YouTube, platform berbagi video, menghentikan sejumlah kanal yang berfokus pada cryptocurrency. Salah satunya adalah kanal milik Bankless yang menjadi ‘korban’ tindakan YouTube. Bankless merupakan kanal YouTube yang konten-kontennya fokus pada Ethereum.
Kanal tersebut diblokir tiba-tiba pada Minggu, 8 Mei 2022. Channel tersebut memiliki 151.000 pengikut, konten berdurasi lebih dari 10.000 jam, dan sudah ditonton 7 juta kali.
Penutupan tersebut membuat Bankless melempar cuitan di Twitter. Ia menyebut channel-nya telah dihapus tanpa peringatan atau justifikasi. Cuitan tersebut di-retweet hingga 7.000 kali.
Bankless Ajukan Petisi untuk Pemulihan Kanal Youtube
Bankless lantas mengirim pesan ke CEO Youtube, Susan Wojcicki, untuk mengajukan petisi pemulihan saluran YouTube miliknya. Pada 9 Mei tim YouTube mengonfirmasi lewat Twitter bahwa kanal Bankless sudah aktif kembali. Mereka meminta maaf atas kejadian tersebut, tetapi tidak memberi penjelasan mengapa kanal Bankless diblokir.
Bankless kembali melemparkan cuitan yang ditujukan ke Wojcicki. Di cuitan itu, Bankless menulis bahwa konten bertema kripto rasanya kerap menjadi sasaran pemblokiran dan komunitas kripto bertanya-tanya soal sejumlah peristiwa penutupan kanal seputar kripto.
Wojcicki lantas membalas cuitan Bankless yang isinya mengajak Bankless untuk berbicara dengan YouTube secara offline. Wojcicki juga mengakui bahwa ia suka akan percakapan seputar kripto yang terjadi di YouTube dan sangat tertarik dengan Web3.
Cuitan Bankless mengenai kripto yang sering dijadikan sasaran pemblokiran beralasan. Sebab, di waktu berdekatan, akun edukasi kripto lainnya, yakni Optimism Collective dan Gabriel Haines.eth, juga diblokir YouTube.
Ketiadaan alasan dari YouTube yang menutup sejumlah akun kripto dan web3 memunculkan asumsi lain. Ini tampak pada cuitan pendiri Aave, Stani Kulechov, yang mengomentari pemblokiran akun dan memunculkan gagasan untuk membentuk web3 sosial. Berikut isi cuitannya:
“Tampaknya @YouTube (@Google) telah melarang akun-akun edukasi web3 di YouTube termasuk @BanklessHQ, @gabrielhaines dan @optimismPBC menghapus konten dan kemampuan mereka untuk berbagi informasi dengan audiens mereka. Kita semua perlu beralih ke web3 sosial untuk menjaga kebebasan berbicara kita.”
Sejumlah akun di Twitter mencemooh larangan yang diberlakukan ke Bankless dan akun kripto lainnya, utamanya karena tidak ada peringatan atau justifikasi. Mereka mengkritik YouTube yang telah menargetkan kanal pendidikan kripto, tetapi membiarkan sejumlah saluran lain ymenjajakan penipuan terkait kripto.
Namun, per hari ini (10/5), saat diakses oleh tim Be[In]Crypto, nampaknya kanal milik Bankless sudah dipulihkan oleh pihak YouTube.
Banyak Kanal Kripto Kena Sanksi YouTube
Maret lalu, YouTube menghapus video di akun programmer kripto, Ivan on Tech, dan reporter berita kripto, The Moon. Ivan on Tech menyatakan ia menerima teguran atas videonya yang dihapus YouTube. Sementara, The Moon mengatakan YouTube mengancamnya lewat teguran setelah menghapus videonya. Ia lantas mengeluarkan cuitan menyatakan bahwa pembersihan kripto masih terjadi.
Teguran yang dikeluarkan YouTube ke dua akun tersebut pada dasarnya membatasi kemampuan pembuat konten untuk mengunggah video, live streaming untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan jumlah teguran yang diterima atau pelanggaran yang dilakukan. Tak lama, akun Ivan on Tech dan The Moon kembali online.
Tidak hanya di tahun ini, pada akhir Desember 2019, banyak YouTuber kripto mengalami larangan, seperti Chris Dunn, Crypto Beadles, dan Altcoin Daily. YouTube mengakui telah mengambil tindakan keliru menghapus video edukasi cryptocurrency dari platform mereka.
Akun pendiri Aave, Stani Kulechov, juga pernah dinonaktifkan. Bukan di YouTube, melainkan di Twitter. Awal mula terjadi ketika Kulechov mengeluarkan tweet humor, mendaku bergabung dengan Twitter sebagai CEO sementara. Setelah tweet itu muncul, akunnya kena larangan Twitter.
Akun Kulechov kembali aktif setelah larangan berlangsung lebih dari 15 jam. Gara-gara peristiwa itu, Kulechov merilis ekosistem media sosial terdesentralisasi bernama Lens Protocol.
DeSo Lawan Media Sosial Terpusat
Platform media sosial terdesentralisasi (decentralized social media [DeSo]) muncul sebagai simbol perlawanan terhadap platform media sosial terpusat yang dinilai tidak adil bagi anggota komunitas dan pembuat konten.
Content Lead and Community Manager Subsocial, Yung Beef, menilai jejaring sosial terpusat rentan terhadap banyak hal yang tidak jelas, dengan algoritma misteri yang mengontrol apa yang dilihat orang. Sebagian orang terkena shadowban atau dilarang langsung dengan berbagai alasan.
“Dan itu menjadi lebih buruk ketika Anda mempertimbangkan banyak hal bahwa mata pencaharian orang ada di platform tersebut dan tagihan makanan mereka sepenuhnya atas kehendak otoritas pusat,” kata Yung.
Sementara, pendiri dan CEO Entre, Michael Marra, yakin bahwa media sosial terdesentralisasi memberikan kekuasaan kembali kepada orang-orang. DeSo berpotensi meningkatkan kesetaraan dan skala privasi demi kepentingan pengguna dan pembuat konten. Ia bisa membentuk kembali industri media sosial dan mendefinisikan ulang era kebebasan berbicara digital di era Web3.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.