Tether memang tidak memiliki akses langsung ke sistem perbankan Amerika Serikat (AS). Namun, penerbit stablecoin USDT ini dilaporkan untuk sementara menemukan setidaknya satu jalur melalui Signature Bank.
Berdasarkan laporan Bloomberg pada hari Rabu (5/4), Tether menginstruksikan para klien kripto untuk membayar stablecoin USDT dengan mengirimkan dolar AS (USD) ke mitra perbankan mereka yang berbasis di Bahama, yaitu Capital Union Bank, melalui platform pembayaran Signet yang dimiliki Signature Bank.
Signet sendiri adalah jaringan pembayaran yang memungkinkan para klien kripto untuk saling mengirim dolar AS (USD) fiat untuk menyelesaikan perdagangan. Aktivitas ini dapat dilakukan termasuk di luar jam kerja normal, yang sesuai dengan sifat transaksi kripto yang beroperasi selama 24 jam dan 7 hari secara penuh.
Meskipun tidak jelas kapan penyiapan semacam itu dari Tether dimulai, hal tersebut terjadi ketika Signature Bank disita oleh regulator AS sejak 12 Maret lalu.
Klaim Tidak Punya Eksposur
Adanya pengaturan tersebut menggarisbawahi kesulitan yang dimiliki perusahaan kripto untuk mengakses sistem perbankan AS, bahkan sebelum Signature dan bank ramah kripto lainnya seperti Silvergate Capital sama-sama runtuh pada bulan Maret lalu.
Kurang ramahnya sejumlah bank terhadap perusahaan kripto, mendorong sejumlah pelaku industri mencari alternatif di bank yang lebih kecil dan lebih ramah.
Alma Angotti, yang sempat menduduki posisi penegakan hukum senior di Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) serta Departemen Keuangan AS, dan kini menjadi mitra di perusahaan konsultan Guidehouse, memberikan komentarnya.
Menurutnya, Tether yang beroperasi secara offshore tidak pernah dikenai sanksi. Oleh karena itu, melakukan bisnis dengan bank ramah kripto seperti Signature Bank tidak akan ilegal. Namun, bank berada di bawah ekspektasi peraturan untuk mengetahui siapa yang mengakses produk dan layanan mereka.
Jika Signature Bank mengetahui dan mengizinkan pengaturan tersebut agar Tether dapat menggunakan platform mereka, itu mungkin menunjukkan adanya risiko yang tinggi.
“Mereka [Signature] mungkin sudah mengetahui dan memutuskan bahwa ini lebih tidak berisiko daripada membuka akun untuk Tether secara langsung,” jelas Alma Angotti.
Dalam sebuah keterangan terkait hal ini, pihak Tether mengatakan, “Bank yang digunakan oleh Tether selalu memiliki akses ke beberapa saluran perbankan dan rekanan. Manajemen risiko perusahaan memungkinkan kami untuk mengidentifikasi risiko dan kelemahan tertentu yang telah dilewatkan orang lain. Hal ini memastikan entitas kami tidak akan dipengaruhi oleh paparan langsung atau tidak langsung terhadap Signature.”
Nasib Signature Bank Usai Disita Regulator AS
Dalam perkembangannya, Signature Bank disita oleh regulator negara bagian New York dan diserahkan ke lembaga penjamin simpanan di AS, yaitu Federal Depository Insurance Corporation (FDIC), pada 12 Maret lalu.
Jaksa AS pada 15 Maret lalu dilaporkan sedang menyelidiki pekerjaan Signature Bank dengan para klien kripto sebelum akhirnya tiba-tiba ditutup. Signature diperiksa apakah mereka mengambil langkah yang cukup untuk mendeteksi potensi pencucian uang oleh para kliennya.
Setelah ditutup, deposit di Signature dan beberapa pinjamannya dijual ke unit bisnis Bancorp pada 19 Maret lalu. Namun, deposit terkait kripto di Signature dan jaringan pembayaran Signet bukan bagian dari kesepakatan pengambilalihan itu.
Adapun penutupan Silvergate dan Signature yang merupakan bank ramah kripto mempersulit sejumlah platform dan investor kripto untuk mentransfer mata uang tradisional.
Tether Sempat Coba Buka Rekening di Signature Bank pada 2018
Capital Union, yang berbasis di Nassau, Bahama, mencantumkan aset digital sebagai salah satu bisnis utama mereka, bersama dengan pinjaman, pengelolaan kekayaan, serta perdagangan dan eksekusi.
Perusahaan yang didirikan pada tahun 2013 ini melaporkan pendapatan bersih sebesar US$50,1 juta dan total aset sebesar US$1,56 miliar pada tahun 2021.
Selain Capital Union, entitas lain seperti Deltec Bank & Trust turut menjaga cadangan kas Tether. Sementara itu, Cantor Fitzgerald adalah kustodian untuk obligasi US Treasury yang dipegang oleh Tether.
Selama bertahun-tahun, Tether dilaporkan telah mencoba mendapatkan akses ke sistem perbankan AS. Berdasarkan laporan WSJ pada 3 Maret lalu, eksekutif Tether dan crypto exchange afiliasi mereka, yakni Bitfinex, telah mencoba untuk membuka rekening di Signature pada tahun 2018. Namun, bank itu menutup dua rekening yang terkait dan menolak upaya lain.
Pada hari penutupan Signature Bank, Chief Technology Officer (CTO) Tether, Paolo Ardoino, mengatakan bahwa perusahaannya tidak memiliki eksposur ke bank tersebut.
Merespon pemberitaan terbaru dari Bloomberg, Paolo Ardoino kembali menegaskan pernyataannya.
“Tether tidak memiliki paparan langsung atau tidak langsung ke Signature. Manajemen risiko yang baik [dari kami] ketika semua orang gagal [melakukannya],” tulis Ardoino.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.