Derasnya arus masuk institusi menjadi amunisi utama dalam pergerakan harga Bitcoin (BTC). Pada perdagangan hari ini, harga aset kripto nomor wahid itu masih betah bertahan di level US$93.000 atau sekitar Rp1,56 miliar. Menunjukkan bahwa aset tersebut kembali memvalidasi posisinya sebagai safe haven.
Kondisi itu sekaligus menciptakan momentum baru di pasar kripto global. Mengingat kenaikan yang terjadi menjadi salah satu yang paling ditunggu sejak bulan lalu dan menjadi sinyal kuat akan berlanjutnya tren bullish Bitcoin di tengah ketidakpastian makro ekonomi global.
Merespons hal itu, Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan melalui keterangan resminya mengungkap, lonjakan harga BTC bukanlah sesuatu yang terjadi secara begitu saja. Melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.
Seperti diketahui pada 14 April hingga 20 April 2025 kemarin, institusi besar, Strategy (MicroStrategy) baru saja memborong 6.556 Bitcoin senilai US$555,8 juta. Aksi itu membuat total kepemilikan BTC perusahaan bertambah menjadi 538.200 Bitcoin. Menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan BTC terbesar di dunia.
Meskipun sempat mencatat kerugian sementara hingga US$6 miliar di April 2025 karena harga BTC turun. Entitas tersebut tetap yakin dan konsisten dengan pandangannya, bahwa Bitcoin memiliki masa depan yang cerah.
“Bitcoin sedang mengalami validasi ulang sebagai aset safe haven. Ketika dunia menghadapi tekanan inflasi, gejolak geopolitik dan ketidakpastian suku bunga. BTC justru memperlihatkan ketahanannya. Ini bukan hanya tren, ini pergeseran paradigma,” jelas Oscar.
Lonjakan Harga Bitcoin Bukan Spekulasi Ritel
Lebih jauh lanjut Oscar, kepemilikan besar oleh institusi seperti MicroStrategy memberi dorongan kepercayaan bagi investor ritel. Tak hanya itu, data dari Farside Investors menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot mencatat arus masuk bersih sebesar US$381,3 juta dalam satu hari, tertinggi sejak 30 Januari 2025.
Kembalinya investor institusi menandakan bahwa pasar mulai mengalami rotasi dari aset tradisional menuju aset digital. Sentimen ini diperkuat dengan melemahnya pasar saham akibat ketegangan geopolitik, terutama ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua The Fed, Jerome Powell.
Trump secara terbuka menyerang Powell dan mendesaknya untuk menurunkan suku bunga secara preventif. Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran akan independensi The Fed dan memperburuk volatilitas di pasar tradisional, yang pada akhirnya membuat investor mencari lindung nilai alternatif seperti Bitcoin.
Oscar juga menyoroti bahwa lonjakan harga Bitcoin kali ini tidak mendapatkan dorongan dari spekulasi ritel semata. Data menunjukkan bahwa investor besar dan institusi menjadi katalis utama kenaikan harga, yang berarti adopsi Bitcoin sudah memasuki fase kedewasaan baru.
Selain itu, ia menambahkan bahwa pergerakan altcoin juga memperlihatkan tren positif meski tidak setinggi Bitcoin. Ethereum naik 13% dalam sepekan terakhir menjadi sekitar US$1.790, Solana melonjak 4,2% di angka sekitar US$151, dan Polygon bahkan naik hingga 10% di angka sekitar US$4,08.
Bagaimana pendapat Anda tentang Bitcoin (BTC) yang tengah melakukan validasi ulang posisinya sebagai safe haven ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
