Lihat lebih banyak

Bank Sentral Israel, Swedia, dan Norwegia Eksplorasi Pemanfaatan CBDC

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Bank International for Settlements (BIS) bersama 3 bank sentral telah memulai proyek baru yang dinamakan Icebreaker.
  • Para partisipan yang terlibat adalah bank sentral di Israel, Norwegia, dan Swedia.
  • Mereka akan lakukan eksplorasi pemanfaatan CBDC sebagai transaksi pembayaran retail & pengiriman uang lintas batas.
  • promo

Perlahan tapi pasti, semakin banyak negara yang akan memulai penerapan central bank digital currency (CBDC). Sebagai hub bagi pemanfaatan teknologi tersebut, Bank International for Settlements (BIS) juga sudah mengerjakan beberapa proyek dan mendapatkan fakta bahwa 86% dari seluruh bank sentral di dunia secara aktif telah melakukan penelitian terkait CBDC. Kini, BIS dan 3 bank sentral telah memulai proyek baru yang dinamakan Icebreaker.

Para partisipan yang terlibat adalah bank sentral di Israel, Norwegia, dan Swedia yang bergabung dengan BIS untuk menjalankan proyek Icebreaker. Dalam agenda ini, 3 bank sentral itu dan BIS akan melakukan eksplorasi terkait pemanfaatan mata uang digital untuk dapat digunakan sebagai transaksi pembayaran retail dan juga pengiriman uang secara lintas batas.

Proyek Icebreaker merupakan kelanjutan dari proyek Rosalind yang sudah dijalankan oleh BIS pada 20 Juni 2022 kemarin. Kala itu, BIS berupaya mengembangkan prototipe antarmuka pemrograman aplikasi untuk bisa mendistribusikan CBDC retail. Dalam proyek Icebreaker, para pihak akan memecahkan solusi untuk pembayaran lintas batas yang selama ini membutuhkan biaya tinggi, tetapi disisi lain menghasilkan kecepatan transaksi yang rendah.

Ilustrasi Proyek Icebreaker | BIS

“Dalam proyek ini, 3 bank sentral dan BIS akan mengembangkan hub untuk menghubungkan masing-masing bank sentral dengan protokol proof of concept (PoC). Tujuannya adalah untuk melihat seberapa layak teknologi yang digunakan bisa menjadi jembatan bagi CBDC yang berbeda di masing-masing negara,” tulis pihak BIS.

Lewat mekanisme ini, proses pengiriman uang dan penyelesaian transaksi diklaim bisa menjadi lebih murah. Meskipun begitu, proyek ini masih dalam tahap awal uji coba. Finalisasi hasilnya sendiri ditargetkan baru akan rampung pada kuartal pertama tahun 2023.

Kepala Pusat Inovasi Hub Nordik BIS, Beju Shah, menjelaskan diluncurkannya proyek ini bagi masing-masing bank sentral dapat menggali lebih dalam opsi CBDC yang akan digunakan sekaligus sebagai arsitektur dan desainnya.

“Proses ini akan sangat berharga bagi bank sentral yang berencana untuk menerapkan CBDC sebagai alat pembayaran lintas batas,” jelas Beju Shah.

Israel & Swedia Berniat Rilis CBDC

Salah satu alasan bank sentral Israel terlibat dalam proyek Icebreaker adalah untuk melihat dan menentukan motivasi utama dalam rencana penerbitan mata uang digital mereka, yaitu syikal digital. Deputi Gubernur Bank Sentral Israel, Andrew Abir, menjelaskan bahwa pembayaran lintas batas yang efisien merupakan hal vital bagi negara dengan ekonomi kecil dan terbuka.

Dengan bergabung bersama BIS dan beberapa bank sentral lainnya, Israel mempunyai hak istimewa untuk bisa meninjau dan mengeksplorasi topik dalam proyek bersama dengan pihak yang memiliki pengalaman luas dalam CBDC.

“Proyek ini merupakan bagian dari rencana Israel untuk melihat potensi penerbitan syikal digital,” tambah Andrew Abir.

Tidak mau kalah, Swedia juga berencana merilis CBDC mereka sendiri yang dinamakan e-Krona. Kepala Divisi E-Krona Bank Sentral Swedia, Mithra Sundberg, mengungkapkan keterlibatan Swedia dalam proyek Icebreaker merupakan bagian dari rencana peluncuran e-Krona.

“Dengan menghubungkan platform e-Krona yang sampai saat ini masih dalam tahap pengujian, akan menambah detail penting terkait pembayaran lintas batas berbasis CBDC,” jelas Mithra Sundberg.

Akhir Tahun, CBDC Indonesia Siap Meluncur

Kabar ini datang di tengah Indonesia yang juga berupaya mengembangkan CBDC yang dinamakan rupiah digital. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa Indonesia tengah berupaya merilis desain konseptual mata uang digital untuk digunakan bank pada akhir tahun ini.

Perlakuan mata uang digital ini akan sama dengan uang kertas atau logam dalam bentuk rupiah yang digunakan transaksi sehari-hari. Awalnya, CBDC akan tersedia di bank besar dan berbagai tempat pembayaran untuk kemudian dijual ke bank kecil untuk transaksi ritel.

“BI juga tengah menjajaki penggunaan rupiah digital untuk transaksi lintas batas. Oleh karenanya, regulator masih mengerjakan aspek keamanan siber dan juga melihat sisi interoperbilitasnya dengan sistem keuangan negara lain,” jelas Perry Warjiyo.

Bagaimana pendapat Anda tentang inisiatif CBDC dari BIS bersama dengan bank sentral dari Israel, Swedia, dan Norwegia? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori