Kehadiran fitur staking rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi investor kripto tanah air. Melalui layanan tersebut, investor tidak hanya berpeluang mendapatkan keuntungan dari mekanisme perdagangan, namun juga bisa memperoleh pendapatan pasif dengan melakukan staking atas kripto yang dimilikinya.
Salah satu crypto exchange yang beroperasi di Indonesia, Reku, mengaku pihaknya berhasil mencatatkan pertumbuhan volume staking bulanan sebanyak 3 kali lipat dibanding tahun sebelummya. Untuk dipahami, Reku sendiri baru merilis fitur tersebut tahun lalu. Lewat mekanisme itu, perusahaan menawarkan reward staking hingga 12,5% per tahun.
Chief Executive Officer (CEO) Reku, Jesse Choi, menjelaskan bahwa pertumbuhan volume staking tidak hanya menggambarkan tingginya minat, tetapi lebih dari itu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa staking menjadi salah satu pilihan utama investor di industri kripto.
“Peningkatan signifikan terjadi pada bulan Maret lalu. Momen tersebut bertepatan dengan pergerakan Bitcoin (BTC) yang mencapai all-time high (ATH) di level Rp1 miliar sebelum halving dimulai, yang turut memengaruhi altcoin seperti Ethereum (ETH), Polygon (MATIC), dan sejumlah altcoin lain,” terang Jesse dalam keterangan resmi.
Menurutnya, staking merupakan salah satu strategi yang dapat dimanfaatkan saat kondisi pasar menghijau maupun sideways. Terlebih, bagi investor yang berfokus pada investasi jangka panjang dan tidak memiliki banyak waktu untuk trading.
Potensi Staking Pasca Peluncuran ETF Ethereum
Perkembangan fitur staking di ekosistem aset kripto terbilang cukup pesat dalam satu hingga dua tahun terakhir. Analis kripto Reku, Fahmi Almuttaqin, mengungkapkan bahwa fitur tersebut tumbuh seiring dengan semakin meningkatnya adopsi blockchain dan aplikasi terdesentralisasi.
Transisi Ethereum, yang merupakan aset kripto terbesar kedua, dari mekanisme konsensus proof-of-work ke proof-of-stake disebut Fahmi juga ikut memengaruhi. Pasalnya, banyak investor yang akhirnya menggunakan staking sebagai cara mengamankan dan mengoperasikan jaringan, membuat staking di ekosistem kripto semakin menarik.
“Peningkatan jumlah pengguna di jaringan Ethereum yang berimbas pada meningkatnya pendapatan jaringan yang didistribusikan kepada para staker ETH, sempat menciptakan situasi di mana jumlah ETH yang bersirkulasi di pasar mengalami penurunan. Artinya, para staker mendapatkan keuntungan ganda, yakni dari potensi capital gain karena meningkatnya nilai kelangkaan ETH serta dari yield atau reward staking yang didapatkan,” lanjut Fahmi.
Sementara itu, menyoal kehadiran ETF Ethereum spot, dalam kacamata Fahmi, perkembangan staking juga akan semakin menarik jika bisa terintegrasi dengan produk seperti ETF. Hal itu karena dari sisi keamanan nilai aset cukup memungkinkan, di mana reward staking berfluktuasi sesuai dengan tingkat utilitas dan adopsi jaringan, sehingga tidak menciptakan hyperinflation yang dapat membuat nilai aset kripto yang ada di dalam staking menjadi terdilusi.
Bagaimana pendapat Anda tentang kehadiran fitur staking yang jadi pilihan bagi investor kripto Indonesia ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.