Dalam beberapa bulan terakhir, holder jangka panjang atau long-time holder (LTH) telah melakukan akumulasi Bitcoin (BTC) dengan laju tercepatnya. Terlebih lagi, arus keluar Bitcoin dari crypto exchange terbesar dalam sejarah juga masih terus berlangsung sejak kehancuran FTX pada November 2022. Sebagai konsekuensinya, diramalkan bahwa akan segera terjadi krisis pasokan Bitcoin besar-besaran di berbagai crypto exchange.
Jika benar terjadi, maka hal ini bisa menjadi katalis dari lonjakan harga BTC selanjutnya. Oleh karena itulah, kenaikan harga aset kripto terbesar dunia tersebut yang mencetak 40% di bulan Januari mungkin menjadi pertanda dimulainya periode bull market yang baru. Jika long-time holder terus mempertahankan asetnya, krisis pasokan Bitcoin tampaknya hanyalah masalah waktu sekarang.
Dalam analisis hari ini (8/2), BeInCrypto mengamati beberapa indikator on-chain yang menggambarkan dinamika pasar BTC saat ini. Akumulasi yang sedang berlangsung, rekor arus keluar BTC terbesar dari exchange yang pernah ada, tingkat rekor pasokan lama yang long-time holder pegang, dan akumulasi historis yang masuk ke tahun 2019 hanyalah beberapa faktor yang menunjukkan bahwa krisis pasokan Bitcoin akan segera tiba.
Long-term Holder (LTH) Berada di Puncak Historisnya
Holder jangka panjang (LTH) Bitcoin merupakan alamat yang menyimpan BTC selama lebih dari 155 hari, atau sekitar 6 bulan. Sedangkan, holder jangka pendek atau short-term holder (STH) menyimpan koin mereka kurang dari 155 hari dan lebih sering memperdagangkan aset tersebut.
Cara lain untuk membedakan antara LTH dan STH adalah perbedaan persentase antara pasokan BTC yang muda dengan yang sudah lama beredar. Hari ini, grafik biru menunjukkan adanya hampir 78% LTH, sedangkan grafik merah menunjukkan adanya 22% STH.
Dengan demikian, cukup jelas bahwa STH berada di titik terendah historisnya saat ini, sedangkan LTH berada di puncak historisnya. Pada siklus sebelumnya, situasi seperti itu berkorelasi dengan harga terendah Bitcoin dan menandakan dimulainya bull market jangka panjang yang baru.
Selain itu, persentase perbedaan antara pasokan lama dan muda saat ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah (ATH). Ketika pada siklus-siklus sebelumnya, tercatat peningkatan dramatis pada grafik pasokan lama BTC. Kondisi ini menandai bermulanya bear market (lingkaran hijau).
Dengan kata lain, 78% pasokan Bitcoin berada di tangan investor yang tidak tertarik untuk melakukan perdagangan jangka pendek di pasar. Mereka bersedia menyimpan koin masing-masing dalam kurun waktu yang lama. Aktivitas aksi jual dalam kelompok dominan ini hanya akan terlihat selama kenaikan harga BTC yang tajam.
Faktanya, hanya ada sebanyak 22% dari total pasokan Bitcoin yang diperdagangkan dalam jangka pendek. Selain itu, seiring dengan kenaikan harga BTC, persentase pasokan baru juga meningkat. Hal ini biasanya identik dengan investor ritel yang membeli hanya selama periode uptrend harga yang sudah jelas.
Krisis Pasokan Bitcoin di Sejumlah Exchange Akan Segera Tiba
Jika tren pada grafik STH dan LTH berlanjut, hal ini dapat memicu krisis pasokan Bitcoin dan kurangnya ketersediaan di crypto exchange. Selain itu, grafik cadangan BTC di exchange menunjukkan bahwa telah terjadi arus keluar Bitcoin yang stabil sejak Maret 2020. Apalagi, terutama pada Oktober-Desember 2022, telah terjadi penurunan jumlah yang dramatis pada pasokan BTC yang tersimpan di exchange (area hijau).
Periode terakhir ini juga menyaksikan adanya rekor arus keluar BTC terbesar yang pernah ada dari exchange. Kondisi ini adalah sinyal yang jelas dari akumulasi agresif oleh kalangan whale serta LTH yang memanfaatkan panic selling oleh ritel dan STH, serta FUD pasar.
Bitcoin Semakin Langka, dan Akumulasi Terus Berlanjut
Perspektif lain yang menggambarkan dominasi investor jangka panjang dan menandakan potensi krisis pasokan Bitcoin direpresentasikan oleh grafik pasokan aktif. Grafik ini menangkap pasokan yang terakhir kali aktif lebih dari setahun yang lalu (biru) dan kurang dari setahun yang lalu (oranye).
Kesenjangan antara kedua kelompok ini semakin melebar dan kini telah mencapai titik ATH barunya. Meskipun harga BTC membukukan kenaikan yang kuat selama minggu-minggu pertama tahun 2023, buktinya masih belum ada tekanan aksi jual dari pasokan yang tidak aktif selama satu tahun atau lebih.
Terakhir, grafik akumulasi Bitcoin juga sudah semakin dekat dengan titik ATH-nya tahun 2015. Menariknya, kami juga melihat adanya peningkatan akumulasi BTC dalam jangka panjang; yang mana fenomena ini sama seperti yang terjadi pada akhir bear market 2018-2019 (area hijau).
Sejak itu, investor terus menimbun BTC. Dan barulah di tahun 2021, selama bull market sebelumnya, grafik ini tetap datar (area oranye). Meskipun ada lonjakan harga BTC pada tahun 2023, laju akumulasi Bitcoin justru semakin cepat. Alhasil, tren ini memberikan sinyal bahwa krisis pasokan Bitcoin hanya tinggal menunggu waktunya saja.
Bagaimana pendapat Anda tentang krisis pasokan Bitcoin (BTC) ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.