Trusted

Pakar: Komputasi Kuantum Bisa Picu Eksodus Bitcoin, Apa Solusinya?

3 menit
Diperbarui oleh Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Alex Thorn dari Galaxy Digital mewanti-wanti bahwa komputasi kuantum adalah ancaman serius bagi Bitcoin, jauh lebih besar dari yang banyak orang sadari. Terlebih, belum ada solusi pasti.
  • Perusahaan komputasi kuantum Project 11 yakin Bitcoin bisa selamat. Hanya saja, butuh upgrade teknologi besar-besaran, seperti post-quantum cryptography.
  • Para pakar menekankan pentingnya sistem yang tahan terhadap serangan kuantum. Beberapa pihak bahkan memprediksi komputer kuantum bisa membobol enkripsi Bitcoin di tahun 2030.
  • promo

Kepala Riset Galaxy Digital, Alex Thorn, menyalakan alarm soal bahaya quantum computing (komputasi kuantum) yang mengintai Bitcoin (BTC). Ia menggarisbawahi bahwa ancaman ini jauh lebih serius dari yang selama ini banyak orang sadari.

Thorn menekankan, serangan berbasis teknologi kuantum tidak hanya akan menyasar Bitcoin, tetapi seluruh sistem public key cryptography dan, secara otomatis, semua aset crypto. Yang mengkhawatirkan, solusi yang tersedia untuk melindungi Bitcoin sejauh ini belum menjadi yang paling optimal.

Bagaimana Komputasi Kuantum Jadi Ancaman bagi Bitcoin?

Sebagai konteks, komputasi kuantum mengancam Bitcoin karena kemampuannya untuk membobol sistem keamanan kriptografi yang menjadi pondasi aset digital ini. Hal ini mencakup elliptic curve cryptography (ECC) dan fungsi hash seperti SHA-256. Komputer kuantum berpotensi menurunkan private key (kunci privat) dari public key (kunci publik), yang berarti bisa membuka akses ilegal ke crypto wallet.

Walaupun pengembangan kriptografi yang tahan kuantum tengah berlangsung, hingga kini belum ada kepastian kapan solusi yang benar-benar aman akan siap. Terlepas dari itu, masih ada keraguan di kalangan pengamat soal seberapa ampuh perlindungan tersebut dalam menjaga Bitcoin tetap aman.

“Kuantum adalah ancaman yang jauh lebih besar dari yang orang sadari, dan opsi untuk mengatasinya—khususnya bagi Bitcoin—juga ternyata lebih buruk dari yang dibayangkan,” tulis Thorn.

Saat ditanya soal kemungkinan kapan ancaman ini akan muncul, Thorn mengakui tak ada satu pun pihak yang benar-benar tahu. Alhasil, ini menjadikannya salah satu pertanyaan paling pelik di ranah ini.

“Ini adalah pertanyaan yang levelnya setara dengan isu ‘keamanan nasional’,” klaimnya.

Thorn mengungkapkan bahwa ketika ancaman itu benar-benar datang, semuanya sudah akan terlambat untuk merespons. Kekhawatirannya yang terbaru ini pun menggema luas di komunitas.

Nate Geraci, Presiden ETF Store, kembali menegaskan pendiriannya. Ia menyatakan bahwa Bitcoin, seperti halnya teknologi lainnya, memiliki potensi kerentanan yang bisa terungkap seiring waktu dan kemajuan teknologi.

“Ada kemungkinan—meski kecil—bahwa Bitcoin bisa diretas. Kalau bisa diciptakan, maka bisa juga dihancurkan,” tambah Geraci.

Lebih jauh lagi, sebagian pihak mengambil sikap yang lebih tegas, bahkan memprediksi bahwa komputasi kuantum bisa menjadi pemicu kemunduran Bitcoin di masa depan.

“Waktu terbaik untuk berinvestasi di Bitcoin adalah sebelum tahun 2020. Sekarang saya sedang menggali dalam-dalam aset yang bisa jadi penerus Bitcoin,” tutur analis Nishant Bhardwaj.

Sementara itu, kekhawatiran ini semakin memuncak akibat perkembangan terbaru dalam teknologi kuantum. Chirag Jetani, Pendiri & COO Diamante, baru-baru ini membongkar temuan bahwa komputer kuantum milik Google kini bekerja 241 juta kali lebih cepat dibandingkan komputer konvensional.

“Sebuah komputer kuantum dengan hanya 4.000 qubit saja bisa membobol enkripsi Bitcoin dalam waktu 10 menit. Pada tahun 2030 nanti, mereka akan bisa membobol enkripsi Bitcoin hanya dalam hitungan detik,” ujarnya.

Jetani juga menambahkan bahwa meski komputasi kuantum membawa risiko besar, di saat yang sama teknologi ini juga menawarkan peluang luar biasa. Ia memaparkan 5 cara bagaimana teknologi ini akan merevolusi blockchain di tahun 2030.

  • Kriptografi Tahan Kuantum: Ini mencakup pengembangan metode enkripsi yang tahan terhadap serangan komputer kuantum. Lembaga Standar dan Teknologi Nasional (NIST) AS tengah menggarap teknologi ini.
  • Smart Contract dengan Peningkatan Kuantum: Komputasi kuantum berpotensi menghadirkan smart contract yang lebih canggih. Juga, mampu beradaptasi secara real-time untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan otonom.
  • Penghasil Angka Acak Kuantum: Blockchain bisa memanfaatkan keacakan kuantum untuk sistem voting yang aman, perjudian yang adil, serta proses yang tak bisa dimanipulasi.
  • Sistem Identitas Digital Tahan Kuantum: Komputasi kuantum dapat menjamin identitas digital yang tak bisa diretas, sehingga menjaga data pribadi serta privasi pengguna secara maksimal.
  • DeFi Bertenaga Kuantum: Komputasi kuantum bisa memperkuat sektor DeFi dengan pembayaran instan, pemodelan keuangan tingkat lanjut, dan penilaian risiko secara real-time.

“Anda perlu mulai memindahkan aset ke sistem yang tahan kuantum dari sekarang. Karena pada 2030, semuanya akan terlambat,” tegas Jetani.

Akankah Bitcoin Tahan dari Serangan Komputasi Kuantum?

Meski banyak peringatan beredar, sejumlah pihak tetap optimistis. CEO Tether, Paolo Ardoino, sebelumnya memprediksi bahwa komputasi kuantum belum akan menjadi ancaman nyata bagi kriptografi Bitcoin dalam waktu dekat. Ia percaya alamat-alamat yang tahan terhadap serangan kuantum akan ditambahkan ke dalam ekosistem Bitcoin tepat waktu, jauh sebelum risiko serius muncul.

Senada, Project 11—perusahaan riset komputasi kuantum—menegaskan bahwa komputer kuantum yang benar-benar bisa membahayakan mekanisme proof-of-work (PoW) diperkirakan belum akan muncul setidaknya dalam 10 tahun ke depan. Menurut mereka, meskipun Bitcoin rentan akan kemajuan teknologi kuantum di masa depan, aset ini masih punya peluang untuk berevolusi dan bertahan lewat berbagai upgrade dan adaptasi teknologi.

“BTC benar-benar bisa bertahan dari komputasi kuantum. Prosesnya akan sulit, penuh perdebatan, dan menimbulkan kontroversi, namun jaringan ini bisa ditingkatkan tepat waktu. Fork besar terakhir adalah Taproot—dan kriptografi pasca-kuantum adalah langkah selanjutnya,” jelas pihak Project 11.

Dalam utas mereka di X, Project 11 menekankan urgensi pengembangan algoritma tahan-kuantum sebagai langkah perlindungan strategis. Mereka menggarisbawahi bahwa NIST (National Institute of Standards and Technology) telah menyusun sejumlah standar, termasuk algoritma berbasis lattice dan hash.

Tak hanya itu, mereka menyebut bahwa sudah tersedia berbagai pustaka (library) untuk mengimplementasikan Post-Quantum Cryptography (PQC). Kendati demikian, ukuran tanda tangan digital, jumlah transaksi per detik (TPS), dan kapasitas blok dapat menjadi tantangan teknis yang perlu diatasi.

Perusahaan juga menjelaskan bahwa meskipun komputer kuantum tidak serta-merta akan mencuri Bitcoin, namun sistem pertama yang cukup mumpuni tetap berpotensi mengompromikan kunci privat seiring waktu.

“Keamanan dan validitas Bitcoin bertumpu pada kriptografi saat ini, yang dapat dipatahkan oleh algoritma Shor. Bahkan komputer kuantum yang lamban sekalipun bisa menimbun kunci privat, dan keberadaannya saja sudah cukup untuk memicu eksodus,” bunyi unggahan itu.

Seiring berjalannya waktu, kelangsungan hidup Bitcoin sangat bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan tangkas terhadap kemajuan teknologi kuantum. Aset ini harus mampu menemukan keseimbangan antara inovasi dan etos desentralisasi yang menjadi jantungnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang ancaman komputasi kuantum terhadap keamanan Bitcoin di masa depan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

kamina.bashir.png
Kamina Bashir
Kamina adalah jurnalis di BeInCrypto. Dia menggabungkan dasar jurnalistik yang kuat dengan keahlian keuangan tingkat lanjut, setelah meraih medali emas dalam MBA International Business. Dengan pengalaman dua tahun menjelajahi dunia aset kripto yang kompleks sebagai Penulis Senior di AMBCrypto, Kamina mengasah kemampuannya untuk menyederhanakan konsep rumit menjadi konten yang mudah dipahami dan menarik. Dia juga berkontribusi dalam pengawasan editorial, memastikan artikel ditulis dengan...
BACA BIO LENGKAP
Disponsori
Disponsori