akan digunakan untuk meningkakan produksi gas alam dan memperluas kapasitas penambangan di wilayah Barnet Shale.
Beberapa investor global masuk dan ikut berpartisipasi dalam pendanaan tersebut; mulai dari BT Growth Capital LLC, Luxor Technologies, dan beberapa investor lainnya.
Injeksi modal tersebut bukanlah kali pertama yang berhasil dikantongi perusahaan. Sebelumnya, pada Oktober tahun lalu, 360 Mining telah mberhasil mengumpulkan dana sebesar US$6 juta lewat penggalangan dana awal.
Mahalnya tarif listrik yang dibarengi dengan merosotnya harga kripto di pasaran membuat para penambang harus bisa melakukan penyesuaian dengan menggunakan basis bahan bakar yang lebih murah.
Untuk diketahui, hasil produksi gas alam 360 Mining juga disalurkan dan dimonetisasi di 3 pasar yang tidak berkorelasi; antara lain: penambangan Bitcoin, penjualan gas tradisional, serta penjualan listrik melalui pembangkit terdistribusi di ERCOT.
360 Mining Siap Dapat Tambahan Hashrate 100 Ph/s
Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) 360 Mining, Chris Alfano, mengatakan perusahaan berfokus untuk membangun perusahaan pertambangan terbaik. Dengan demikian, adanya partisipasi dari Luxor dan beberapa investor strategis lainnya memvalidasi efektifitas dari model yang selama ini dilakukan perusahaan.
“Perusahaan juga bisa mendapatkan akses ke rangkaian lengkap perangkat lunak Luxor. Hal tersebut bakal membantu 360 Mining untuk menekan biaya dan melakukan optimalisasi operasi secara lebih baik,” jelasnya.
Senada dengan Alfano, co-founder dan Chief Operating Offier (COO) Luxor, Ethan Vera, menambahkan bahwa 360 Mining mampu memperluas model penambangan Bitcoin (BTC) pertama yang pemanfaatan energinya terintegrasi secara vertikal.
“Investasi yang kami lakukan memperkuat misi 360 Mining unuk menjadi penambang BTC yang berdaulat dan tangguh, terlepas dari kondisi hashprice saat ini,” tambah Vera.
Adanya tambahan modal akan membuat perusahaan lebih leluasa untuk menggenjot produksi bitcoinnya. Melalui utas Twitter, Chris Alfano mengungkapkan bahwa 360 Mining siap untuk mendapatkan tambahan 100 Ph/s .
Mengutip laman perusahaan, saat ini, 360 Mining memiliki kapasitas 5 megawatt (MW) di wilayah Texas. Mereka mengaku siap untuk meningkatkannya di tahun 2023 mendatang.
- Baca juga: Tertular Anjloknya Harga BTC, Volume Perdagangan Saham Mining Bitcoin Ukir Rekor Terendah
Pendanaan 360 Mining Terjadi saat Penambang Bitcoin Lain Sedang Krisis
Nasib yang dialami oleh 360 Mining nampak jauh lebih baik ketimbang perusahaan pernambangan Bitcoin lainnya. Pasalnya, beberapa perusahaan sejenis justru tengah berjuang untuk keluar dari kebangkrutan. Seperti Core Scientific, misalnya. Salah satu raksasa penambang BTC itu tengah berada di ambang kebangkrutan. Core Scientific sudah mengajukan penangguhan seluruh pembayaran utangnya kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC).
Landainya harga BTC dan yang tidak diikuti dengan penurunan biaya produksi membuat tekanan luar biasa dalam kinerja keuangannya. Akhirnya, Core Scientific pun memutuskan untuk tidak membayar utang jatuh tempo yang jatuh pada akhir Oktober dan November kemarin.
Apakah Menjadi “Hijau” adalah Satu-satunya Jalan Keluar?
Sudah hampir 1 tahun penuh harga Bitcoin terjerembab. Sejak awal tahun sampai hari ini (9/12), harga Bitcoin sudah turun 62,79%. Dari US$46.319 di awal tahun menjadi US$17.235 di perdagangan hari ini.
Terlebih lagi, biaya listrik yang digunakan untuk memproses penambangan Bitcoin tidak juga turun. Dengan kondisi seperti demikian, tidak menutup kemungkinan jika krisis akan menjalar ke perusahaan-perusahaan penambangan Bitcoin lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cambridge menyebutkan bahwa salah satu jalan untuk bisa tetap menghasilkan keuntungan di tengah kondisi yang menantang seperti sekarang adalah dengan beralih ke energi hijau.
“Proses memecahkan algoritma menghabiskan listrik yang besar dan bergantung pada bahan bakar fosil. Hal itu mendapat kritik dari pembuat kebijakan, investor dan juga masyarakat lain,” jelasnya.
Per Januari 2022, bahan bakar fosil membentuk 62% dari campuran energi untuk produksi Bitcoin. Jumlah tersebut sudah lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 65%. Sementara itu, untuk komponen penggunaan batu bara juga sudah turun menjadi 37% dari posisi sebelumnya, yakni sebesar 47%. Artinya produksi Bitcoin sudah mulai bergantung pada gas.
“Sementara peran energi berkelanjutan seperti nuklir, air, angin, dan matahari dalam bauran produksi Bitcoin masih berada di kisaran 38% dan hydro sebesar 15%,” pungkasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang pendanaan yang berhasil didapatkan oleh 360 Mining ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.