Pasar aset kripto mengalami koreksi mengejutkan sebesar 17% pada tanggal 2 Februari. Hal itu membuat total kapitalisasi pasar (tidak termasuk stablecoin) menjadi US$2,61 triliun, level terendah dalam hampir delapan minggu. Menariknya, pergerakan Bitcoin tidak terlalu terpengaruh ketimbang altcoin. Padahal di saat yang sama, harga Ether (ETH) turun 35% selama dua hari menjadi US$2.133.
Memandang kondisi itu, Chief Marketing Officer (CMO) Bittime, Immanuel Giras Pasopati mengatakan, meskipun harga Bitcoin kini melonjak relatif cepat, para investor mempertanyakan apakah pasar telah mencapai titik terendahnya (bottom).
Kekhawatiran itu cukup beralasan. Mengingat di pertengahan Januari lalu, harga sang jawara kripto itu berdasarkan CoinGecko sempat berada di level US$90.897. Namun kemudian pergerakan BTC terus mendaki dan saat penulisan harganya berada di level US$98.545.
“Tetapi pada kenyataannya, tekanan ekonomi makro eksternal yang sedang berlangsung tetap menjadi faktor risiko utama. Saat ini kita melihat bagaimana yang terjadi di pasar setelah Donald Trump menjadi presiden AS, setiap kebijakan ekonomi di Negeri Paman Sam dapat menjadi sentimen penggerak pasar aset kripto,” ujar Giras kepada BeinCrypto..
Di sisi lain, tidak semua mata uang kripto terkena dampak yang sama; Bitcoin, BNB, Solana, dan XRP tidak turun di bawah level terendah 90 hari mereka. Sementara itu, level terendah intraday Ether pada tanggal 3 Februari adalah US$2.110, menandai pertama kalinya sejak Desember 2023 ditutup di bawah level tersebut.
“Terakhir kali kapitalisasi pasar mata uang kripto turun di bawah US$2,6 triliun adalah pada bulan November 2024, ketika imbal hasil obligasi Treasury AS meningkat. Momentum itu menandakan bahwa investor mulai meninggalkan posisi di pendapatan tetap. Kali ini, situasinya terbalik, karena tampaknya investor mengambil pendekatan yang lebih hati-hati,” imbuh Giras.
- Baca Juga: Pasar Kripto Mencapai Puncaknya? Analis Berpendapat saat Bitcoin Turun di Bawah US$100.000
Potensi Pelemahan Masih Ada
Trader Bittime, David Oswald mengatakan, terkait pergerakan harga Bitcoin sebenarnya bisa terlihat melalui data historikal. Menurut pengamatannya, sejak November tahun lalu terdapat momentum penurunan yang memperlihatkan level support terpantau di kisaran harga yang sama.
“Level harga terendah itu di kisaran US$90.000 sampai US$92.000 yang merupakan titik support kuat. Hal itu karena jika dilihat setiap terdapat penurunan harga sejak November, level support ada di kisaran harga tersebut,” jelas David.
Ia menambahkan, potensi pelemahan lanjutan masih ada meskipun harga Bitcoin tengah naik lagi saat ini. Menurutnya, hal itu kembali lagi bersandar pada data historikal pergerakan harga sebelumnya, yang juga memiliki potensi penguatan.
“Secara historikal, bisa dilihat bahwa masih ada potensi pelemahan lanjutan. Namun, perlu diketahui juga bahwa setelahnya terdapat potensi penguatan. Pasalnya jika melihat data historikal sejak 2013, harga Bitcoin tercatat menghijau setiap bulan Februari,” jelasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang pergerakan harga Bitcoin (BTC), apakah benar sudah melewati harga Bottom? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.