Trusted

CEO Circle: SEC Bukan Regulator yang Tepat untuk Stablecoin

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Jeremy Allaire, CEO Circle, mengatakan bahwa SEC bukanlah lembaga regulator yang tepat untuk mengawasi stablecoin.
  • Walau begitu, Allaire mengatakan bahwa dia umumnya mendukung proposal SEC yang menyertakan kripto dalam aset yang tunduk pada persyaratan ‘kustodian yang memenuhi syarat’.
  • Circle akhir-akhir ini mulai mendapat sorotan tajam dari komunitas kripto usai dikabarkan mengeluarkan keluhan kepada NYDFS terkait cadangan Binance.
  • promo

Jeremy Allaire, co-founder dan CEO Circle yang merupakan penerbit stablecoin USD Coin (USDC), mengatakan bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) bukanlah regulator yang tepat bagi stablecoin.

“Ada alasan mengapa di mana pun di dunia, termasuk AS, pemerintah secara khusus mengatakan bahwa pembayaran stablecoin adalah ‘sistem pembayaran dan aktivitas regulator perbankan’,” jelas sang CEO Circle dalam laporan Bloomberg yang terbit pada hari Jumat (24/2).

Adapun baru-baru ini, SEC telah memperketat aturan bagi perusahaan kripto dari yang menyediakan layanan exchange, kustodian, dan stablecoin.

Ketua SEC, Gary Gensler, menyoroti sektor stablecoin. Gensler bahkan meningkatkan perhatiannya dan menyebutkan bahwa stablecoin dapat dianggap sebagai sekuritas (efek). Oleh karena itu, ia menganggap membuat golongan aset kripto tersebut tunduk pada persyaratan pendaftaran dan pengungkapan informasi bagi para pihak yang menerbitkannya.

Minggu lalu, Circle mengaku bahwa mereka belum menerima surat pemberitahuan dari SEC, setelah tindakan keras terhadap Paxos dari regulator AS untuk berhenti mencetak stablecoin BUSD baru yang diterbitkan dalam kemitraan dengan Binance. Paxos mengakui telah menerima surat peringatan yang umumnya mengarah pada sebuah tuntutan.

Pada Juli 2021, Circle mengaku telah menerima panggilan pengadilan dari SEC yang meminta dokumen dan informasi terkait kepemilikan, program pelanggan, dan operasi tertentu dari mereka.

“Ada banyak hal, seperti yang kami katakan, tidak semua stablecoin dibuat sama. Namun, jelas, dari perspektif kebijakan, pandangan seragam di seluruh dunia ini [tentang stablecoin] adalah sistem pembayaran, [yang merupakan] sektor diregulasi [dengan] hati-hati,” ungkap CEO Circle.

Setuju dengan Usulan Proposal Terbaru SEC

SEC AS Kripto

Eksekutif utama Circle itu mengatakan bahwa dia umumnya mendukung proposal SEC yang menyertakan kripto dalam aset yang tunduk pada persyaratan ‘kustodian yang memenuhi syarat’.

Di bawah rencana itu, perusahaan kripto akan menghadapi evaluasi tahunan, memberikan pernyataan atas akun mereka, dan menyerahkan catatan berdasarkan permintaan.

Hal itu diharapkan dapat mencegah perusahaan kripto, seperti exchange, untuk mencampurkan dana pelanggan. Namun, rancangan aturan itu juga mempersulit para klien, seperti hedge fund dan private equity, dalam memegang aset digital yang mereka kelola; karena belum tentu memenuhi syarat.

“Kami pikir, memiliki kustodian yang berkualitas yang dapat memberikan struktur kontrol yang tepat serta perlindungan kebangkrutan dan hal lainnya, merupakan struktur market yang sangat penting dan sangat berharga. Kami melihat banyak pelajaran bahwa crypto exchange memiliki aset pelanggan. Ada alasan mengapa Anda memiliki aturan semacam ini,” imbuhnya.

Circle Diduga Jadi Biang Kerok Krisis Stablecoin BUSD

Circle akhir-akhir ini mulai mendapat sorotan tajam dari komunitas kripto usai pada 13 Februari lalu dikabarkan mengeluarkan keluhan kepada Departemen Layanan Keuangan Negara Bagian New York (NYDFS) pada tahun 2022 tentang dugaan bahwa Binance tidak menyimpan cadangan yang cukup untuk sejumlah token kripto yang mereka terbitkan.

Pada musim gugur 2022, Circle memberi tahu regulator AS tentang masalah yang ditemukan oleh timnya itu dari data blockchain. Sebagai informasi, Binance memang mencetak token yang dipatok terhadap kripto lainnya seperti Bitcoin (BTC), Ether (ETH), Litecoin (LTC), XRP, hingga stablecoin seperti USDC dan BUSD, untuk membuat kripto itu dapat digunakan di blockchain BNB Smart Chain (BSC).

Kripto-kripto itu, yang dikenal sebagai Binance-Peg atau B-Token, seharusnya didukung 1 banding 1 dengan kripto yang menjadi dasarnya dan disimpan secara terpisah dari dana pelanggan. Dalam perkembangannya pada hari Kamis (23/2), Binance mengaku bahwa mereka beralih ke proses semi-otomatis untuk menangani cadangan yang mendukung B-Token.

Dalam acara Twitter Spaces yang terlaksana pada 14 Februari lalu, Changpeng ‘CZ’ Zhao, pendiri dan CEO Binance, mengatakan bahwa dia tidak terlalu percaya bahwa Circle membuat keluhan ke NYDFS tentang pengelolaan BUSD.

“Saya pikir setiap pelaku industri profesional tahu bahwa apa yang menyakiti satu pemain juga menyakiti orang lain. Dengan BUSD yang terluka, USDC juga mengalami banyak penebusan dan melihat market cap atau kapitalisasi pasarnya menyusut. Saya pikir Circle lebih pintar dari itu,” ungkap CZ.

Berdasarkan data CoinGecko, stablecoin dengan market cap tertinggi dipegang oleh Tether USD (USDT) yang mencapai US$70,7 miliar. Sementara USDC di urutan kedua dengan market cap US$42,2 miliar dan BUSDC di urutan ketiga dengan market cap US$11,6 miliar.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori