Trusted

Bos Circle Sebut 70% Adopsi USDC Datang dari Luar AS

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Jeremy Allaire, pimpinan Circle, mengaku bahwa 70% adopsi stablecoin USD Coin (USDC) datang dari wilayah di luar Amerika Serikat.
  • Allaire menggarisbawahi area Asia, Amerika Latin (LatAm), dan Afrika sebagai wilayah dengan pertumbuhan adopsi tercepat.
  • Dalam kesempatan terpisah, Allaire berpendapat bahwa kejelasan aturan merupakan aspek penting dalam pengembangan bisnis stablecoin.
  • promo

Melalui unggahan terbaru pada akun X pribadinya, Jeremy Allaire, CEO Circle (perusahaan penerbit stablecoin USDC), menyebutkan bahwa 70% adopsi USDC berasal dari luar Amerika Serikat.

Pertumbuhan adopsi kripto, khususnya stablecoin, digadang-gadang bakal datang dari pasar negara berkembang. Hal itu sebenarnya sudah terefleksi dari tingkat adopsi aset digital yang terus menunjukkan pertumbuhan meskipun pasar bergejolak, khususnya untuk wilayah Asia dan Amerika Latin.

Data dari Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyuarakan hal yang sama. Menurut IMF, 4 negara yang masuk dalam wilayah Amerika Latin berada dalam 20 besar dalam hal adopsi kripto global.

Menariknya, Jeremy Allaire, pimpinan Circle, ternyata sepakat dengan fakta itu. Menurutnya, 70% adopsi stablecoin besutan Circle, yakni USD Coin (USDC), datang dari wilayah luar Amerika Serikat (AS). Dia menggarisbawahi area Asia, Amerika Latin (LatAm), dan Afrika sebagai wilayah dengan pertumbuhan adopsi tercepat.

“Terdapat permintaan kuat atas dolar digital yang aman dan juga transparan dari wilayah-wilayah tersebut,” jelasnya.

Circle Gencar Ekspansi ke Asia

Maka dari itu, tak aneh jika akhirnya pemilik stablecoin dengan kapitalisasi pasar sebesar US$26,15 miliar itu membidik negara-negara di Asia untuk menjadi penetrasi bisnis berikutnya.

Pada awal Juli kemarin, Circle mengatakan tengah menimbang untuk bisa masuk pasar Jepang. Pernyataan itu muncul setelah berhasil mengantongi lisensi di Singapura sebelumnya.

Sikap pemerintah yang pro terhadap aset kripto dan adanya undang-undang (UU) baru yang mengatur stablecoin menjadi salah satu alasan Circle untuk mengembangkan bisnisnya di Negeri Sakura.

Allaire mengatakan jika stablecoin digunakan lebih banyak untuk perdagangan lintas batas, transaksi mata uang asing, dan perdagangan global; maka Jepang akan menjadi pasar yang sangat besar.

Di samping USDC, ada beragam jenis stablecoin lainnya yang tersedia di pasaran. Cari tahu selengkapnya di Mengenal Beragam Jenis Stablecoin, Mulai dari USDT hingga USDC.

Kejelasan Aturan adalah Kunci Pengembangan Stablecoin

Bagi Circle, kejelasan aturan merupakan aspek penting dalam pengembangan bisnis. Dalam utas terpisah, Jeremy Allaire mengatakan melalui regulasi yang mapan bakal tercipta pasar yang bebas serta kompetitif. Hal itu bisa terjadi karena fungsi pengawasan yang kuat juga akan dikedepankan oleh regulator, sehingga memungkinkan persaingan berjalan secara sehat, aman dan transparan.

Pandangan tersebut datang berbarengan dengan aksi PayPal yang baru saja merilis stablecoin miliknya sendiri bersama dengan Paxos, yaitu PYUSD.

“Sangat menyenangkan melihat perusahaan internet dan pembayaran memasuki ruang stablecoin. Inilah yang terjadi jika kita mulai mendapatkan kejelasan aturan, karena penerbit stablecoin bisa bersaing dengan dolar digital yang sesuai dengan standar bank sentral,” tambahnya.

Sikap terbuka regulator di masing-masing wilayah terhadap stablecoin menjadi penting. Allaire berpendapat bahwa di tahun 2024 hingga 2025 mendatang, undang-undang stablecoin akan berjalan di Jepang, Inggris, Uni Eropa (UE), Hong Kong, Uni Emirat Arab (UEA), Singapura, dan AS.

Dari situ, seleksi alam akan terjadi. Entitas yang bisa memenuhi standar bank sentral dan regulatorlah yang bakal berkembang.

Paxos dan Tether Juga Bakal Ramaikan Asia

Dua penerbit stablecoin lainnya, Paxos (USDP) dan Tether (USDT), sepertinya juga bakal menjadikan wilayah Asia sebagai destinasi baru pengembangan bisnis kriptonya.

Meskipun tidak secara gamblang menyebut demikian, tetapi Paxos juga sudah mengamankan lisensi Singapura pada November tahun lalu. Paxos berhasil mengantongi lisensi pembayaran (MPI) dari Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan menjadi entitas blockchain asal AS pertama yang mendapatkan izin tersebut.

Tether pun menyiratkan hal yang sama. Chief Technology Officer (CTO) Tether, Paolo Ardoino, sempat mengatakan bahwa produk miliknya dianggap sebagai alat yang aman untuk pasar negara berkembang.

Tingginya minat stablecoin di pasar negara berkembang sendiri dipicu oleh volatilitas mata uang dasar di masing-masing negara. Beberapa pihak menganggap hal tersebut bisa diatasi dengan penggunaan mata uang digital yang stabil dan memiliki tingkat risiko yang ringan terhadap fluktuasi nilai tukar.

Bagaimana pendapat Anda tentang pendapat CEO Circle terkait tingkat adopsi stablecoin USDC? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Januari 2025
Platform kripto terbaik di Indonesia | Januari 2025
Platform kripto terbaik di Indonesia | Januari 2025

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori