Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Bank Sentral Kolombia mengungkapkan bahwa adopsi mata uang digital bank sentral (CBDC) hanya akan memberikan dampak yang minimal terhadap ekonomi negara yang tengah dilanda krisis.
Namun, para penulis dari kertas kerja atau working paper tersebut menekankan bahwa bank sentral masih belum mengesampingkan kemungkinan penerapan CBDC. Meski begitu, mereka berpendapat bahwa agar berhasil, CBDC perlu memiliki fitur-fitur yang cukup menarik sehingga mampu membentuk “kelompok pengguna inti.”
Sejumlah negara saat ini tengah gencar mengeksplorasi penerbitan CBDC di wilayahnya, termasuk Indonesia. Temukan penjelasan selengkapnya tentang proyek CBDC Tanah Air di Bedah White Paper Rupiah Digital: Utilitas hingga Roadmap CBDC Indonesia.
Rekomendasikan Model CBDC dengan Batas Pengeluaran
Dalam pertimbangan mereka, para penulis juga merekomendasikan sebuah model CBDC tertentu yang akan mencakup batas pengeluaran.
“Setelah merevisi beberapa aspek CBDC ritel, disimpulkan bahwa desain yang lebih sesuai untuk ekonomi Kolombia sebaiknya didasarkan pada arsitektur berjenjang (baik hibrida atau yang diperantarai oleh bank komersial), memiliki batas penyimpanan dan pengeluaran, tahan terhadap beragam insiden, dan tidak berbunga….
Menimbang skenario yang dijelaskan oleh aspek-aspek desain yang disebutkan di atas, efek makroekonomi yang diharapkan dari peluncuran bentuk uang digital [semacam] ini ke dalam perekonomian akan nihil, khususnya potensi efek disruptif yang merugikan terhadap intermediasi keuangan dan stabilitas keuangan.”
Selain itu, paper ini mengakui bahwa tidak semua pemerintah memiliki alasan yang sama untuk mengadopsi CBDC. Laporan tersebut mencatat bahwa di beberapa negara, seperti Bahama, memiliki motivasi yang jelas.
Dalam hal itu, CBDC memfasilitasi transfer uang antar pulau-pulau yang berbeda. Namun, di negara-negara lain, alasan adopsinya tidak begitu jelas.
Terlebih, Kolombia kemungkinan besar juga tidak memerlukan alternatif langsung untuk uang tunai, karena hampir 75% transaksi ritel di negaranya diselesaikan dengan uang fisik. Hal ini berbeda dengan negara-negara seperti India, Cina, dan Inggris, di mana pembayaran digital adalah hal yang sangat umum.
Kolombia Perlu Percepat Atur Regulasi Stablecoin
Deposito bank tetap menjadi bentuk uang digital yang paling dominan, yang biasanya dalam mata uang nasional, dan dengan bunga yang minimal. Deposito ini diterbitkan oleh bank-bank komersial dan dapat ditukarkan sesuai permintaan dengan nilai penuh, serta dilindungi oleh jaminan pemerintah serta regulator.
Laporan ini juga mencatat bahwa, terlepas dari CBDC, para pembuat kebijakan harus terus mengembangkan aturan untuk aset digital yang didukung seperti stablecoin.
Ketika pertama kali diperkenalkan, stablecoin tidak selalu berhasil memikat minat masyarakat. Contohnya, e-Naira Nigeria yang pada awal peluncurannya mengalami tingkat adopsi yang sangat rendah. Sampai pada akhirnya, di tahun ini, situasi kelangkaan uang kertas di negara tersebut berhasil mendorong adopsi yang lebih luas.
Negara Afrika tersebut pertama kali meluncurkan mata uang digitalnya pada tanggal 25 Oktober 2021. Meski begitu, menurut pernyataan dari kepala bank sentralnya, bank-bank komersial di negara tersebut telah terbukti tidak begitu antusias terhadap inovasi ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang klaim Bank Sentral Kolombia tentang potensi dampak ekonomi CBDC? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.