Trusted

Tim Draper Akui Ada Oknum yang Tiru Suaranya dengan Artificial Intelligence untuk Penipuan Kripto

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Tim Draper mengumumkan di akun X miliknya bahwa ada penipu yang menggunakan teknologi AI untuk meniru suaranya dan melakukan penipuan kripto.
  • Kejadian yang dialami oleh Tim Draper ini mirip dengan kasus penipuan menggunakan teknologi deep fake yang sempat terjadi di Cina pada bulan Mei lalu.
  • Perkembangan AI yang semakin canggih dan pesat memang sudah diprediksi akan menimbulkan penyalahgunaan oleh oknum tak bertanggung jawab.
  • promo

Tim Draper, pendiri perusahaan venture capital (VC) Draper Associates, memperingatkan bahwa ada aktivitas penipuan yang berpura-pura menjadi dirinya dengan menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).

Dalam akun X (Twitter), Draper menyebut bahwa oknum tersebut menggunakan teknologi canggih untuk membuat suara mirip dengan dirinya dan meminta transfer sejumlah aset kripto.

“Rupanya AI semakin pintar. Orang-orang menggunakan suara saya untuk meminta mengirim uang (kripto). Perlu diketahui, bahwa saya tidak akan pernah meminta uang kepada follower. Itu bukan saya, mereka adalah pencuri,” jelas Draper.

Tidak hanya itu, pelaku kejahatan rupanya juga menggunakan trik konvensional untuk meminta Bitcoin. @beatriz, seorang pengguna X, membagikan tangkapan layar yang memperlihatkan bahwa oknum yang mengaku sebagai Tim Draper meminta sejumlah Bitcoin kepada dirinya.

Kabar tersebut menambah panjang deret penyalahgunaan AI untuk kejahatan. Sebelumnya, pada Mei lalu, ada oknum yang menggunakan teknologi deep fake untuk melakukan penipuan. Ia menjalankan aksinya dengan memberikan perintah transfer palsu senilai 4,3 juta renminbi atau sekitar Rp9,06 miliar (nilai pada saat itu).

Korban tidak menaruh curiga, lantaran pelaku kejahatan menggunakan video call dan berpura-pura sebagai pihak yang dikenalnya. Korban mengaku bahwa baik suara ataupun wajah sama sekali tidak ada yang mencurigakan. Alhasil, para korban akhirnya terjebak untuk mengirimkan sejumlah dana yang diminta ke rekening si pelaku.

Penyalahgunaan AI sudah Diprediksi

Penyalahgunaan teknologi AI sebenarnya sudah diprediksi oleh beberapa pihak. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), selaku salah satu organisasi dunia, sudah mengendus adanya potensi penyelewengan fungsi AI.

Secara khusus, PBB menaruh fokus pada generative AI dan deepfake. Menurutnya, teknologi tersebut mampu merusak integritas informasi, utamanya bagi media digital yang memanfaatkan AI. Selain itu, semakin masifnya pengunaan teknnologi tersebut juga bisa mempertebal risiko atas informasi yang menyesatkan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebut generative AI harus terus diwaspadai karena mampu mengaburkan kerusakan yang dilakukan oleh teknologi digital.

Di sisi lain, Meta Platforms, salah satu perusahaan raksasa teknologi, juga mengakui hal itu. Meta sendiri baru saja mengumumkan bahwa pihaknya tengah menggarap proyek generative AI berbasis suara bernama Voicebox. Namun, karena alasan keamanan dan risiko, pihak Meta memilih untuk tidak merilisnya ke publik.

“Seperti halnya inovasi AI baru yang canggih, kami menyadari bahwa teknologi ini memliki potensi penyalahgunaan dan kerugian yang tidak disengaja. Oleh karena itu, perusahaan membuat metode klasifikasi yang efektif untuk membedakan antara ucapan asli dan audio yang dihasilkan dari Voicebox,” jelas Meta.

Sebagai informasi, inovasi Voicebox memiliki teknologi yang mampu mengeluarkan suara dari berbagai gaya di 6 bahasa.

Artificial Intelligence bak Pedang Bermata Dua

Dalam laporan NYPost, disebutkan bahwa teknologi artificial intelligence saat ini ibarat pedang bermata dua, Di satu sisi, teknologi tersebut bisa digunakan untuk membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik, namun di sisi lain, terdapat ancaman yang muncul dari hadirnya AI.

Melalui AI juga, data wajah seseorang bisa digunakan untuk membuat gambar pornografi. Selain itu, suara seseorang juga dapat direplikasi untuk dimanfaatkan sebagai modus penipuan.

Pakar Keamanan Siber, JS Nelson, mengatakan semakin mudah orang untuk mengakses AI, maka potensi untuk hadirnya berita palsu dan kepanikan massal semakin besar.

“AI sangat cerdas, sehingga hal itu juga terbuka bagi pemain jahat. Manusia benar-benar harus bertanggung jawab atas apa yang dihasilkan oleh AI,” pungkas Nelson.

Bagaimana pendapat Anda tentang oknum memanfaatkan AI untuk berpura-pura menjadi Tim Draper dan melakukan aksi penipuan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori