Reli harga Bitcoin (BTC) di atas US$100.000 semakin memperkuat kepercayaan bahwa harga si raja kripto ini akan segera menyentuh rekor all-time high (ATH) barunya.
Berdasarkan data on-chain, tren akumulasi, dan sentimen pasar, ada sederet alasan yang memperkuat prediksi tersebut. Artikel ini mengulas 5 alasan kunci yang menjadi pendorong utama potensi reli harga Bitcoin ke puncak baru.
5 Alasan yang Dorong Bitcoin Menuju Rekor ATH Baru di Bulan Mei
Alasan pertama datang dari aksi akumulasi yang para whale lancarkan selama bulan Mei. Data dari Glassnode menguak bahwa wallet dari berbagai ukuran gencar mengakumulasi BTC. Grafik “Trend Accumulation Score by Cohort” Glassnode menyoroti tren ini secara gamblang.

Pada awal April, aktivitas akumulasi masih terbatas pada wallet whale besar yang menampung lebih dari 10.000 BTC. Namun, memasuki bulan Mei, tren akumulasi meluas ke wallet yang lebih kecil, termasuk yang memegang antara 100 – 1.000 BTC. Di saat yang sama, wallet yang menyimpan kurang dari 100 BTC juga menunjukkan aktivitas akumulasi yang kian intens. Hal ini tecermin dari memudarnya warna merah pada grafik sepanjang bulan Mei.
Tak hanya itu, Santiment melaporkan bahwa dalam 30 hari terakhir, wallet milik para whale telah menambahkan 83.105 BTC lagi ke dalam cadangan mereka. Aksi beli masif ini membantu mengubah Spot Volume Delta menjadi positif, memberi Bitcoin dorongan untuk melaju lebih tinggi.
“Aksi akumulasi agresif dari wallet-wallet besar ini—mungkin tinggal soal waktu sebelum level all-time high Bitcoin yang didambakan di US$110.000 berhasil ditembus, terutama usai jeda tarif antara AS dan Tiongkok,” prediksi Santiment.
Alasan kedua adalah pasokan tidak likuid (illiquid supply) Bitcoin yang kini menyentuh rekor tertinggi di angka 14 juta BTC, dengan nilai lebih dari US$1,4 miliar.

Lonjakan pasokan tidak likuid ini menunjukkan bahwa investor jangka panjang (HODLer) tetap menggenggam erat Bitcoin mereka. Mereka tak memiliki niat untuk menjualnya dalam waktu dekat. Akibatnya, pasokan yang beredar pun menjadi semakin terbatas, dan ketika permintaan melambung, harga Bitcoin pun lebih mudah menembus resistance.
Alasan ketiga datang dari investor kecil. Meskipun gelombang baru investor ritel belum sepenuhnya meledak, CryptoQuant melaporkan volume perdagangan ritel di Binance—crypto exchange terbesar di dunia—sudah mulai memantul lagi usai sempat terkoreksi.

Di samping itu, Carmelo Alemán, analis dari CryptoQuant, juga mengamati bahwa meskipun volume ritel belum melonjak substansial, tren positif mulai terlihat.
“Dalam beberapa bulan ke depan, seiring meningkatnya partisipasi investor ritel, kita dapat mengantisipasi pertumbuhan pada jumlah Alamat Aktif, UTXO Count, serta metrik seperti Alamat Baru dan Volume Transfer, yang mencerminkan ekspansi berkelanjutan ekosistem kripto,” prediksi Alemán.
Alasan keempat yang jadi sorotan para analis yakni korelasi antara harga Bitcoin dan pasokan uang global M2.
Menurut pakar kripto Colin Talks Crypto, pertumbuhan M2—ukuran pasokan uang dari bank sentral seperti The Fed, ECB, dan BoJ—telah secara akurat memprediksi lonjakan harga Bitcoin dari US$76.000 ke US$105.000 sejak 8 April lalu. Berkaca pada tren ini, Colin memperkirakan Bitcoin bisa menyentuh angka US$120.000 pada bulan Mei.
“Bitcoin masih berada di jalur yang sama dengan Global M2. US$120.000+ di akhir Mei?” ujar Colin.

Korelasi ini nyatanya bukanlah hal baru. Secara historis, Bitcoin cenderung diuntungkan dan menguat tajam ketika likuiditas global meningkat. Melihat kondisi ekonomi makro saat ini, ekspansi pasokan uang kemungkinan besar akan terus menjadi bahan bakar pertumbuhan harga Bitcoin.
Sebagai penutup, pasar prediksi Polymarket menunjukkan bahwa probabilitas Bitcoin untuk mencapai rekor all-time high (ATH) baru pada bulan Mei telah naik dari awalnya 11% menjadi 60%, dan kini berada di angka 51%. Polymarket memungkinkan pengguna bertaruh pada peristiwa masa depan, dan perubahan ini mencerminkan meningkatnya optimisme di kalangan komunitas kripto.

Seiring tumbuhnya keyakinan akan potensi reli harga Bitcoin, efek FOMO (fear of missing out) bisa saja terpicu. Hal ini mungkin akan mendatangkan semakin banyak investor serta membawa harga naik lebih tinggi lagi.
Faktanya, Bitcoin telah mencetak rekor harga ATH baru di beberapa negara seperti Turki dan Argentina, di mana nilai mata uang lokal mereka terdepresiasi tajam. Para pakar termasuk miliarder Tim Draper memprediksi Bitcoin akan menyentuh angka US$250.000 pada akhir tahun 2025. Sementara itu, Standard Chartered meramal Bitcoin bisa mencetak level US$120.000 di kuartal kedua.
Bagaimana pendapat Anda tentang sejumlah alasan harga Bitcoin (BTC) bisa cetak rekor ATH baru di Mei 2025 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
