Laporan terbaru dari McKinsey mengungkap bahwa tokenisasi uang fiat, dalam hal ini stablecoin akan menjadi instrumen pembayaran generasi berikutnya. Hal itu bersandar pada tingginya kebutuhan transfer uang secara cepat, murah dan juga mudah.
Stablecoin sebagai bentuk lain dari uang tunai digital yang rilis sebagai token di blockchain saat ini muncul sebagai alternatif global bagi infrastruktur pembayaran konvensional. Partner di McKinsey Company, Matt Higginson dan Garry Spanz menyebut bahwa stablecoin sebagaian besar terbit dalam paritas dolar AS.
Sirkulasinya telah mengalami pertumbuhan ganda selama 18 bulan terakhir dan memfasilitasi US$30 miliar transaksi per hari. Atau kurang dari 1% arus uang global.
Sebagai perbandingan, infrastruktur pembayaran yang ada saat ini memproses sekitar US$5 triliun hingga US$7 triliun transfer uang global setiap harinya. Termasuk transfer uang institusional, komersial dan juga konsumen.
Namun menariknya, volume transaksi stablecoin telah tumbuh secara organik dan signifikan dalam 4 tahun terakhir.
“Jika laju pertumbuhan ini berlanjut, transaksi stablecoin bisa melewati pembayaran konvensional dalam waktu kurang dari 1 dekade, dan berpotensi lebih cepat,” jelas laporan.
Kemampuannya yang beroperasi secara berkelanjutan, penyelesaian transaksi instan dan pengendalian risiko operasional yang lebih baik, mampu memecahkan masalah yang ada di dunia nyata dan menawarkan proposisi nilai yang menarik bagi end user. Sehingga pada akhirnya dapat mengakselerasi adopsi.
Global Dollar Network
Tingginya potensi akan stablecoin membuat salah satu crypto exchange global, OKX ikut bergabung dengan Global Dollar Network. Sebuah jaringan terbuka yang bertujuan mempercepat adopsi stablecoin di seluruh dunia.
Masuknya OKX menambah panjang deret entitas yang menjadi mitra inti jaringan tersebut, termasuk Worldpay, Kraken, Anchorage Digital, Paxos, Robinhood dan 30 entitas lainnya.
Pendiri OKX Ventures, Jeff Ren melalui keterangan resminya menuturkan, sebagai bagian dari kemitraan, perusahaan juga mengintegrasikan Global Dollar (USDG). Stablecoin yang rilis oleh Paxos itu menggunaan paritas dalam dolar AS.
“Bergabung dengan jaringan ini lebih dari sekadar integrasi teknis. Melainkan langkah strategis menuju misi yang lebih luas, yakni memberdayakan masyarakat dengan perangkat yang mereka butuhkan untuk mengendalikan masa depan keuangan mereka sendiri,” jelas Ren.
Nah di tahun ini, lanjut Higginson dan Spanz, bisa menjadi titik balik bagi stablecoin. Lantaran sejumlah undang-undang seperti GENIUS Act, telah mendapatkan pengesahan pada Juni kemarin. Membuat operasionalisasi stablecoin menjadi lebih jelas lantaran terdapat aturan yang mengawasinya.
“Nilai total stablecoin yang terbit telah berlipat ganda menjadi US$250 miliar, dari US$120 miliar pada 18 bulan lalu. Diprediksi, angkanya akan mencapai lebih dari US$400 miliar di akhir tahun dan US$2 triliun pada tahun 2028,” tulis laporan.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
