Dengan peluncuran mainnet Base yang pada tanggal 9 Agustus kemarin, kini antusiasme semakin meningkat seputar blockchain Ethereum layer-2 (L2) milik Coinbase.
Setelah berhasil meluncurkan testnet pada bulan Februari lalu, Coinbase mendeskripsikan Base sebagai “L2 Ethereum yang aman, murah, dan ramah pengembang, yang dirancang untuk membawa miliaran pengguna baru ke web3.”
Namun, di tengah persaingan solusi penskalaan (scaling) Ethereum yang semakin ramai, apa saja yang membuat Base berbeda dari L2 lainnya?
Jaringan Ethereum terkenal memiliki berbagai proyek layer-2 (L2) di dalamnya. Cari tahu dan temukan proyek L2 manakah yang sesuai dengan preferensi Anda di Daftar Layer 2 Ethereum Terpopuler untuk Solusi Penskalaan Blockchain di 2023.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lima fitur utama dari jaringan blockchain baru ini yang membuatnya berbeda dari yang lainnya.
1. Chain Base Dibangun Menggunakan OP Stack
Untuk membangun Base, Coinbase menggunakan OP Stack, sebuah kerangka kerja modular open-source yang dikembangkan oleh tim di balik Optimism. Di saat ekosistem Ethereum memasuki era pengembangan yang berfokus pada rollup, OP Stack menjadi alat yang populer di kalangan pengembang L2 yang ingin menerapkan optimistic rollup.
Meskipun mainnet Base akan berfungsi sebagai jaringan yang terpisah dari Optimism, namun keputusan untuk menggunakan OP Stack berarti akan ada tingkat interoperabilitas yang tinggi antara L2 tersebut.
Sejak awal, tim pengembangan Base telah berkolaborasi erat dengan OP Labs, pengembang inti dari OP Stack. Terlebih lagi, kedua proyek ini juga sejalan dalam hal pendekatan mereka terhadap penskalaan Ethereum. Dengan visi bersama untuk mewujudkan “Superchain” L2 yang terdesentralisasi dan interoperable, Base berupaya untuk terus melanjutkan aksi yang sudah dimulai oleh Optimism tersebut.
Dengan menekankan visi Superchain tersebut, para pengembang Base telah berkomitmen untuk membagikan biaya transaksi jaringan dengan Optimism Collective.
2. Base Tidak Punya Native Token Sendiri
Mungkin Anda bertanya-tanya, apa token yang digunakan oleh Base? Namun, berbeda dengan L2 lainnya, Base tidak memiliki token jaringan khusus dan tidak ada rencana untuk menerbitkan token tersebut.
Bisa dibilang, desain tanpa token ini hanya memungkinkan untuk mereka terapkan berkat dukungan Coinbase, yang memberikan legitimasi pada chain Base. Berbeda dengan solusi lain yang sebanding dengannya, proyek ini tidak menawarkan insentif token untuk mengunci aset di Base.
Sejak peluncuran mainnet, total value locked (TVL) di blockchain Base telah naik menjadi lebih dari 61.000 ETH. Dalam USD, jumlah itu setara dengan TVL sekitar US$112 juta. Sebagian besar dari jumlah ini kemungkinan besar berasal dari Coinbase, karena Coinbase ingin meningkatkan likuiditas di jaringannya.
Sementara itu, keputusan untuk tidak menerbitkan native token Base sendiri mengikuti filosofi untuk tetap “sedekat mungkin” dengan Ethereum. Sebagai upaya untuk menarik pengembang Ethereum, Base berusaha untuk mereplikasi fitur-fiturnya dengan cermat sambil mengembangkan fungsionalitasnya agar sejalan dengan L2 lainnya.
3. Punya Ambisi Ekosistem yang Lebih Luas
Coinbase adalah pihak yang mendanai pengembangan Base. Crypto exchange ini bermaksud menggunakan blockchain tersebut untuk menggerakkan berbagai produk di masa mendatang.
Namun, terlepas dari dorongan awal ini, visi Base adalah membangun ekosistem terbuka yang akan menarik aplikasi lain. Dalam hal ini, mereka mirip dengan chain BNB, yang tumbuh dari upaya crypto exchange Binance tetapi sekarang berjalan sebagian besar secara mandiri dari perusahaan yang membangunnya.
Mirip seperti Binance, Coinbase adalah salah satu merek kripto yang paling terkenal di dunia. Base berencana memanfaatkan kesadaran merek ini untuk menarik pengguna.
Tentu saja, dengan aset kripto senilai US$120 miliar di platform miliknya dan jutaan pengguna aktif, Coinbase dapat memberikan nilai yang signifikan bagi Base. Namun, jika mereka ingin mencapai impian satu miliar pengguna web3, Base perlu mendemonstrasikan use case yang melampaui dunia perdagangan aset kripto yang terbatas.
Untuk mencapai tujuan ini, Base telah menyambut sejumlah partisipan testnet. Selain itu, tim Base juga telah memberikan undangan kepada para builder baru untuk bergabung dalam jaringannya.
Selain Coinbase dan Binance, ada berbagai crypto exchange yang tersedia di pasaran. Simak ulasan selengkapnya di 9 Crypto Exchange Terbaik untuk Investor dan Trader Pemula.
4. Berkomitmen pada Desentralisasi
Keterlibatan Coinbase memancing kritik bahwa Base “dimiliki” oleh sebuah korporasi swasta. Namun, dunia kripto rupanya memang terkenal skeptis terhadap proyek-proyek blockchain yang tidak mengikuti filosofi desentralisasi.
Saat ini, satu-satunya sequencer di jaringan Base adalah Coinbase. Dengan kata lain, server yang dikendalikan oleh perusahaan tersebut hanya bertanggung jawab untuk memvalidasi transaksi.
Namun, Base memiliki roadmap untuk desentralisasi dalam beberapa bulan dan tahun mendatang. Ke depannya, operasi dan tata kelolanya akan bertransisi menjadi sesuatu yang lebih mirip dengan Ethereum.
Sebagai tahap peralihan, langkah pertama mereka adalah mendelegasikan kekuasaan pengambilan keputusan dari pengembang inti Base kepada “dewan keamanan” yang mewakili para pemangku kepentingan utama. Kemudian, seiring dengan pertumbuhan ekosistem Base, ekosistem ini akan meluncurkan mekanisme tata kelola yang lebih demokratis untuk merepresentasikan keberagaman peserta jaringan.
5. Dukung Abstraksi Akun
Dalam jargon Ethereum, ada dua jenis “akun.” Akun kontrak mengeksekusi kode setelah menerima transaksi. Sementara itu, akun yang dimiliki secara eksternal (externally owned account/EOA) berfungsi sebagai alamat yang mengirim dan menerima Ether.
Dalam hal ini, pengguna berinteraksi dengan Ethereum menggunakan EOA, yang merupakan satu-satunya cara untuk memulai transaksi atau mengeksekusi smart contract. Sementara itu, konsep abstraksi akun sendiri menggambarkan situasi di mana pengguna berinteraksi dengan jaringan tanpa memiliki akun yang mendasarinya.
Dengan kata lain, konsep ini memungkinkan EOA pihak ketiga untuk menjalankan transaksi atas nama orang lain. Sehingga, hal ini memungkinkan pengguna untuk dapat berinteraksi dengan smart contract tanpa harus membayar biaya gas atau khawatir tentang penyimpanan kunci pribadi.
Terkait hal ini, ada dua perusahaan, yakni Gelato dan Safe, yang bekerja sama untuk membantu memfasilitasi abstraksi akun di Base. Seperti yang dibahas dalam unggahan blog Gelato, mainnet Base dilengkapi dengan abstraksi akun Software Development Kit (SDK). SDK ini akan membantu para pengembang web3 untuk membangun abstraksi akun ke dalam aplikasi mereka dengan mudah.
Bagaimana pendapat Anda tentang fitur-fitur yang dimiliki chain L2 Base dari Coinbase ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.