Bank Sentral India (RBI) tetap memandang skeptis industri kripto. Dalam perkembangan terkini, Gubernur RBI, Shaktikanta Das, menyebut bahwa kripto berisiko bagi kelangsungan sistem keuangan negara berkembang dan negara maju.
Berdasarkan laporan Reuters, sikap Gubernur RBI tetap tidak berubah meskipun pasar tengah menyambut secara riuh diterimanya produk investasi exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di Amerika Serikat (AS).
“Posisi saya, India maupun RBI terkait kripto tetap tidak berubah. Terlepas dari segala dinamika yang terjadi,” jelas Gubernur RBI.
Dalam kacamatanya, negara-negara berkembang seperti India dan wilayah lainnya yang masih berniat merangkul industri aset digital akan memiliki risiko besar yang sulit dikendalikan di masa depan. Hal itu bisa terjadi karena mata uang virtual tidak mempunyai nilai dasar dan mengandung potensi yang berbahaya terhadap stabilitas makro ekonomi.
Bahkan, dia menegaskan bahwa krisis keuangan berikutnya akan datang dari mata uang kripto yang dikembangkan oleh perusahaan swasta. Melihat fakta tersebut, tidak aneh jika pemerintah pusat India juga memiliki sikap yang sama terhadap mata uang kripto.
Akhir Desember 2023, regulator India setempat mulai melakukan pembatasan terhadap aktivitas bisnis crypto exchange asing. Dengan alasan penegakan Undang-Undang (UU) Pencegahan Pencucian Uang (PMLA), sebanyak 9 crypto exchange global terkena dampak tersebut.
Mulai dari Binance, KuCoin, HTX (Huobi), Kraken, Gate.io, Bittrex, Bitstamp, MEXC Global dan Bitfinex, menerima pembatasan aktivitas dan diblokir layanannya di India.
Bank Sentral India Dorong Pemanfaatan Rupee Digital
Alih-alih mendorong industri kripto, otoritas moneter India memilih untuk menahan laju adopsinya dengan menciptakan instrumen keuangan baru yang sepenuhnya di kontrol oleh pemerintah, yaitu mata uang digital bank sentral (CBDC).
Sejak Desember 2022, RBI sudah mulai melakukan uji coba penerapan CBDC Rupee Digital (e-rupee) retail ke masyarakat. Empat kota besar seperti New Delhi, Bengaluru, hingga Mumbai, menjadi sasaran dalam pilot project tersebut. Rencananya, upaya inovatif itu akan diperluas ke 9 kota lainnya, termasuk ke wilayah Hyderabad, Lucknow, Shimla, dan Patna.
Menurut Gubernur Bank Sentral India, CBDC jauh lebih bermanfaat untuk masyarakat dan saat ini pihaknya tengah mengembangkan mekanisme untuk melakukan transfer e-rupee menjadi tunai ke para petani.
Sebelumnya, otoritas India juga sudah mendorong lembaga perbankan untuk menggunakan CBDC sebagai dana tunjangan para pegawainya. Hal itu dilakukan sebagai salah satu strategi untuk mengejar target 1 juta transaksi per hari.
Sampai dengan Januari kemarin, basis pengguna rupee digital diklaim sudah mencapai 4 juta orang, naik sekitar juta dari posisi Desember 2023 yang mencapai 3 juta.
“Bank sentral pun akan memulai uji coba penggunaan rupe digital grosis untuk segmen baru,” imbuh Gubernur RBI.
Pinjaman Berbasis AI
Tidak hanya itu, untuk makin memperkecil ruang gerak industri aset digital, RBI turut tengah mengkaji opsi pemanfaatan teknologi canggih lainnya, seperti artificial intelligence (AI), untuk diintegrasikan dalam mekanisme pemberian pinjaman.
Inisiatif yang sudah dimulai sejak Agustus tahun lalu itu kembali digaungkan oleh Gubernur RBI untuk bisa mengakselerasi digitalisasi di India. Meskipun belum membeberkan secara rinci jenis pinjaman apa yang bakal digenjot dan siapa target pasarnya, tetapi kuat dugaan rencana tersebut merupakan bagian dari konsep conversational payment instant berbasis AI yang sudah diusulkan lebih dulu.
Kala itu, Gubernur RBI berniat untuk memadukan teknologi AI dalam sistem pembayaran secara aman dan terjamin. Setiap pengguna diharapkan bisa berinteraksi langsung dengan sistem untuk menuntaskan pembayaran.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.