Lihat lebih banyak

Alameda Research Beli Sejumlah Token Kripto sebelum Listing di FTX, Benarkah Terjadi Praktik Insider Trading?

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Dalam laporan WSJ, Alameda Research mengumpulkan sejumlah token kripto sebelum FTX akan listing token tersebut.
  • Alameda disebut hampir ‘selalu’, pada bulan menjelang listing, membeli posisi sebelum token-token kripto muncul di FTX; yang sebelumnya tidak mereka lakukan.
  • Data tersebut sesuai dengan analisis dari sebuah platform analitik blockchain bernama Argus.
  • promo

Alameda Research, perusahaan perdagangan kripto kuantitatif yang terafiliasi dengan Sam Bankman-Fried (SBF), dilaporkan menumpuk sejumlah token kripto sebelum aset itu listed di platform FTX.

Dalam laporan yang diterbitkan WSJ pada hari Senin (14/11), Alameda mengumpulkan sejumlah token kripto sebelum FTX akan melakukan listing token kripto tersebut.

Alameda disebut hampir ‘selalu’, pada bulan menjelang listing, membeli posisi sebelum token-token kripto muncul di FTX; yang sebelumnya tidak mereka lakukan.

Data tersebut sesuai dengan analisis dari sebuah platform analitik blockchain bernama Argus. Sesuai dengan perincian Argus, Alameda memegang 18 token kripto berbeda senilai US$60 juta. Menariknya, sejumlah token kripto itu diumumkan oleh FTX untuk listing selama periode Januari 2021 sampai Maret 2022.

Namun, tidak jelas apakah Alameda menjual token-token kripto tersebut setelah listing di FTX.

Apakah Temuan Ini Jadi Dugaan Alameda Lakukan Insider Trading?

Sebenarnya, hal ini dinilai merupakan aktivitas umum bagi para trader ketika mereka memperoleh token kripto itu sebelum mendaftar dan kemudian menjualnya.

Namun, ada sejumlah pihak yang menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Alameda merupakan insider trading atau praktik perdagangan oleh orang dalam.

Akun Twitter WuBlockchain menilai bahwa hal itu mungkin tuduhan palsu.

“Alameda sudah melakukan market making dan arbitrase; belum tentu itu praktik insider trading. Perdagangan orang dalam on-chain ini juga mudah dikenali,” terang WuBlockchain.

Terkait hal ini, co-founder Argus, Omar Amjad, mengatakan bahwa apa yang pihaknya lihat adalah Alameda pada dasarnya hampir selalu di rentang bulan-bulan menjelang pembelian posisi yang sebelumnya tidak mereka lakukan.

“Cukup jelas bahwa ada sesuatu di market yang mengatakan kepada Alameda; bahwa mereka membeli barang-barang [token kripto] yang sebelumnya tidak mereka beli,” jelas Omar Amjad.

Terlepas dari tudingan melakukan insider trading atau tidak, pada kenyataannya, praktik yang dilakukan Alameda dinilai berpotensi membuatnya mendapatkan posisi market yang menguntungkan sebagai hasilnya.

Co-founder & CEO Argus, Owen Rapaport, mengatakan bahwa apakah Alameda kemudian memperdagangkan token-token kripto tersebut tetap tidak jelas dan merupakan bagian dari gambaran yang tidak lengkap, karena sebagian besar penjualan mereka dilakukan secara off-chain.

“Kami benar-benar tidak dapat menyimpulkan sejauh mana mereka menjual semua token itu atau tidak. Namun, mengingat waktu masuk market mereka sesaat sebelum token-token kripto itu listing di FTX, tampaknya ini bukan sebuah kebetulan,” terang CEO Argus.

SBF Akui Gagal Melihat Tanda-Tanda Bahaya

Dalam wawancara dengan The New York Times (NY Times) yang terbit pada hari Senin (14/11), SBF mengaku memperluas bisnisnya terlalu cepat dan gagal melihat tanda-tanda masalah.

“Seandainya saya sedikit lebih berkonsentrasi pada apa yang saya lakukan, saya akan bisa lebih teliti; memungkinkan saya menangkap apa yang terjadi di sisi risiko,” jelas SBF.

Ketika ditanya apakah FTX menggunakan dana pelanggan untuk menopang Alameda, SBF mengaku Alameda telah mengakumulasi posisi margin yang besar di FTX, yang pada dasarnya berarti telah meminjam dana dari crypto exchange itu.

“Itu jauh lebih besar dari yang saya kira,” terang SBF.

Dia mengatakan bahwa ukuran posisi Alameda dalam miliaran dolar, tetapi tidak mau memberikan rincian lebih lanjut.

NY Times melaporkan Alameda banyak berdagang di FTX, yang berarti kadang-kadang diuntungkan ketika pelanggan FTX lainnya kehilangan uang. Bagi para kritikus, hal ini merupakan konflik kepentingan karena platform berdagang melawan pelangannya sendiri.

Caroline Ellison, CEO Alameda, dilaporkan terkadang terlibat asmara dengan SBF. Namun, SBF mengatakan bahwa dia dan Caroline Ellison tidak lagi menjalin hubungan romantis, dan enggan berkomentar lebih lanjut.

SBF menolak mengomentari lokasinya saat ini dengan alasan masalah keamanan.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori