Di tengah tensi geopolitik yang kian memuncak dan iklim ekonomi makro global yang rapuh, sejumlah analis mulai bersuara: The Fed mungkin tengah menyuntikkan likuiditas secara diam-diam ke sistem keuangan.
Walaupun Federal Reserve (The Fed) belum mengumumkan perubahan haluan, geliat likuiditas menyampaikan pesan berbeda. Dampaknya terasa lintas kelas aset, mulai dari imbal hasil Treasury hingga anjloknya kapitalisasi pasar Bitcoin sebesar US$500 miliar.
Gejolak Treasury dan Bom Waktu US$6,5 Triliun
Narasi perang dagang kembali jadi titik pusaran gejolak. Pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menyatakan Beijing siap “berjuang habis-habisan” melawan tarif ala Donald Trump yang bisa menyentuh 104% terhadap beberapa produk Tiongkok.
Retorikanya sengit, mencerminkan gaya “wolf warrior” khas Tiongkok. Namun, tekanan ekonomi nyata makin mencuat ke permukaan.
“Bangsa Tiongkok tidak cari gara-gara, tapi kami juga tidak gentar,” tutur Lin kepada wartawan.
Dengan ekspor yang melambat serta kekhawatiran arus keluar modal, posisi Beijing bisa jadi akan bergeser dari ideologi ke perjuangan demi bertahan secara ekonomi.
Di balik layar, berlangsung adu taktik tingkat tinggi. Analis veteran Peter Duan menduga tekanan tarif dari Trump sejatinya bertujuan menekan imbal hasil Treasury 10 tahun, karena AS menghadapi utang jatuh tempo sebesar US$6,5 triliun dalam waktu dekat.
“Trump mainkan kartu tarif untuk turunkan yield Treasury 10 tahun… China balas dengan buang Treasury AS demi naikkan yield,” tulis Duan.
Langkah Tiongkok menjual obligasi AS justru memperparah ketegangan dan membawa efek domino, seperti lonjakan yield (imbal hasil) dan anjloknya permintaan pasar obligasi saat AS tengah butuh dana segar untuk refinancing.
Reverse Repo Ambruk, The Fed Diam-Diam Suntik Likuiditas?
Terjebak antara inflasi dan beban fiskal, The Fed nampak memilih langkah senyap alih-alih pengumuman resmi.
Reverse Repo Facility (RRP) jadi barometer paling gamblang bahwa likuiditas mulai mengalir kembali. Setelah mencapai puncaknya di atas US$2,5 triliun pada 2022, saldo RRP kini anjlok drastis ke US$148 miliar—turun 94%.
“Ini bukan sekadar harapan palsu. Ini likuiditas sungguhan yang sedang dilepaskan. Saat publik ribut soal tarif, inflasi, dan trauma SVB… easing paling diam-diam sejak 2020 justru tengah berlangsung,” tulis Oz, pendiri The Markets Unplugged.

Implikasinya sangat besar—penurunan saldo RRP berarti dana kembali masuk ke sistem. Ini mendorong reli aset berisiko, layaknya QE meski tak disebut QE.
Namun, saldo RRP nyaris habis, memicu alarm dari para analis.
“Turunnya RRP menambah likuiditas ke pasar. Tapi sisa saldo RRP tinggal sedikit, artinya cadangan likuiditas tinggal ampas. Mungkin akan ada relief rally singkat, tapi belum cukup dorong harga ke ATH tahun ini,” ujar seorang trader opsi.
Akan tetapi, Oz membantah bahwa surutnya RRP berarti reli akan berhenti total.
Dilema The Fed: Bakar Inflasi atau Biarkan Pasar Retak?
Akun analis populer di X (Twitter), The Conscious Trader, merinci pertaruhannya. Jika The Fed biarkan likuiditas terus mengering, efek domino deleveraging bisa picu krisis besar-besaran.
“Bagaimanapun, koreksi akan datang. Kalau pasar kolaps lebih dulu, penjualan masif justru buka jalan buat QE. Tapi kalau QE dimulai lebih dulu, Smart Money akan borong di dasar sebelum likuiditas dongkrak aset risiko,” jelasnya.
Artinya, jika The Fed kembali resmi ke jalur QE, maka risiko inflasi melonjak atau gelembung harga makin besar pun tak terhindarkan.
Sejak 2 April, kapitalisasi pasar Bitcoin sudah terkikis lebih dari US$500 miliar. Harga BTC turun ke bawah US$75.000 sebelum pulih tipis. Nasib altcoin bahkan lebih parah, terhantam kombinasi antara krisis likuiditas dan ketakutan makro.
Seperti diberitakan BeInCrypto, peluang QE resmi kembali pada 2025 kian besar—ini bisa jadi titik balik krusial bagi aset digital.
Siklus likuiditas secara historis kerap menjadi pendorong fase naik-turun kripto. Pada 2020, QE melahirkan “everything rally“, dengan Bitcoin dan altcoin cetak rekor. Jika QE diam-diam ini berubah jadi terang-terangan, skenario itu bisa terulang lagi.
“Anda tidak butuh pemangkasan suku bunga. Ledakan likuiditas sudah berjalan… Dan likuiditas itu bilang: ‘Siapkan helm. Anda akan kejar candle hijau ke puncak ATH’,” tambah Oz.
Ini selaras dengan prediksi terbaru Arthur Hayes bahwa Bitcoin bisa tembus US$250.000 jika The Fed kembali jalankan QE. Namun, jika The Fed ragu atau likuiditas global terpecah, pasar kripto bisa masuk musim dingin lagi.
The Fed memang tak bersuara, tapi diam tak berarti pasif. Dengan cadangan RRP yang hampir habis, tensi dagang melonjak, dan pasar Treasury bergejolak, suntikan likuiditas secara diam-diam sepertinya jadi langkah pertama dari permainan yang lebih besar.
Sentimen umum dari analis adalah: apakah ini akan berakhir dalam reli besar atau justru krisis mendalam—semuanya bergantung pada seberapa lama The Fed mampu jaga kerahasiaan ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang rumor bahwa The Fed suntikkan likuiditas secara diam-diam? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
