Selama sesi perdagangan tanggal 28 Mei, segerombolan bull Arbitrum (ARB) berhasil mengambil alih kendali pasar. Mereka sanggup memacu harga token layer-2 (L2) ini ke atas exponential moving average (EMA) 20 hari yang krusial.
Kendati hal ini kerap menunjukkan potensi perubahan menuju tren naik, hasil pengamatan pada indikator teknikal utama lainnya menunjukkan bahwa tren naik mungkin akan terwujud lebih lambat dari ekspektasi.
Distribusi Lebih Tinggi Ketimbang Akumulasi
Relative Strength Index (RSI) Arbitrum nangkring di bawah zona netral 50 pada saat publikasi. Indikator ini mengukur momentum pergerakan harga aset.
Ketika indikator ini bertengger di atas 70, ini mengindikasikan bahwa aset mungkin sudah overbought (jenuh beli). Sebaliknya, nilai RSI di bawah 30 menunjukkan aset mungkin sudah oversold (jenuh jual), yang berpotensi menandakan peluang beli.
Di angka 44,50 ketika publikasi artikel, indikator ini menunjukkan bahwa walaupun ARB diperdagangkan di atas moving average, aksi jualnya masih melampaui akumulasinya.
Untuk mengonfirmasi lonjakan tekanan jual, Chaikin Money Flow (CMF) ARB kembali memancarkan nilai negatif -0,09 pada saat ini.
Indikator ini berguna menakar tekanan beli dan jual dalam pergerakan harga suatu aset. Ketika indikator ini menampilkan nilai di atas nol, artinya ada lebih banyak uang mengalir ke aset yang bersangkutan pada hari-hari naik. Kondisi ini pula yang menjadi petunjuk untuk peluang akumulasi oleh investor.
Sebaliknya, nilai CMF negatif menunjukkan, lebih banyak uang mengalir keluar pada hari-hari turun. Ini bisa menjadi indikasi dari distribusi investor. Lebih lanjut, nilai CMF yang negatif juga sering dianggap sebagai sinyal untuk keluar dari posisi long dan memasang posisi short. Sebab, kondisi ini biasanya investor tafsirkan dapat menyeret harga aset untuk turun.
Aksi Berseberangan dari Trader Futures ARB
Fenomena anjloknya jumlah alamat aktif harian ARB membuat peluang untuk koreksi harga lebih besar. Selain itu, data on-chain yang dievaluasi menggunakan moving average 7 hari menunjukkan bahwa dalam seminggu terakhir, jumlah alamat harian yang melakukan transaksi ARB sudah menyusut nyaris 10%.
Menariknya, terlepas dari sentimen bearish yang signifikan di pasar ARB, para trader futures tetap mempertahankan prospek bullish. Funding rate untuk token ini di seluruh crypto exchange terekam masih tetap positif.
Sebagai informasi, funding rate digunakan dalam kontrak perpetual futures untuk memastikan harga kontrak tetap mendekati harga spot.
Ketika funding rate aset positif, artinya permintaan untuk posisi long lebih tinggi di kontrak futures perpetual ketimbang untuk posisi short. Kondisi ini menjadi pertanda bullish. Sebab, itu berarti ada lebih banyak trader yang melakukan akumulasi dalam rangka antisipasi reli harga.
Apabila hal ini mampu mendongkrak jumlah permintaan untuk ARB, maka harganya kemungkinan akan terus diperdagangkan di atas EMA 20 hari dan bermuara di US$1,2.
Namun, jika ternyata bear berhasil memegang kendali pasar dan menaruh tekanan lebih besar pada harga, ARB berisiko terpesorok ke angka US$1,11.
Bagaimana pendapat Anda tentang analisis harga Arbitrum (ARB) ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.