Departemen Kehakiman (DOJ) Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (19/10) mengumumkan bahwa mereka melayangkan tuduhan kriminal terkait pelanggaran sanksi melalui perusahaan cangkang dan kripto untuk mencuci keuntungan penjualan minyak Venezuela dan membeli peralatan bagi militer Rusia.
Terdapat 5 warga negara Rusia dan 2 pedagang minyak berkebangsaan Venezuela yang didakwa dalam skema penghindaran saksi global dan pencucian uang. Para terdakwa dituduh memperoleh teknologi militer dari perusahaan AS, menyelundupkan jutaan barel minyak, dan mencuci puluhan juta dolar AS untuk oligarki Rusia, entitas yang dihukum, dan konglomerat energi terbesar di dunia.
Pihak jaksa AS mengatakan, “Seperti yang dituduhkan, para terdakwa adalah pendukung kriminal bagi oligarki, serta mengatur skema kompleks untuk secara tidak sah mendapatkan teknologi militer AS dan minyak sanksi Venezuela melalui segudang transaksi yang melibatkan perusahaan cangkang dan cryptocurrency. Upaya mereka merusak keamanan, stabilitas ekonomi, dan supremasi hukum di seluruh dunia. Kami akan terus menyelidiki, mengganggu, dan mengadili mereka yang memicu perang brutal Rusia di Ukraina, menghindari sanksi, dan melanggengkan praktik ‘ekonomi bayangan’ pencucian uang transnasional.”
Dakwaan ini menguraikan skema perdagangan yang difokuskan di sekitar Petroleos de Venezuela SA (PDVSA), yaitu perusahaan minyak milik negara Venezuela yang disetujui AS selama masa jabatan Presiden Donald Trump, serta sebuah perusahaan perdagangan komoditas yang dioperasikan oleh warga Rusia serta berbasis dan beroperasi di Hamburg, Jerman.
Nord-Deutsche Industrieanlagenbau GmbH (NDA), perusahaan swasta peralatan industri dan perdagangan komoditas, diduga menggunakan posisinya untuk mencari suku cadang peralatan militer Rusia, termasuk pesawat tempur Sukhoi dan MiG-29. Adapun perusahaan minyak Venezuela berusaha memonetisasi produk mereka, karena saksi dari AS memotong akses mereka dari sebagian pasar dunia.
Bagaimana Modus Pelaku Menjalankan Pencucian Uang?
Pada tahun 2019, salah satu terdakwa bernama Yury Orekhov (CEO NDA) melakukan perjalanan ke AS untuk mendapatkan suku cadang yang digunakan dalam pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia dan pesawat tempur siluman F-22 Raptor buatan AS.
Kemudian, Yury Orekhov bersama terdakwa lain yaitu Artem Uss (pemilik NDA lainnya) menggunakan perusahaan NDA sebagai kedok untuk menyelundupkan ratusan juta barel minyak dari Venezuela ke pembeli Rusia dan Cina, termasuk perusahaan aluminium Rusia yang dikendalikan oleh oligarki yang terkena saksi dan konglomerat penyulingan minyak, gas, dan petrokimia terbesar di dunia yang berbasis di Beijing.
Dua warga negara Venezuela menengahi kesepakatan senilai jutaan dolar AS antara PDVSA dan NDA, yang disalurkan melalui kelompok kompleks perusahaan cangkan dan rekening bank untuk menyamarkan transaksi tersebut.
Pada 2 Maret 2022, Jaksa Agung AS mengumumkan peluncuran satuan tugas penegakan hukum antar lembaga yang didedikasikan untuk menegakkan sanksi besar-besaran, pembatasan ekspor, dan penanggulangan ekonomi yang telah diberlakukan AS, bersama dengan sekutu dan mitra sebagai tanggapan atas invasi militer Rusia ke Ukraina.
Hingga akhirnya pada 17 Oktober 2022, Yury Orekhov ditangkap di Jerman dan dan Artem Uss ditangkap di Italia. Keduanya, atas permintaan AS akan menjalani proses ekstradisi.
“USD Bekerja dengan Cepat Seperti SMS”
Di antara sejumlah dugaan pelanggaran, DOJ mengatakan bahwa 3 orang dari para terdakwa melakukan transaksi yang melibatkan 500.000 barel minyak Venezuela melalui stablecoin Tether USD (USDT).
Di tempat lain, pihak berwenang mengidentifikasi transaksi senilai lebih dari US$3 juta yang terjadi antara operator perusahaan dalam bentuk kripto yang tidak teridentifikasi.
Salah satu dari mereka yang ditangkap, diduga menulis kepada seorang rekan konspirator, yang berbunyi, “Jangan khawatir, jangan stres. Segera setelah kami mulai berlabuh, kami akan segera mentransfer. USDT bekerja dengan cepat seperti SMS.”
Ini bukan pertama kalinya Venezuela melihat kripto sebagai sarana untuk mengambil untung dari penjualan minyak di bawah bayang-bayang sanksi AS. Sebelumnya, Venezuela memiliki kripto El Petro bertujuan untuk berfungsi sebagai stablecoin yang dipatok dengan nilai satu barel minyak. Namun, pada akhirnya, hal itu juga dikenai sanksi oleh AS yang ditujukan pada aset digital.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.