Trusted

Apakah Ethereum PoS adalah Sekuritas Menurut Hukum AS? Begini Penjelasannya

4 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Sejak Desember 2020 lalu, SEC telah terlibat dalam perseteruan hukum dengan Ripple Labs. Pihak SEC bersikeras menggolongkan XRP sebagai sekuritas dan wajib terdaftar di SEC.
  • Kemudian, adanya The Merge telah menimbulkan spekulasi bahwa Ethereum akan berada di bawah pengawasan SEC.
  • Akan tetapi, menurut analisis, Ethereum tidak memenuhi setiap kriteria atau elemen dari Howey test, sehingga ETH tidak dapat digolongkan sebagai sekuritas.
  • promo

Ethereum, aset kripto terbesar kedua di dunia, kemungkinan akan menjalani pengawasan ketat dari pihak SEC pasca transisinya ke mekanisme konsensus Proof-of-Stake (PoS). Lantas, apakah Ethereum PoS sejatinya termasuk ke dalam kategori sekuritas?

Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat saat ini tengah mengawasi pasar kripto dengan ketat. Selain itu, sebagaimana kita ketahui, pihak SEC juga tengah terlibat perselisihan hukum dengan pencipta XRP, yakni Ripple Labs.

Dalam perseteruan tersebut, SEC menuding bahwa Ripple Labs telah menjual sebanyak US$1,3 miliar token XRP pada kurun waktu antara tahun 2013 dan 2020 secara ilegal. Padahal, XRP sendiri belum terdaftar sebagai sekuritas, tetapi sudah tersedia untuk investor di seluruh dunia.

Meski begitu, perselisihan antara Ripple Labs vs. SEC tersebut tampaknya akan segera beres. Tentu saja, kasus ini akan menjadi pedoman atau acuan penting untuk kasus-kasus serupa di masa mendatang; khususnya ketika status suatu aset kripto sebagai sekuritas dipertanyakan. Akan tetapi, sebelum perseteruan Ripple vs. SEC ini usai, tidak sedikit yang bertanya-tanya apakah ETH PoS tergolong sebagai sekuritas.

Apakah Ethereum Bakal Jadi Target Baru SEC?

Ketua SEC, Gary Gensler, mengatakan kepada para wartawan The Wall Street Journal bahwa aset kripto tertentu yang menyediakan layanan staking bagi investornya, kemungkinan besar sudah lulus Howey Test.

Setelah sidang kongresnya, Gensler menyatakan kepada wartawan, “Dari perspektif koin, itu adalah indikasi lain bahwa pada Howey Test, investor publik mengantisipasi profit bergantung pada upaya pihak ketiga”. Namun, Gensler tidak secara spesifik menyebutkan aset kripto mana yang ia maksud.

Howey Test sendiri adalah kriteria penting yang digunakan oleh pengadilan untuk menentukan apakah suatu aset merupakan sekuritas menurut hukum AS, ataukah tidak. Dalam hal ini, sekuritas mencakup berbagai macam instrumen keuangan dan investasi; termasuk saham dan obligasi.

Cara Howey Test Membuktikan bahwa Suatu Aset adalah Sekuritas

Berdasarkan The Securities Act of 1933, suatu kontrak investasi wajib memenuhi tiga elemen, tanpa terkecuali. Maka dari itu, jika suatu instrumen tidak memenuhi salah satu saja dari ketiga elemen tersebut, maka kontrak tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai sekuritas. Elemen tersebut, antara lain:

  1. Investasi dalam bentuk uang
  2. Investasi merupakan perusahaan bersama
  3. Adanya ekspektasi profit yang realistis dari pihak ketiga

Apakah Ethereum adalah “Investasi dalam Bentuk Uang”?

Pertama-tama, mari kita kaji Ethereum dengan elemen pertama. Dalam hal ini, validator yang menyetorkan ETH mereka ke smart contract untuk memvalidasi transaksi dan menjaga keamanan blockchain Ethereum belum tentu tergolong sebagai “investasi dalam bentuk uang”. Pasalnya, mereka hanya menyetorkan ETH sebagai kolateral agar bisa berpartisipasi dalam mekanisme PoS. Kemudian, mereka juga tidak melakukan pembelian atau investasi apapun.

Meski argumen ini mungkin valid secara teknis, tapi bukan berarti bisa dianggap sebagai argumen yang kuat. Pasalnya, ETH yang tersimpan sebagai kolateral dapat dipandang sebagai suatu “risiko”, dan karena itu juga, kondisi tersebut berpotensi menjadikannya masuk ke dalam kategori investasi.

Lalu, Apakah Ethereum Memenuhi Kriteria Kedua?

Selanjutnya, elemen yang kedua berbunyi, “Investasi merupakan perusahaan bersama,” ada dua uji Kesamaan (Commonality):

  1. Horizontal Commonality berarti modal individu terikat satu sama lain dengan “pooling of fund.” Hal ini dikombinasikan dengan pembagian profit secara pro-rata. Beberapa percaya bahwa menjalankan staking ETH sudah cukup memenuhi syarat Horizontal Commonality, karena dana tersebut berada dalam smart contract “bersama”, yang berarti “pooling of fund“. Namun, karena tidak ada promotor atau otoritas pusat yang memiliki kendali langsung atas ETH yang berada dalam staking, maka bukan sebuah pooling. Validator menjalankan stake sebanyak 32 ETH dalam smart contract umum atau bersama, tetapi ETH yang ada dalam staking (staked ETH) tetap berbeda dan terikat ke node mereka masing-masing. Validator akan menerima insentif jika berhasil memvalidasi transaksi, atau sebaliknya, akan tereliminasi jika terlibat dalam aksi malpraktik. Keberhasilan ataupun kegagalan yang salah satu validator lakukan sama sekali tidak akan berdampak pada validator lain. Oleh karena itulah, tidak ada pembagian profit yang pro-rata. Jadi, Horizontal Commonality menjadi tidak relevan dengan Ethereum.
  2. Vertical Commonality berfokus pada hubungan antara investor dan penerbit/promotor. Namun, elemen ini tentunya akan menjadi tidak relevan dengan Ethereum, karena jaringan tersebut tidak memiliki promotor. Sedangkan, Ethereum sendiri adalah proyek yang terdesentralisasi dan open source. Jadi, siapa pun bisa bergabung dengan jaringan Ethereum sebagai validator. Tergantung dengan kinerja validator melalui kode smart contract, mereka akan mendapatkan reward atau justru tereliminasi. Sementara itu, reward yang mereka terima bukanlah hasil upaya dari pihak promotor atau penerbit mana pun.

Oleh karena itulah, cukup jelas bahwa Ethereum gagal memenuhi kedua uji Commonality tersebut. Bahkan, jika salah satu elemen saja tidak terpenuhi, Ethereum sudah pasti tidak bisa dianggap sebagai sekuritas di bawah Howey Test.

Bagaimana dengan Elemen Ketiga?

Selanjutnya, elemen yang terakhir berbunyi, “Adanya ekspektasi profit yang realistis dari pihak ketiga.” 

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, reward staking di jaringan Ethereum ditentukan oleh usaha validator itu sendiri, serta tidak “semata-mata bergantung pada usaha orang lain”. Di jaringan Ethereum, setiap validator akan berusaha memaksimalkan performa up-time masing-masing dan menjaga konektivitas jaringan.

Kesimpulannya, Ethereum tidak berhasil memenuhi sedikitnya dua dari ketiga elemen tersebut. Oleh sebab itu, Ethereum Proof-of-Stake (PoS) dapat kita katakan bukanlah sebuah sekuritas.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori