Analis senior ETF Bloomberg, Eric Balchunas, menyebut meskipun iShares Bitcoin Trust ETF (IBIT) milik BlackRock telah berkinerja baik sejak peluncurannya tahun lalu, ETF ini menghadapi beberapa tantangan ke depan.
Prediksi ini muncul di tengah tanda-tanda gejolak yang baru saja terjadi di pasar exchange-traded fund (ETF) Bitcoin (BTC) yang lebih luas.
- Baca Juga: Efek DeepSeek: Bagaimana Start-Up Cina Mengubah Masa Depan Pengembangan AI Secara Permanen
Tantangan Mendatang untuk IBIT Bitcoin ETF
Balchunas menunjukkan faktor penting yang bisa menghambat pertumbuhan berkelanjutan IBIT: kecenderungan Bitcoin untuk menurun ketika saham jatuh. Korelasi ini menghadirkan tantangan unik bagi ETF Bitcoin, karena bisa kesulitan untuk mendapatkan adopsi signifikan dibandingkan dengan ETF yang lebih tradisional.
“IBIT mencapai US$50 miliar di tahun pertama (VOO butuh enam tahun untuk mencapai angka itu) jadi ini pasti patut diperhatikan, namun dibutuhkan adopsi yang jauh lebih besar (arus masuk), dan Anda mungkin perlu memutus korelasi dengan saham,” tambah Balchunas .
Meski ada kekhawatiran tentang volatilitas pasar Bitcoin, pengajuan 13F terbaru menunjukkan minat yang meningkat pada IBIT. Pengajuan 13F adalah laporan triwulanan yang diwajibkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) untuk manajer investasi institusional yang mengelola lebih dari US$100 juta dalam aset.
Laporan ini memberikan transparansi terhadap aktivitas investasi pemain besar. Semua pengajuan harus dipublikasikan dalam waktu 45 hari setelah akhir kuartal. Oleh karena itu, batas waktu untuk Q4 2024 adalah 14 Februari 2025.
Balchunas menyebutkan bahwa IBIT telah menarik 1.100 holder melalui pengajuan 13F. Rekor sebelumnya untuk ETF tahun pertama adalah sekitar 350 holder.
“Sebagai perbandingan, NUKZ, ETF tema nuklir yang cukup sukses diluncurkan pada hari yang sama dengan IBIT memiliki 29 holder. Sebagian besar pendatang baru memiliki kurang dari 10,” ucapnya .
IBIT BlackRock Tetap Jadi ETF Bitcoin Terbesar
Sebagai catatan, sejauh ini IBIT tetap menjadi ETF Bitcoin terbesar. Produk tersebut memegang 2,98% dari total pasokan. ETF ini terus menarik investasi besar dari pemain utama, termasuk Mubadala Sovereign Wealth Fund dari Abu Dhabi. Minggu lalu, Mubadala menginvestasikan US$436 juta ke dalam ETF BlackRock, dan mengukuhkan posisi sebagai holder terbesar ketujuh.
Dari perspektif yang lebih luas, adopsi institusional terhadap ETF Bitcoin telah mengalami pertumbuhan signifikan. Aset kelolaan meningkat tiga kali lipat di Q4, hingga mencapai US$38 miliar.
Namun, data terbaru menunjukkan bahwa momentumnya melambat pada 2025. ETF Bitcoin mengalami arus keluar bersih mingguan pertama pada pekan lalu. Total arus keluar bersih ketika itu mencapai lebih dari US$585 juta. Selain itu, tren ini sepertinya belum berhenti.

Pada 18 Februari, ETF Bitcoin mengalami arus keluar sebesar US$129 juta. Seperti yang BeInCrypto soroti sebelumnya, situasi ini bisa disebabkan oleh kehati-hatian investor setelah penolakan Jerome Powell terhadap pemotongan suku bunga dan kekhawatiran yang berkelanjutan atas inflasi tinggi.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek ETF Bitcoin ke depannya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
