Bisnis metaverse yang digadang akan menjadi bisnis masa depan Meta Platforms, Inc. masih belum juga menghasilkan keuntungan. Meningkatnya kerugian bersih di lini usaha anyarnya itu bahkan membuat keuntungan Meta secara grup menjadi lesu.
Tercatat sepanjang kuartal pertama tahun ini, bisnis metaverse Meta yang dijalankan melalui Reality Labs membukukan kerugian sebesar US$3,99 miliar atau sekitar Rp57,90 triliun. Jumlah tersebut bengkak dari rugi bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,96 miliar atau sekitar Rp48,93 triliun.
Hal itu dapat dipahami, karena pendapatan yang dihasilkan dari unit bisnis tersebut juga berjalan landai. Dalam tiga bulan pertama, Reality Labs hanya mampu menghasilkan pendapatan sebesar US$339 juta, turun 51,22% dibanding pendapatan di tiga bulan pertama tahun lalu yang sebesar US$695 juta.
Sementara sektor bisnis media sosial Meta yang berada di bawah payung Family of Apps masih menjadi kontributor utama dalam hal raihan pendapatan. Sebanyak 98,81% dari total pendapatan perusahaan dihasilkan dari Family of Apps atau sekitar US$28,3 miliar dari total US$28,64 miliar.
“Family of Apps menghasilkan keuntungan US$11,21 miliar. Secara keseluruhan, perusahaan menghasilkan laba bersih US$7,22 miliar, turun 15,21% dari periode yang sama tahun lalu US$8,52 miliar,” tulis laporan keuangan perusahaan.
Walau begitu, founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Meta Platforms, Mark ‘Zuck’ Zuckerberg, dalam akun media sosialnya, menjelaskan metaverse akan tetap menjadi gelombang teknologi utama yang mendorong peta jalan perusahaan.
AI Terus Melaju
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya untuk terus dilakukan adalah pengembangan di sektor artificial intelligence alias kecerdasan buatan (AI).
“Gelombang metaverse adalah bangunan untuk masa depan dan pengembangan AI kami akan difokuskan untuk mendukung semua produk, mulai dari Feed hingga Reels, dan juga sistem iklan,” jelasnya secara terpisah.
Zuck menambahkan saat ini, lebih dari 20% konten yang ada di Feed Facebook dan Instagram direkomendasikan oleh AI, teman atau akun yang tidak diikuti. Sedangkan, khusus untuk Instagram, proporsinya lebih besar, yakni mencapai 40% dari konten yang dilihat.
Sejak pertama kali meluncurkan fitur Reels, perusahaan mengakui bahwa rekomendasi yang diberikan oleh artificial intelligence telah mendorong penggunaan Instagram meningkat 24%.
Namun memang, baik metaverse maupun AI masih terus dalam pengembangan. Maka dari itu, membutuhkan ongkos produksi yang tidak sedikit.
Dalam laporan keuangan perusahaan, terlihat bahwa biaya riset dan pengembangan di kuartal pertama mencapai US$804 juta atau lebih dari Rp11 triliun. Jumlah tersebut mencapai 70,27% dari total biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan Meta Platform secara keseluruhan.
Tetapi, harus diakui bahwa baru pengembangan AI yang berdampak besar bagi kinerja perusahaan. Sementara itu, metaverse masih belum berhasil menorehkan keuntungan sejak pertama kali diluncurkan.
“Monetisasi perusahaan berjalan efisien, untuk Instagram tingkan efisiensinya mencapai lebih dari 30% dan 40% di Facebook setiap kuartalnya. Di samping itu, pendapatan harian yang bersumber dari Advantage+ Shopping Campaigns juga naik 7 kali lipat dalam enam bulan terakhir,” tambah Zuck.
Meta Platforms Bantah Tinggalkan Metaverse
Meskipun masih mencatatkan kerugian, Zuck mengaku tidak akan meninggalkan bisnis metaverse. Ia mengaku perusahaannya akan terus fokus pada metaverse dan AI. Zuck bahkan menegaskan pada akhir tahun ini, bakal segera meluncurkan headset Quest generasi berikutnya untuk berinteraksi di dalam metaverse.
Di samping itu, Zuck juga mengungkapkan bahwa teknologi AI akan membantu mengembangkan avatar di metaverse yang selama ini sudah menghabiskan biaya investasi dengan sangat besar.
“Ada lebih dari 1 miliar avatar Meta telah dibuat. Ditambah sejak tahun lalu, merek yang ada di Quest Store sudah berhasil menghasilkan pendapatan minimal US$25 juta. Membangun metaverse adalah proyek jangka panjang, tetapi kami tetap berkomitmen untuk itu,” pungkas Zuck.
Tidak mudah bagi Zuck dan tim Meta Platforms untuk memulai bisnis metaverse. Timbul beberapa pro dan kontra dari pemegang sahamnya. Besarnya nilai investasi untuk bisa mewujudkan metaverse yang sesuai dengan harapan Zuck menjadi salah satu alasannya.
Pasalnya, paling tidak dibutuhkan sekitar US$10- US$15 miliar per tahun untuk pengembangan metaverse Meta. Melihat besaran tersebut, salah satu pemegang saham Meta menginginkan angkanya dipangkas menjadi US$5 miliar per tahun.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.