Kripto dan artificial intelligence (AI) terus berjuang keras agar bisa mencapai relevansi terbaiknya. Dalam beberapa bulan terakhir, AI berhasil keluar menjadi pemenangnya. Namun, bagaimana jadinya kalau kita bisa mengintegrasikan keduanya?
Seperti yang kita ketahui, artificial intelligence (AI) merupakan salah satu sektor yang paling populer saat ini. Fakta tersebut selaras dengan survei JPMorgan mengadakan sebuah survei terhadap 835 trader institusional dari 60 pasar yang berbeda belum lama ini.
Sebelumnya, pada tahun 2022, teknologi blockchain dan distributed ledger bersama dengan machine learning dan AI dianggap menempati posisi kedua setelah aplikasi seluler sebagai teknologi utama yang diharapkan dapat membentuk masa depan. Namun, untuk tahun ini, sebanyak 53% responden mengakui AI sebagai teknologi yang paling menarik untuk masa depan. Sementara itu, hanya ada 12% responden yang percaya bahwa teknologi blockchain akan memiliki dampak paling besar. Tapi, dalam angka tersebut, sebanyak 72% responden tidak memiliki rencana untuk memperdagangkan aset kripto.
Faktanya, hype yang menyelimuti sektor AI sekarang juga semakin terlihat jelas di pasar kripto.
Dalam beberapa minggu pertama tahun ini, pasar kipto menjadi gila AI. Tapi, sejak itu pula, kegilaan pasar tersebut mulai mereda. Pada tanggal 15 Februari lalu, dalam 24 jam terakhir, volume pasar sebagian besar token AI terpopuler terpantau sudah turun dari ATH tahun ini. SingularityNET (AGIX), misalnya. AGIX tercatat anjlok sekitar 23% sejak puncaknya pada 7 Februari. Sedangkan, Fetch (FET), yang sempat mencapai puncaknya pada 7 Februari, juga mengalami penurunan sekitar 16% sejak saat itu.
Meskipun demikian, sebagian besar proyek tersebut masih diperdagangkan dengan momentum yang baik. Apalagi, kalangan investor juga masih terlihat bullish, sehingga harganya masih berpotensi naik nantinya.
Tapi, seberapa banyakkah dari rentetan aksi market pump ini yang benar-benar berdasar pada teknologi nyata? Atau, apakah semua aktivitas ini hanyalah bentuk dari strategi herding klasik?
Herding adalah kondisi di mana seorang investor meniru investor lainnya, alih-alih membuat keputusan secara independen. Kecenderungan semacam ini dapat menciptakan feedback loop di mana tindakan salah seorang investor bisa memengaruhi investor lain dan menciptakan tren yang memperkuat diri sendiri.
- Baca Juga: Tertarik dengan Kripto Artificial Intelligence (AI)? Berikut 5 Rekomendasi Terpopulernya untuk 2023
Bagaimana Cara agar AI Bisa Berguna untuk Tingkatkan Kualitas Blockchain?
Terdapat perbedaan pandangan soal seberapa besar kita dapat mengintegrasikan teknologi blockchain dengan AI. Pendiri Fantom, Andre Cronje, baru-baru ini mengatakan bahwa hal itu seperti mencoba “mencampur minyak dan air.” Ada juga risiko yang signifikan bahwa investor tidak sepenuhnya memahami teknologinya. Pertama-tama, Anda tidak dapat memasukkan AI ke dalam blockchain. Namun, hal tersebut dapat secara signifikan meningkatkan utilitas dan kemampuan blockchain.
Tim Tully, co-founder dan CEO di Zelcore mengatakan, “Kebanyakan token AI saat ini menggunakan platform terdesentralisasi untuk memanfaatkan fitur AI, termasuk model, data, dan fitur lain yang berfokus pada hal-hal seperti analitik data, bot, dan eksekusi keputusan.”
Namun, mayoritas AI memang berbasis pada machine learning dan membutuhkan dataset yang besar untuk mempelajari secara efektif dan membuat prediksi atau keputusan yang akurat. Semakin kompleks tugasnya, semakin besar pula dataset yang teknologi itu butuhkan.
“Blockchain tidak akan pernah berisi semua data yang diperlukan untuk menyajikan gambaran lengkap (pikirkan nomor seri NFT di blockchain, gambar di situs web dengan backend data). Sangat mungkin [bila] AI akan digunakan untuk mengindeks data tambahan itu ke riwayat blockchain.”
Dari Smart Contract Menjadi “Intelligent Contract”
Selain itu, artificial intelligence juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan akurasi serta keandalan suatu smart contract di blockchain. Algoritma machine learning dapat menganalisis detail, mengidentifikasi pola, belajar dari transaksi sebelumnya, dan menganalisis kinerja smart contract secara waktu nyata (real time).
Bill Xing, Kepala Produk Keuangan di Bybit, mengutarakan pendapatnya bahwa perkembangan ini dapat mengantarkan era baru “intelligent contract” (IC). Tapi, hal tersebut juga memiliki kekurangan. Menurutnya, “Daya tarik utama smart contract adalah sifatnya yang “trustless,” sehingga para pendukung model IC perlu menjawab mengapa pengguna lebih memilih untuk mempercayai AI ketimbang smart contract yang dapat diverifikasi dan trustless.”
Siapa pun yang telah berinteraksi dengan alat berbasis AI pastinya tahu bahwa teknologi tersebut bisa saja berbuat kesalahan. Contohnya saja, pada kasus mobil self-driving, teknologi tersebut bisa saja mendatangkan bencana. Entah itu berupa tangan yang tampak aneh dari generator gambar AI ataupun output yang secara faktual tidak tepat dari ChatGPT. Perjalanan kita sepertinya masih panjang.
“Dalam hal integrasi, AI dapat berinteraksi dengan sistem berbasis blockchain, termasuk smart contract dan penyimpanan data, untuk menciptakan efisiensi di seluruh komponen modular sistem — misalnya, menafsirkan sejumlah besar data terdesentralisasi dan menghasilkan solusi dengan cepat.”
- Baca Juga: Artificial Intelligence (AI) Sudah Masuki Momentum Emas, Bagaimana Potensinya di Masa Depan?
Hype ketimbang Substansi
Sebagian besar orang yang sempat berbincang-bincang dengan BeInCrypto telah setuju bahwa market pump yang terjadi saat ini lebih cenderung timbul akibat hype daripada substansi. Para trader kebanyakan lebih merasa antusias dengan potensi profit yang mudah atau besar. Dan mayoritas dari mereka tampaknya memang tidak membaca whitepaper proyek terkait.
Xing juga mengungkapkan, “Lonjakan harga aset digital [yang] terkait AI baru-baru ini sebagian besar didorong oleh spekulasi daripada terobosan teknologi nyata, meskipun [hal] itu akan tiba saatnya.”
“[Hal] ini telah menyebabkan harga [kripto AI] meroket dengan cepat, berujung pada kumpulan aktivitas perdagangan di mana para trader (dan copy trader!) terus menemukan harga diskon saat siklus hype datang dan pergi. Namun, investor jangka panjang perlu waspada dan selalu mencari tahu lebih dalam [tentang] setiap proyek token dengan hati-hati sebelum membuat keputusan mengenai seberapa besar mereka harus menginvestasikan dana mereka ke dalamnya.”
Aaron Rafferty, CEO di StandardDAO dan Co-Founder BattlePACs berpendapat bahwa ChatGPT sebenarnya hanyalah sebuah proyek yang memberikan gambaran sekilas dari masa depan. Tapi, kita tidak boleh kehilangan akal sehat atau cepat-cepat berpuas diri.
“Hype [semacam itu] juga melahirkan banyak token tanpa use case atau tim yang solid di belakangnya. Sejumlah proyek kripto AI sudah ada sejak lebih dari 5 tahun. Hanya saja, mereka bukanlah tim yang sama [dengan] yang meluncurkan teknologi AI paling inovatif saat ini. Kita akan melihat use case nyata untuk integrasi ini, tetapi [hal tersebut] nantinya [akan] datang dari sejumlah pemain baru, bukan yang lama. Investasikan dengan bijak dan ingat, pasar kripto pada dasarnya bersifat spekulatif,” pungkasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang integrasi teknologi AI dan blockchain? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.