Trusted

Su Zhu & Kyle Davies: Poker, Trading Bitcoin, hingga Kehancuran Three Arrows Capital

8 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Su Zhu dan Kyle Davies adalah pendiri dari Three Arrow Capital (3AC), sebuah crypto hedge fund yang mengajukan bangkrut pada Juli 2022. Kejatuhan perusahaan pengelola dana lindung nilai berbasis cryptocurrency tersebut telah menghilangkan miliaran dolar, dan efeknya menular pada industri kripto yang memberi mereka pinjaman.

Komunitas crypto menganggap mereka bertanggung jawab atas kejatuhan pasar pada 2022. Namun, mereka kini muncul kembali dan memperkenalkan sebuah platform bernama Open Exchange (OPNX).

Bagaimana kisah duo jenius yang berasal dari satu SMA hingga bisa membangun perusahaan dana lindung nilai dengan kelolaan disebut hingga US$10 miliar?

Ingin mendapatkan ulasan menarik terkait proyek cryptocurrency terbaru? Bergabunglah dengan Komunitas Trading BeInCrypto di Telegram: baca ulasan dan analisis teknis koin crypto, tanyakan dan dapatkan jawaban atas semua pertanyaan kamu dari trader PRO. Gabung sekarang!

Siapakah Su Zhu dan Kyle Davies?

Su Zhu adalah seorang pebisnis Singapura dan merupakan salah satu pendiri Three Arrows Capital (3AC). Sebelum perusahaan bubar, dia juga menjabat sebagai CEO dan CIO Three Arrows Capital.

Lahir di China, Su Zhu pindah ke Amerika Serikat saat berusia 6 tahun bersama keluarganya. Ia menerima gelar Bachelor of Arts atau Sarjana Matematika dari Columbia University di New York dan melanjutkan untuk mendapatkan gelar MBA dari University of Chicago.

Sementara itu, Kyle Davies adalah pebisnis dan juga salah satu pendiri 3AC. Sebelumnya, Kyle Davies mengisi posisi Chairman di 3AC. Kyle juga lulus dan mendapat gelar Sarjana dari Columbia University di New York.

Su Zhu dan Kyle Davies Satu Sekolah

Su Zhu dan Kyle Davies sama-sama bersekolah di Phillips Academy di Andover, Massachusetts. Itu adalah sekolah swasta berasrama yang memiliki banyak murid anak orang kaya, meski mereka berdua termasuk kalangan menengah.

Saat di sekolah, Su Zhu termasuk murid yang sangat pintar secara akademis hingga memiliki nilai sempurna. Dia tidak hanya terbaik di pelajaran matematika, tetapi juga mendapatkan penghargaan untuk kelas fiksi saat kelulusan.

Sementara itu, Kyle Davies juga termasuk murid yang pintar, terutama di bidang bahasa Jepang. Akan tetapi, waktu di SMA tersebut, mereka belum berteman baik.

Ketika masuk kuliah di Columbia, mereka mulai berteman baik. Keduanya mengambil kelas matematika dan masuk dalam tim squash. Zhu lulus setahun lebih cepat dengan nilai summa cum laude.

Setelah itu, dia pindah ke Tokyo untuk menjadi trader di Credit Suisse. Kemudian, Davies mengikuti jejaknya dan menjadi pegawai magang di sana.

Su Zhu dan Kyle Davies bersekolah di SMA yang sama dan mereka menjadi teman baik ketika kuliah

Trading Frekuensi Tinggi

Su Zhu dan Kyle Davies duduk bersebelahan ketika bekerja di Credit Suisse. Setelah tiga tahun di institusi finansial tersebut, Zhu terkena PHK karena krisis keuangan. Lalu, dia pun masuk ke sebuah perusahaan trading frekuensi tinggi di Singapura bernama Flow Traders.

Selama di Flow, Zhu belajar mengenai arbitraging, yaitu mengambil untung dari selisih harga sebuah aset di dua tempat berbeda. Dengan memperdagangkan exchange-traded fund (ETF) yaitu reksa dana yang tercatat di bursa seperti saham, dia bisa meraih profit. Meski mengambil keuntungan kecil-kecil, dia jago di bidangnya dan menjadi salah satu penarik penghasilan di Flow.

Tak lama di Flow, Zhu bergabung ke Deutsche Bank dan mengikuti jejak Arthur Hayes, salah satu legenda crypto dan pendiri BitMEX yang sudah menjadi miliarder. Saat itu, Davies masih di Credit Suisse tapi mereka sudah mulai bosan dengan pekerjaan di bank besar. Menurut Zhu, banyak rekan-rekannya yang kurang mahir dalam trading sehingga rugi tetapi konsekuensinya sangat kecil.

Akhirnya, Zhu dan Davies yang saat itu masih 24 tahun, memutuskan untuk membangun perusahaan trading sendiri. Saat itu, risiko mereka terbilang rendah karena mereka masih sangat muda. Kalaupun mereka gagal, masih punya kesempatan untuk mencari kerja lagi.

Awal Mula Three Arrows Capital

Pada 2012, keduanya tinggal di sebuah apartemen dua kamar di San Francisco. Mereka patungan dan meminjam uang dari orang tua hingga mengumpulkan sekitar US$1 juta sebagai modal awal mendirikan Three Arrows Capital.

Nama Three Arrows Capital datang dari sebuah legenda Jepang yang menceritakan tentang penguasa wilayah (daimyo) yang mengajarkan anak-anaknya. Ajaran daimyo itu membedakan antara melepas sebuah anak panah dengan mudah dan mencoba untuk mematahkan tiga anak panah bersamaan yang tidak mungkin.

Dalam kurang dari dua bulan, Su Zhu dan Kyle Davies telah menggandakan nilai modal mereka. Lalu, keduanya pindah ke Singapura, yang tidak ada pajak untuk capital gain. Pada 2013, mereka pun mendaftarkan perusahaan di sana dan berencana melepas paspor AS mereka untuk menjadi warga Singapura.

Forex Trading

Awalnya, 3AC fokus pada trading forex derivatif, yaitu produk keuangan yang nilainya terikat pada harga di masa depan. Forex (foreign exchange) atau mata uang yang menjadi objek adalah mata uang Asia seperti baht Thailand atau rupiah Indonesia.

Saat itu, mereka mengambil celah keuntungan karena forex trading sedang masa transisi ke platform elektronik. Sehingga, mudah untuk mencari selisih (spread) dari harga yang ditawarkan oleh bank-bank berbeda.

Namun, dari sudut pandang bank, strategi 3AC ini merugikan. Pada 2017, bank-bank mulai enggan berdagang lagi dengan mereka. Gagal di bidang forex trading, 3AC pun mulai melirik industri cryptocurrency.

Poker dan Bitcoin Trading

Sebenarnya, perkenalan Su Zhu dengan cryptocurrency dan bitcoin lebih karena terpaksa. Dalam sebuah podcast, dia mengaku suka bermain poker dan pada 2016 salah satu situs permainan kartu tersebut enggan mencairkan uangnya. Makanya, dia diberikan Bitcoin (BTC) yang saat itu harganya sedang hancur di kisaran US$365-370. Dia pun terjerumus masuk ke dunia crypto.

Pada 2017, seiring dengan maraknya trading crypto, 3AC pun berpindah fokus dan mendapat keberuntungan dari harga bitcoin yang mencapai bottom sebagai titik masuk. Sebab, mereka memperdagangkan bitcoin dengan derivatif atau kontrak berjangka untuk harga di tahun 2017/2018. Perdagangan 3AC termasuk yang terbesar, bahkan pernah mencapai 1% swap trading di Bitmax. Di beberapa pasar spot, mereka juga termasuk pembeli terbesar.

Lalu, mereka pun mulai melakukan arbitraging untuk bitcoin, dengan salah satu strategi yang terkenal bernama “kimchi premium“. Artinya, mereka membeli bitcoin lebih murah di pasar AS atau China dan menjualnya dengah harga lebih mahal di pasar Korea Selatan yang pasarnya sangat teregulasi ketat. Dari sana, mereka bisa mendapatkan selisih harga besar dengan cara yang mudah.

Makanya, mereka bisa bilang kepada investornya bahwa strategi mereka rendah risiko dan cocok untuk pasar bullish maupun bearish. Akan tetapi, strategi hedging atau lindung nilai mungkin mulai melenceng ketika mereka berupaya memperbesar pasar dengan memakai pinjaman. Sebab, pinjaman yang meski bisa melipatgandakan keuntungan, juga bisa membuat risiko makin besar.

Kehancuran 3AC

Saat Su Zhu dan Kyle Davies mulai terbiasa dengan hidup mewah, Three Arrows terus mencari pinjaman untuk modal. Saat itu mulai ramai Decentralized Finance (DeFi) yang memungkinkan investor menaruh cryptocurrency untuk mendapatkan bunga atau imbal hasil. 3AC juga menawarkan produk ini.

Akan tetapi, mereka tidak memiliki jaminan (collateral), hanya memberikan iming-iming suku bunga yang lebih tinggi dari 10%. Dengan reputasi yang sudah baik, para pemberi pinjaman tidak meminta laporan keuangan atau dokumen apapun. Lalu, perusahaan crypto besar seperti Digital Voyager juga memberi pinjaman tanpa jaminan.

GBTC

Salah satu posisi terbesar 3AC adalah GBTC (singkatan dari Grayscale Bitcoin Trust). Ini adalah sejenis kumpulan bitcoin yang diperdagangkan di bursa seperti saham. Dana kelolaannya mencapai US$2 miliar dalam GBTC. Namun, karena orang sudah mulai paham dan mengenal crypto exchange, investor memilih trading sendiri dan meninggalkan GBTC. Makanya, harga GBTC dari premium pun turun hingga negatif dibandingkan dengan bitcoin.

3AC masih berupaya membuat GBTC sebagai produk legal yang tercatat oleh SEC (Securities Exchange Commission) – regulator di Amerika Serikat. Akan tetapi, SEC menolak pengajuan GBTC tersebut.

Terra LUNA dan UST

Selanjutnya, 3AC melakukan satu taruhan yang mengerikan, dan taruhan itu adalah Terra, dengan stablecoin UST yang menggunakan jaminan LUNA. Salah satu metode yang ingin digunakan Terra untuk tetap bisa menopang UST adalah LUNA Foundation Guard atau LFG. LFG mengumpulkan lebih dari US$1 miliar Bitcoin, yang ditukar dengan US$1 miliar di LUNA. Mereka yang membeli LUNA termasuk nama-nama seperti Jump Crypto, Defiance Capital, dan 3AC.

3AC tercatat membeli 10,9 juta LUNA yang dikunci, karena berada dalam vesting. LUNA milik 3AC itu menelan biaya 3AC sebanyak US$559,6 juta. 3AC sendiri adalah pendukung besar Terra dan bekerja sama dengan LFG untuk mengumpulkan lebih banyak Bitcoin tersebut. Namun, UST yang anjlok secara drastis menyebabkan nilai LUNA merosot tajam.

Menurut unggahan Wall Street Journal, Kyle Davies mengungkapkan bahwa dia dan Zhu awalnya berhasil menangani dampak dari LUNA, tetapi kondisi pasar setelah insiden Terra semakin memperburuk keadaan mereka. Hal ini bertepatan dengan lingkungan makroekonomi dan sentimen kripto yang kian memburuk. Alhasil, 3AC kemudian diperintahkan untuk melikuidasi investasi modalnya dan mengajukan kebangkrutan.

Pinjaman US$3,5 Miliar

Menurut dokumen pengadilan dari likuidator Three Arrows Capital, hedge fund crypto tersebut berutang kepada 27 perusahaan senilai US$3,5 miliar. Kreditur terbesarnya adalah Genesis Trading dengan US$2,4 miliar tetapi klaim bersihnya US$1,2 miliar di luar jaminan.

Voyager Digital yang juga bangkrut karena pinjaman US$650 juta kepada 3AC, merupakan kreditur terbesar kedua. Kemudan yang ketiga adalah Equities First, yang juga berkaitan dengan platform crypto lending Celsius.

Menariknya, dalam laporan klaim terhadap 3AC, juga ditemukan kalau Su Zhu dan Kyle Davies mungkin telah membeli kapal pesiar senilai US$50 juta (Rp749,07 miliar) dengan dana yang mereka pinjam. Kapal pesiar mewah tersebut bernama “Much Wow” yang terinspirasi dari memecoin DOGE, tetapi belum sempat berlayar sebelum akhirnya 3AC bangkrut.

Selama proses likuidasi ini, Su Zhu dan Kyle Davies bersembunyi dan sempat dikabarkan berada di Bali, Indonesia.

Pendiri 3AC Membuat Open Exchange

Mencoba lembaran baru setelah diburu di Singapura dan AS, para pendiri hedge fund kripto Three Arrows Capital (3AC) bekerja sama dengan crypto yield platform CoinFLEX untuk mendirikan Open Exchange (OPNX).

Open Exchange resmi meluncur pada Kamis 9 Februari 2023 dengan tujuan membantu para korban yang dananya terjebak di platform crypto bermasalah untuk bisa melakukan trading dari klaim aset mereka. Entitas yang sebelumnya disebut bernama GTX, akan menjadi marketplace publik pertama di dunia yang menawarkan crypto claim trading dan produk derivatif.

Crypto claim maksudnya adalah produk bagi mereka yang memiliki aset atau uang yang terperangkap di sejumlah platform kripto yang mengalami masalah. Artinya, OPNX bisa melayani para pelanggan yang memiliki klaim di FTX, Genesis, Celsisus, BlockFi, Voyager, Hodlnaut, Mt. Gox, Vauld, Zipmex bahkan 3 AC sendiri.

Kekayaan Su Zhu dan Kyle Davies

Menurut laporan Market Realist, kedua mantan trader Wall Street ini memiliki aset senilai US$3 miliar per April 2022 di dalam perusahaan 3AC. Su Zhu sendiri memiliki sejumlah properti dan tahun lalu menawarkan rumah mewahnya di Singapura senilai US$35 juta. Akan tetapi, nilai kekayaan Su Zhu dan Kyle Davies sebagai pendiri 3AC diperkirakan juga turun seiring dengan likuidasi perusahaan tersebut.

Kesimpulan

Su Zhu dan Kyle Davies berteman baik dan sejalan sebagai dua jenius dengan latar belakang sekolah yang sama. Dengan passion sebagai trader, mereka sempat gagal di dunia forex trading tetapi mencari keberhasilan di industri cryptocurrency yang masih baru dan belum teregulasi. Namun, dengan ketamakan dan pinjaman yang tanpa jaminan, kerajaan bisnis mereka akhirnya hancur. Dampaknya, kejatuhan menular ke perusahaan crypto lain yang memberi pinjaman kepada Three Arrows Capital.

Kini, duo mantan trader Wall Street ini mencoba peruntungan baru dengan mendirikan Open Exchange untuk mengambil kesempatan dari para korban yang rugi dari aset kripto bermasalah, termasuk 3AC. Akan tetapi, pertanyaannya, dengan rekam jejak mereka yang menghilangkan miliaran dolar, akankah masyarakat masih mau percaya pada mereka? Ini bisa menjadi pelajaran bagi calon trader dan investor cryptocurrency agar benar-benar melakukan riset (DYOR) dan mempertimbangkan aspek rekam jejak para pendiri, sebelum memutuskan untuk masuk ke proyek-proyek crypto baru.

Pertanyaan yang sering ditanyakan

Siapa pemilik Three Arrows Capital?

Siapakah Zhu Su crypto?

Siapakah Kyle Davies crypto?

Berapa nilai Three Arrows Capital?

Apa yang terjadi dengan 3 Arrows Capital?

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.

foto-profil-hanum.png
Hanum Dewi
Hanum Dewi adalah seorang penulis dengan spesialisasi pada topik bisnis, keuangan, dan investasi. Dengan latar belakang pendidikan di bidang komunikasi dan pengalaman 8+ tahun di pasar modal, Hanum juga melakukan riset untuk membuat konten yang menarik dan informatif di berbagai topik. Melengkapi kemampuan menulisnya, dia juga selalu mengikuti tren dan perkembangan terbaru di industri cryptocurrency, DeFi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori