Trusted

Mengapa Harga ALPACA Justru Terbang 1.000% Pasca Kabar Delisting Binance?

3 menit
Diperbarui oleh Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Alpaca Finance (ALPACA) catat lonjakan harga lebih dari 1.000% usai pengumuman delisting Binance, berlawanan dengan tren pasar pada umumnya.
  • Para pakar menduga lonjakan ALPACA dipicu manipulasi pasar, dengan aksi perburuan likuiditas oleh whale sebelum delisting.
  • Analis mewanti-wanti bahwa manipulasi harga kala delisting seperti kasus ALPACA bukanlah fenomena baru, sebelumnya pernah terjadi pada BTG.
  • promo

Setelah pengumuman delisting dari Binance, harga Alpaca Finance (ALPACA) mencuat tajam dengan reli empat digit dalam sepekan terakhir.

Perilaku pasar yang terlihat ganjil ini memicu diskusi sengit di kalangan analis dan trader. Banyak pakar menilai bahwa lonjakan ini bisa jadi adalah bentuk manipulasi pasar.

Mengapa Harga ALPACA Reli walau Binance Lakukan Delisting?

Pada umumnya, listing di Binance menjadi sinyal bullish bagi token, acapkali memicu reli harga berkat meningkatnya visibilitas serta likuiditas. Namun, tren terbaru justru memperlihatkan kebalikannya.

Pada 24 April, Binance mengumumkan akan delisting 4 token, termasuk ALPACA. Saat nilai semua token lainnya anjlok, harga ALPACA justru melesat. Data BeInCrypto mencatat token ini terapresiasi lebih dari 1.000% dalam tujuh hari terakhir.

Namun, euforia ini nampaknya mulai mereda seiring mendekatnya jadwal delisting ALPACA pada 2 Mei. Dalam sehari terakhir, nilainya terkoreksi 34,5%. Dan pada waktu publikasi, token ini diperdagangkan seharga US$0,55.

Kinerja Harga ALPACA
Kinerja Harga ALPACA | Sumber: BeInCrypto

Meski demikian, lonjakan tak lazim ALPACA ini sukses menyita perhatian pengamat pasar.

“ALPACA adalah manipulasi kripto paling brutal yang pernah saya lihat belakangan ini. Bagaimana mungkin Anda memompa token dari 0,02 ke 0,3 lalu menjatuhkannya ke 0,07 kemudian memompanya lagi ke 1,27 dan akhirnya turun lagi ke 0,3,” tulis seorang pengguna.

Analis Budhil Vyas menyebutnya sebagai “aksi pemburuan likuiditas klasik” (textbook liquidity hunting). Ia menjelaskan bahwa pelaku pasar raksasa, alias whale, awalnya menjatuhkan harga hingga 80%, walhasil memicu kepanikan serta gelombang likuidasi. Kemudian, tepat sebelum tenggat 2 jam jelang delisting, mereka mengerek harga hingga 15x lipat.

Manipulasi Harga ALPACA
Manipulasi Harga ALPACA | Sumber: X/BudhilVyas

Vyas percaya ini adalah manuver strategis demi menyedot likuiditas dari pasar, sebab para whale tersebut kejar tayang mengamankan posisi sebelum aset ini diturunkan dari exchange. Ia juga menegaskan tak ada akumulasi nyata yang terjadi.

Menurut sang analis, lonjakan harga ini sepenuhnya bersifat taktis. Tujuannya hanya satu: menyapu bersih sisa likuiditas yang masih tersisa di pasar.

“Beginilah dunia kripto di tahun 2025. Tetaplah waspada,” tandas Vyas.

Sementara itu, Johannes turut membeberkan rincian mendalam soal mekanisme di balik manipulasi harga semacam ini. Dalam unggahan terbaru di X (sebelumnya Twitter), ia menguraikan bagaimana pihak-pihak berpengalaman memanfaatkan likuiditas rendah yang muncul usai pengumuman delisting.

Strategi ini melibatkan penguasaan porsi besar dari total pasokan token. Para trader mengambil posisi besar di kontrak perpetual futures, bertaruh bahwa harga token akan naik, karena kontrak jenis ini lebih likuid ketimbang pasar spot.

Mereka kemudian membeli token di pasar spot, mendongkrak permintaan dan harga. Dengan sebagian besar pasokan sudah dalam genggaman, tekanan jual pun jadi minim, sehingga memungkinkan harga untuk melonjak drastis.

Begitu delisting tiba, posisi perpetual futures terpaksa ditutup dengan slippage yang sangat minim. Hal ini memungkinkan para trader mengunci profit dalam jumlah besar.

Analis DeFi Ignas juga turut angkat bicara soal situasi ini. Menurut Ignas, pola semacam ini sudah pernah terjadi sebelumnya, terutama ketika pengumuman delisting di exchange Korea Selatan, Upbit.

Faktanya, ia menyebut bahwa delisting dulunya mendapat perhatian yang sama besarnya—atau bahkan lebih—dari para spekulan dibandingkan listing baru di negara itu.

“Jendela delisting menuntut penutupan deposit, jadi ketika arus masuk token baru dibatasi, para degen melakukan pump harga demi selebrasi terakhir sebelum dump harga yang tak terelakkan,” tulisnya.

Ignas menyinggung Bitcoin Gold (BTG) sebagai contoh. Harga altcoin itu sempat naik 112% setelah Upbit mengumumkan delisting-nya. Hal ini memperlihatkan bahwa pola pump harga semacam itu sekarang masih terjadi.

Berbagai kasus ini pun memantik perdebatan soal apakah pola “pump delist” kini tengah menjadi tren baru. Seiring dengan pematangan pasar kripto, praktik manipulatif ini menyoroti pentingnya riset, kewaspadaan, serta pengawasan regulasi yang lebih tegas demi melindungi investor dari strategi predatoris.

Bagaimana pendapat Anda tentang reli drastis ALPACA pasca kabar delisting Binance ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

kamina.bashir.png
Kamina Bashir
Kamina adalah jurnalis di BeInCrypto. Dia menggabungkan dasar jurnalistik yang kuat dengan keahlian keuangan tingkat lanjut, setelah meraih medali emas dalam MBA International Business. Dengan pengalaman dua tahun menjelajahi dunia aset kripto yang kompleks sebagai Penulis Senior di AMBCrypto, Kamina mengasah kemampuannya untuk menyederhanakan konsep rumit menjadi konten yang mudah dipahami dan menarik. Dia juga berkontribusi dalam pengawasan editorial, memastikan artikel ditulis dengan...
BACA BIO LENGKAP
Disponsori
Disponsori