Argo Blockchain, yang merupakan perusahaan Bitcoin miner, pada hari Rabu (28/12) dilaporkan akan menghindari pengajuan kebangkrutan setelah setuju untuk menjual fasilitas mining crypto Helios mereka di Dickens Country, Texas, Amerika Serikat (AS), kepada Galaxy Digital senilai US$65 juta.
Selain itu, mereka juga akan mendapat pinjaman baru senilai US$35 juta dari perusahaan jasa keuangan yang berfokus pada kripto yang dipimpin oleh Mike Novogratz itu. Perusahaan memperoleh pinjaman tersebut dengan menggunakan peralatan mining crypto sebagai jaminannya. Artinya, Argo Blockchain secara tidak langsung telah mendapat bailout atau dana talangan sebesar US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun).
“Selama beberapa bulan terakhir, kami telah mencari cara untuk melanjutkan mining crypto di momen bear market, mengurangi beban utang, dan mempertahankan akses ke jaringan listrik di Texas. Kesepakatan dengan Galaxy Digital mencapai semua tujuan ini, dan memungkinkan kami hidup untuk bertarung di lain hari,” jelas CEO Argo Blockchain, Peter Wall.
Kabar ini merupakan perkembangan terbaru setelah Argo Blockchain pada hari Selasa (27/12) meminta agar perdagangan saham mereka di bursa Nasdaq dihentikan untuk sementara dengan alasan perdagangan di London Stock Exchange ditutup pada hari tersebut. Perdagangan saham perusahaan yang berbasis di Inggris ini diperkirakan akan kembali dilanjutkan pada hari Rabu (28/12).
“Kami akan membuat pengumuman yang diharapkan akan dirilis sebelum pembukaan perdagangan pada hari Rabu, 28 Desember 2022,” jelas pihak Argo Blockchain.
Sepanjang tahun berjalan (year to date / YTD) 2022, saham Argo Blockchain (ARB) yang diperdagangkan di London Stock Exchange telah turun 96%. Sementara itu, saham Argo Blockchain (ARBK) yang diperdagangkan di Nasdaq secara YTD 2022 telah turun 95,76%.
Argo Blockchain Tidak Sengaja Terbitkan Materi Sensitif
Argo Blockchain mendapat sorotan setelah mereka secara tidak sengaja menerbitkan materi draft mengejutkan di situs web mereka. Adapun isi draft itu menyatakan bahwa Argo Blockchain secara sukarela mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di AS.
Argo Blockchain berkilah bahwa sebenarnya mereka sedang dalam negosiasi lanjutan dengan pihak ketiga untuk menjual aset tertentu dan mengamankan pembiayaan untuk peralatan mining crypto. Hal ini diyakini dapat memperkuat neraca keuangan dan meningkatkan likuiditas mereka.
“Kami berharap dapat menyelesaikan transaksi di luar pengajuan kebangkrutan Bab 11 sukarela di AS, meski tidak ada jaminan bahwa Argo Blockchain dapat menghindari pengajuan semacam itu,” jelas manajemen Argo Blockchain pada 12 Desember lalu.
Materi draft kebangkrutan yang dipublikasikan secara tidak sengaja itu menyebabkan penangguhan perdagangan saham perusahaan di London Stock Exchange dan Nasdaq pada 9 Desember kemarin.
Pada akhir Oktober lalu, Argo Blockchain memperingatkan bahwa mereka akan menghadapi arus kas negatif bila gagal mengumpulkan dana sekitar US$27 juta setelah kesepakatan pembiayaan untuk mereka gagal. Dalam skenario itu juga, mereka harus menghentikan operasionalnya.
Para Bitcoin Miner yang Babak Belur
Muncul sebuah laporan bahwa para Bitcoin miner yang terdaftar sebagai perusahaan publik menjual hampir semua Bitcoin yang mereka tambang sepanjang tahun 2022.
Analis dari firma riset blockchain Messari, Tom Dunleavy, membagikan data yang menunjukkan sekitar 40.300 BTC dari 40.700 BTC yang telah ditambang dari periode 1 Januari hingga 30 November telah dijual.
Adapun para Bitcoin miner publik yang dimaksud adalah Core Scientific, Riot Blockchain, Bitfarms, Clean Park, Marathon Digital, Hut 8 Mining, Hive, Iris Energy, Argo Blockchain, dan Bit Digital.
Sementara itu dalam riset Hashrate Index pada 23 Desember lalu, mereka melaporkan bahwa para Bitcoin miner publik secara kolektif berutang lebih dari US$4 miliar.
Core Scientific baru-baru ini telah mengumumkan kebangkrutan setelah berjuang melawan tumpukan utang selama berbulan-bulan. Beberapa Bitcoin miner publik lainnya dinilai mungkin akan segera menghadapi kondisi yang serupa dengan menyatakan kebangkrutan. Pasalnya, dari mereka banyak yang berutang uang kepada kreditur dan merasa semakin sulit untuk melunasi utang tersebut.
Hashrate Index mencatat bahwa Core Scientific berutang uang paling banyak dengan liabilitas US$1,3 miliar per 30 September 2022. Sementara itu, Marathon Digital berada di urutan kedua dengan liabilitas sebesar US$851 juta.
Tercatat bahwa banyak Bitcoin miner publik memiliki utang yang sangat tinggi dibandingkan dengan ekuitas mereka. Karena tingkat utang yang tinggi secara tidak berkelanjutan di sektor ini, Hashrate Index memperkirakan kemungkinan akan terus ada lebih banyak restrukturisasi dan potensi beberapa kebangkrutan.
Meski begitu, mereka mencatat ada peluang ekspansi yang luar biasa, seperti mengambil aset dari para crypto miner yang tertekan, bagi para pemain yang kuat secara finansial.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.