Trusted

Balas Trump, Cina Kenakan Tarif Impor 34%—Bitcoin Terpuruk

3 menit
Oleh Nhat Hoang
Diperbarui oleh Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • China menetapkan tarif 34% pada barang impor dari AS, memperparah ketegangan dan menyeret Bitcoin turun 3% ke bawah US$82.000.
  • Rasio Long/Short Bitcoin merosot ke bawah 1, mengindikasikan peningkatan tekanan short-selling di tengah ketidakpastian investor.
  • Miner di AS terancam kenaikan biaya akibat tarif pada perangkat mining dari Cina, yang berpotensi memangkas profitabilitas dan mengganggu rantai pasokan Bitcoin.
  • promo

Pada 4 April 2025, Cina membalas kebijakan tarif terbaru AS dengan memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% untuk semua barang impor dari AS. Langkah ini lantas memperuncing perang dagang antara kedua digdaya ekonomi dunia.

Bitcoin langsung terkena imbas, tepatnya terkoreksi 3% hanya dalam hitungan jam usai pengumuman tersebut. Harga BTC sempat anjlok ke bawah US$82.000, memicu keresahan di kalangan investor, analis, dan komunitas kripto yang waswas akan dampaknya ke pasar.

Investor Bitcoin Gelisah karena Perang Dagang Kian Panas

Menurut laporan Xinhua News Agency, Cina akan menerapkan tarif 34% untuk semua produk asal AS mulai 10 April. Xinhua melaporkan kebijakan “Reciprocal Tariff” AS bertentangan dengan aturan WTO, merugikan kepentingan negara anggota, serta mengguncang stabilitas sistem perdagangan multilateral.

“Ini adalah bentuk hegemoni sepihak yang justru mengacaukan keseimbangan ekonomi dan perdagangan global. Cina dengan tegas menolak kebijakan ini,” tutur juru bicara Kementerian Perdagangan China, yang menanggapi gugatan Beijing terhadap kebijakan Reciprocal Tariff AS di WTO.

Sebelumnya, Presiden Trump telah menetapkan tarif 34% terhadap Cina, di luar tarif 20% yang sudah diterapkan dalam dua tahap sebelumnya. Dengan tambahan ini, maka total beban tarif terhadap Cina melonjak menjadi 54%.

Pasar kripto pun seketika bereaksi. Pada 4 April, harga Bitcoin merosot dari US$84.600 ke US$82.000, mencatat koreksi 3%.

Bitcoin Price Performance. Source: BeInCrypto.
Performa Harga Bitcoin | Sumber: BeInCrypto

Di saat yang sama, rasio Long/Short Bitcoin ambruk ke bawah 1, menandakan meningkatnya tekanan jual dari trader yang berspekulasi atas drop harga.

BTC Long/Short Ratio Chart. Source: Coinglass.
Grafik Rasio Long/Short BTC | Sumber: Coinglass

Tak hanya Bitcoin, indeks pasar tradisional juga terdampak. S&P 500 turun dari 5.260 poin menjadi 5.250 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average terpangkas dari 41.100 poin menjadi 40.500 poin. Langkah Cina ini semakin memantik kekhawatiran bahwa perang dagang global bisa bereskalasi lebih jauh.

“’Perang Dunia Ketiga’ dari perang dagang telah dimulai,” komentar The Kobeissi Letter.

Masa Depan Bitcoin jika Ketegangan AS-Cina Berlanjut

Meski sering diposisikan sebagai aset lindung nilai terhadap instabilitas ekonomi, Bitcoin justru menunjukkan pola yang menyerupai aset berisiko ketika ketidakpastian meningkat. Tren serupa terjadi selama perang dagang AS-Cina pada 2018-2019, ketika Bitcoin mengalami tekanan jual yang masif akibat meningkatnya tarif, sebelum akhirnya pulih seiring penguatan narasi sebagai penyimpan nilai.

Sebagian besar rantai pasokan perangkat keras (hardware) kripto global berpusat di Cina. Perusahaan seperti Bitmain menguasai produksi mesin ASIC mining, yang merupakan komponen utama dalam proses Bitcoin mining.

Kini, dengan AS yang dikenai tarif 34% untuk impor teknologi dari Cina, maka biaya pengadaan perangkat mining ini diprediksi akan melonjak tajam. Para Bitcoin miner di AS—yang sudah dibebani biaya listrik tinggi serta persaingan hashrate yang ketat—berpotensi menghadapi margin keuntungan yang semakin menipis.

Meski begitu, prospek jangka panjang Bitcoin mungkin tidak sekelam yang dikhawatirkan. Beberapa analis justru melihat bahwa perang dagang yang berkepanjangan justru bisa meningkatkan daya tarik Bitcoin sebagai aset terdesentralisasi yang bebas dari kendali pemerintah. Apabila kebijakan tarif memicu inflasi atau merosotkan daya beli dolar AS, maka crypto bisa menjadi pelarian bagi investor yang mencari aset alternatif.

“Ini [Bitcoin] bukan emas, bukan yen. Ia muncul sebagai aset berisiko yang dinamis—tidak jatuh sedalam saham high-growth, tapi juga tidak menarik arus pelarian modal seperti safe haven konvensional,” papar Stella Zlatarev, Editor Nexo Dispatch, kepada BeInCrypto.

Pendapat ini sejalan pula dengan riset yang menyatakan bahwa walaupun ketidakstabilan ekonomi kerapkali memicu tekanan harga di awal, dalam jangka panjang, kondisi ini justru bisa membuka jalan bagi pertumbuhan Bitcoin seiring meningkatnya adopsi global.

Bagaimana pendapat Anda tentang efek eskalasi perang dagang AS-Cina ke harga Bitcoin (BTC)? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Disponsori
Disponsori