Lihat lebih banyak

Co-founder Axie Infinity Bocorkan Resep Rahasia Membangun Proyek Game Play-to-Earn

10 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Dalam gelaran konferensi kripto TOKEN2049, BeInCrypto berkesempatan mewawancarai Aleksander Leonard Larsen, co-founder & Chief Operating Officer (COO) Sky Mavis. Sebagaimana kita ketahui, Sky Mavis merupakan perusahaan di balik pengembangan game play-to-earn (P2E) Axie Infinity dan Ronin Network yang merupakan sidechain Ethereum. Dia bercerita banyak hal, termasuk resep kesuksesan Axie Infinity hingga cara menyelesaikan krisis usai mengalami peretasan sekitar US$624 juta.

Aleksander menceritakan bahwa sebagian besar perannya sebagai COO Sky Mavis berada pada sisi bisnis. Ia memastikan berbagai layanan dan segala sesuatunya bergerak maju, serta melakukan banyak hal lainnya.

Dia mengaku memiliki latar belakang yang tidak terkait dengan kripto sama sekali. Dari Juni 2014 hingga Juni 2015, Aleksander berada di dunia e-sports ketika bergabung dengan Dagbladet dan menjadi Partnered Streamer untuk Twitch.

“Saya juga seorang gamer kompetitif yang mewakili Norwegia dan Warcraft II, Dota, dan Dota 2. Jadi, saya selalu ingin menang,” tutur Larsen.

Kemudian, dia sempat bekerja untuk pemerintah selama hampir 2 tahun sebagai Executive Security Officer bagi Norwegian Government Security Organization dari Mei 2016 hingga Februari 2018.

Mulai Januari hingga April 2018, dia menjadi Community Management & Business Development bagi Parsec Frontiers. Di sini, dia mengaku, “Saya bekerja di studio game. Untuk jangka waktu tertentu, mereka juga membuat game blockchain, lalu saya berhenti dari itu dan kemudian memulai dengan Axie Infinity.”

Komunitas adalah Resep Kesuksesan Axie Infinity

Lantas, BeInCrypto menanyakan alasan yang membuatnya beralih, dari penggemar esports, kemudian bekerja untuk pemerintah, lalu menjadi suka kembali hingga menjadi developer game, sampai bisa terdampar di dunianya saat ini.

Terkait pertanyaan ini, Aleksander mengaku bahwa dia selalu menyukai kripto karena merasa ada peluang untuk menjadi bagian dari industri baru yang sedang terbentuk. 

“Ketika kemudian CryptoKitties keluar dengan non-fungible token (NFT), bagi saya, jelas bahwa ini akan membentuk kembali seluruh industri game. Jadi, saya benar-benar memiliki kepercayaan itu. Kemudian, saya juga bertemu Trung Nguyen (CEO) dan Jeffrey Zirlin (Growth Lead), yang bersama-sama dengan yang lainnya, kami seperti, ‘Oke, mungkin ini ada peluang di sini,’” jelasnya.

Setelah itu, Aleksander mengingat bahwa sang CEO Sky Mavis & Axie Infinity memiliki seorang teman yang merupakan seniman.

“Kemudian, seperti itulah awalnya [Axie Infinity]. Jadi, kami bertemu satu sama lain secara online, kami memiliki keyakinan yang sama, dan kemudian kami hanya ingin membuat sesuatu yang akan berdampak pada sektor ini. Kami tidak menyangka akan begitu besar. Kemudian, kami menemukan bahwa ada banyak hal yang perlu kami bangun agar ini benar-benar berfungsi,” ungkap Aleksander.

Saat ditanya apakah capaian yang mereka raih merupakan sebuah kejutan, Aleksander cenderung tidak setuju dengan itu.

“Saya tidak akan mengatakan itu seperti ‘kejutan’, karena kami selalu berharap bahwa kami akan berhasil. Namun, melihat produk klasik Axie Infinity itu sendiri, mungkin belum siap untuk masuknya pengguna dalam jumlah besar. Pasalnya, ketika Anda melihat produk secara keseluruhan, kualitas, lingkaran permainan yang ada, seperti hal yang sangat mendasar, kami sebenarnya sudah mulai membuat game baru atau yang sekarang sebenarnya dalam tahap akses awal,” imbuhnya.

Ketika game Axie Infinity klasik benar-benar meledak, dia mengatakan bahwa sebenarnya ‘komunitas’ yang selalu menjadi resep rahasianya; serta inovasi bisnis model seperti 2 native token, yaitu Axie Infinity Shards (AXS) dan Smooth Love Potion (SLP). Sebagai informasi, AXS diperlukan untuk memainkan game dan berfungsi sebagai governance token. Sementara SLP merupakan token hadiah yang diberikan kepada para pemain.

“Mencoba memasukkannya [2 model token] ke dalam sebuah game adalah hal yang sangat inovatif. Tentu saja, ini adalah eksperimen untuk melihat apa yang akan terjadi. Jika kita memasukkan SOP [Standard Operating Procedure] ke dalam permainan, kita seharusnya sedikit lebih berhati-hati untuk efisien. Namun, secara keseluruhan, ini seperti pengalaman belajar yang sangat bagus, yang  sukses besar. Jika melihat berapa banyak pengguna terbaru Axie, sekarang kami memiliki kesempatan untuk membangun di atas itu ketika kami merilis game berikutnya,” kata Aleksander.

Dunia Game Perlu Memiliki Perspektif Keberlanjutan

Lantas, seberapa jauh pengalaman Aleksander sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia game dan e-sports berdampak bagi Axie Infinity?

Aleksander menjelaskan, “Sebagai gamer yang kompetitif, saya selalu ingin, saya suka keyakinan seperti perspektif keberlanjutan, seperti siapa yang sebenarnya akan dapat memperoleh penghasilan dari jenis permainan ini. Saya selalu percaya bahwa mungkin 20% dari semua pemain akan mampu mempertahankan diri mereka sendiri melalui permainan kompetitif, dibandingkan 0,001% dalam game konvensional. Ada perbedaan besar di sana. Karena, jika Anda berbagi pendapatan dengan cara baru melalui model token baru ini, maka seharusnya ada bagian yang lebih besar yang dapat dibagikan.”

Menurutnya, dengan adanya orang yang suka menonton e-sports karena mereka melihat keterampilan yang disuguhkan oleh para gamer, maka masuk akal bila para gamer juga menjadi bagian pemilik dari game itu melalui governance token. “Itu adalah aspek keberlanjutan yang sangat penting untuk bergerak maju,” tegas Aleksander.

Saat ditanya bagaimana dia bisa tertarik pergi ke belakang layar untuk mengembangkan sebuah game, Aleksander mengaku ingin memberi dampak pada industri dan menciptakan sesuatu yang akan disukai banyak orang untuk dimainkan.

“Saya tidak pernah menjadi gamer sepanjang hidup saya. Saya ingin melihat seperti apa di sisi lain. Ini sangat sulit. Saya menghabiskan begitu lama sekarang sejak saya berada di industri ini. Jadi, agak aneh bagi saya untuk melihat ke belakang dan juga aneh bagi saya untuk bermain game. Jadi saya tidak punya waktu untuk bermain game lagi. Ini seperti membangun dan mencoba untuk membuat hal ini terjadi. Itu hanya area fokus saya sekarang,” curhatnya.

Suka tidak suka, Axie Infinity adalah salah satu pihak yang membantu mendefinisikan secara gamblang apa itu game P2E kepada banyak pihak. Aleksander berpandangan tidak ada pihak lain yang melakukan hal yang sama dengan yang mereka kerjakan di Axie pada awalnya.

“Sebenarnya, tidak ada buku pedoman. Jadi, kami hanya banyak bereksperimen. Idenya selalu, kami ingin menghargai perilaku dalam game dengan berbagai token. Kami memiliki permainan pengembangbiakan yang sulit diakses orang karena gas fee yang tinggi. Jadi, kami ingin memastikan bahwa orang bisa mengaksesnya. Itu sebabnya, kami berinteraksi dengannya atau menciptakan Ronin chain. Namun, jika dilihat kembali secara keseluruhan, ini seperti tidak ada pedoman. Kami benar-benar membuat semuanya berjalan lancar. Dan itu jelas sukses besar. Namun, banyak pembelajaran di sepanjang jalan. Saya pikir mudah-mudahan banyak tim lainnya juga bisa mendapat manfaat,” urai Aleksander.

Tim Axie Infinity Akui Pentingnya Elemen ‘Viral’

Lantas apa yang membuat game P2E Axie Infinity menjadi begitu populer dengan cepat? Dia menjelaskan bahwa ada elemen ‘viral’. 

Aleksander menguraikan, “Ketika tiba-tiba sesuatu bekerja di kripto, karena ada banyak hype, ada banyak janji, dan ada beberapa produk berharga yang benar-benar masuk akal. Sebenarnya ada banyak para gamer di kripto juga. Sehingga, banyak orang yang ingin menjadi bagian darinya. Ketika tampaknya berhasil, tentu saja ada aspek uang juga? Fakta bahwa orang dapat memperoleh banyak token atau seperti kenaikan harga, mungkin hal ini menjadi viral di wilayah tertentu di dunia.”

Dia kemudian melanjutkan bahwa ada penginjil lain seperti guild yang mencoba merekrut para scholar. Jadi, unsur-unsur seperti inilah yang membuat Axie menjadi benar-benar viral.

Terkait scholarship, Aleksander mengklaim bahwa model ini dibuat di Axie terlebih dahulu oleh beberapa pemain menggunakan sistem akun yang ada dan menjelaskan bahwa Aleksander dan timnya sebenarnya tidak punya native scholarship. Menariknya, pihak Aleksander sempat mempertimbangkan untuk mematikan timbulnya hal semacam ini.

“Pada akhirnya, ini adalah sebagai eksperimen. Hal ‘yang berbahaya’ di sini adalah, orang-orang mengubah narasinya. Namun, [pada dasarnya] Anda [akan selalu] kehilangan kendali atas narasi Anda sendiri pada sebuah permainan. Hal ini sangat mirip dengan apa yang terjadi pada Bitcoin. Ketika ada orang yang mendidik orang lain, tetapi mereka tidak tahu apa token atau produk yang mendasarinya, itu sangat berbahaya. Apa yang terjadi, tumbuh begitu cepat, menjadi tidak terkendali. Kami bahkan tidak punya waktu untuk mendidik seperti inilah arti sebenarnya dari ‘play-to-earn‘ yang kami yakini,” ungkap Aleksander.

Mengenai orang-orang yang memperlakukan permainan seperti pekerjaan tetap pada game Axie, Aleksander menegaskan, “Ketika Anda mengirimkan suatu produk, sulit untuk memprediksi bagaimana orang akan menggunakannya. Saya pikir banyak gamer memiliki impian untuk bisa bermain game untuk mencari nafkah. Saya pikir itu akan terjadi. Tesis kami sebenarnya adalah jika Anda memiliki pemain dalam perekonomian game ini, maka itu juga berarti bahwa nilainya sedang diciptakan. Ada banyak hal yang bisa terjadi di ekosistem ini, dan akan ada peluang bagi orang-orang yang berpotensi untuk mencari nafkah. Namun, jika Anda hanya masuk ke dalam permainan untuk mencari nafkah, Anda juga harus dapat menambahkan nilai kembali ke ekosistem itu untuk dapat mengekstraksi nilai. Saya pikir di sinilah beberapa poin yang kurang disadari oleh beberapa pihak.”

Bagian Tersulit adalah Memulai & Mengembangkan Ekosistem Membutuhkan Waktu

Saat ditanya tentang kompetisi dengan para pesaing lainnya, Aleksander justru berpendapat bahwa hal yang sangat sulit adalah memulainya dari awal.

“Saya tidak terkejut bahwa ada banyak game yang dirilis. Karena, di industri game konvensional, banyak game yang dirilis setiap hari, dan kebanyakan dari mereka gagal. Memulai dari awal game dengan intellectual property (IP) [seperti yang kami lakukan] itu benar-benar sangat sulit, dan itulah keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Axie saat ini,” jelasnya.

Di momen ini, Aleksander menceritakan tentang game Axie baru yang berada di ekosistem menggunakan aset yang sama. “Jadi ini akan menjadi game pihak pertama kami atau game program builder yang sedang dikirimkan, yang menurut kami sangat seru,” ungkapnya.

Aleksander berpikir itu benar-benar akan menjadi masa depan Axie infinity. Seperti lebih banyak game, ekosistem yang terus berkembang dari berbagai hal yang dapat dilakukan oleh para pemain.

“Hal ini kemudian akan memastikan bahwa aset-aset ini tetap bernilai tinggi secara potensial seperti halnya kolektibilitas. Namun, hal-hal ini membutuhkan waktu untuk dibangun. Ekosistem membutuhkan waktu. Dan saya pikir banyak orang mencoba melakukan itu, tetapi mereka tidak memiliki komunitas yang sama dengan yang kita miliki,” terang Aleksander.

Dia mengaku keunggulan kompetitif yang dimiliki Axie sebenarnya adalah orang-orang yang menyukai IP di kripto. Terkait hal ini, dia mengatakan, “Posisi terendah yang lebih tinggi sedang dibuat. Ketika saya mengatakan ‘posisi terendah yang lebih tinggi’, maksud saya, kami memiliki 2,7 juta pengguna, maka mungkin saja mengoreksi menjadi 100.000 pengguna. Namun, ini masih 100.000 pemain yang setiap minggu atau setiap hari berinteraksi dengan produk. Mereka sangat menyukai apa yang kami coba lakukan. Ini merupakan jumlah yang signifikan lebih dari yang dimiliki pihak lain.”

Tampaknya, pihak Sky Mavis meyakini bahwa mereka memiliki basis pemain inti yang akan suka mengikuti produk baru. Aleksander mengakui pandangan ini berlandaskan pada kesempatanbahwa mereka dapat meningkatkan ukuran market.

“Jadi sekarang, bagi kami, semuanya tentang masuk ke market di luar dunia kripto, dan memastikan bahwa kami memiliki para gamer reguler yang hanya menyukai produk. Misalnya, seperti ketika mereka pergi ke App Store sedang mengunduh game dan memainkannya. Kemudian, jika mereka ingin menjadi gamer blockchain, jika ingin mendapatkan sesuatu, atau jika ingin berpartisipasi dalam ekonomi, mereka ingin level yang lebih dalam, saat itulah mereka berinteraksi dengan sisi kripto. Seperti itulah yang sedang kami kerjakan sekarang.”

Tantangan yang Dihadapi

Menurut Aleksandar, beberapa tantangan yang mereka hadapi di antaranya seperti regulasi dan sentimen dari orang-orang di seluruh dunia yang benar-benar menyerah pada kripto karena tidak melihat manfaatnya.

“Saya pikir terserah kita untuk mendidik orang lebih banyak. Jadi, kita harus sangat jelas tentang apa manfaatnya atau mengapa orang harus peduli tentang ini. Saya pikir, ini mungkin seperti ‘tantangan edukasi’. Ada juga ‘tantangan keamanan’ ketika membangun produk baru yang akan dihadapi setiap pihak,” ungkap Aleksander.

Terkait eksploitasi yang dialami Ronin Network, Aleksander mengatakan bahwa ketika suatu startup merilis sebuah produk, itu adalah tentang trade off. Sebagai informasi, trade off merupakan istilah untuk menggambarkan situasi ketika suatu pihak harus membuat keputusan terhadap dua hal atau lebih dengan mengorbankan satu aspek untuk memperoleh aspek lain.

“Anda perlu melakukan trade off. Anda dapat merilis produk dengan cepat, sehingga bisa mendapatkan respon dari basis pemain atau pengguna. Kemudian, Anda perlu mengulangi dari sana. Ketika kami merilis Axie klasik hingga Ronin chain, sulit bagi kami untuk memperkirakan seberapa cepat itu akan terjadi,” terang Aleksander.

Dia menambahkan, “Melihat ke belakang, saya berharap kami memiliki lebih banyak validator dan lebih aman. Namun, apa yang sudah terjadi sudah selesai. Ini adalah pembelajaran yang besar. Kami sekarang memiliki Google Cloud sebagai validator. Jadi saya pikir kami harus membuktikannya, dan Sky Mavis tetap ada di sini dengan fokus kami adalah keamanan. Dengan adanya hacker canggih seperti Lazarus, ini akan terjadi pada lebih banyak orang. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah harus bisa mengamankan jaringan dan saya pikir semua orang di seluruh industri kripto perlu menyadari hal ini.”

Untuk memperbaiki krisis yang sempat mereka hadapi, Aleksander mengatakan, “Terkait dengan kepercayaan, seperti sebagian besar alasan mengapa kami memutuskan untuk menggunakan dana kami sendiri [untuk mengganti semua dana pengguna yang hilang akibat serangan hacker], tujuannya agar kami dapat memberi tahu orang-orang bahwa, ‘Hei, Anda dapat mempercayai kami. Kami sangat peduli dengan Anda dan apa yang terjadi pada ekosistem ini.’”

Sang COO Sky Mavis ini mengaku bahwa hal yang sama juga berlaku untuk produk-produk mereka lainnya. Satu-satunya cara adalah harus terus transparan tentang apa yang dilakukan tim pengembang, seperti berkomunikasi dengan baik dan membangun di tengah bear market.

“Kita telah melalui siklus bull dan bear ini sebelumnya. Jadi, kita tidak terganggu olehnya. Kami benar-benar percaya bahwa orang-orang yang masih ada setelah bear market adalah pihak yang benar-benar percaya pada industri ini, desentralisasi dan kepemilikan aset. Jika tidak, kripto mungkin bukan untuk Anda. Ini segala sesuatu yang saya percaya bahwa setiap item game akan didukung oleh kripto, seperti halnya NFT. Jadi, ini akan terjadi entah mereka ada di sini atau tidak. Ini hanya kesempatan bagi mereka yang menjadi bagian dari sesuatu,” tegas Aleksander.

Sehubungan dengan para gamer konvensional yang belum memasuki dunia kripto, Aleksander menilai bahwa mereka belum benar-benar melihat apa manfaat memiliki hak properti digital.

“Setelah kita memiliki memiliki permainan yang lebih solid, seperti model bisnis, mereka akan masuk dengan semua yang mereka miliki. Jadi, penting untuk memberikan pemahaman tentang potensi yang ada,” ungkap Aleksander.

Sementara itu mengenai developer game konvensional, Aleksander melihat mereka seperti turis ketika ada yang mencoba mengimplementasikan blockchain tapi ditunda ketika bear market dimulai. Menurutnya, “Mereka seperti turis. Mereka hanya di sini untuk waktu singkat dan kemudian menghilang, dan akan ada kembali pada bull market. Itulah yang saya pikirkan.”

Membuka Potensi Tidak Terbatas Dunia Kripto 

Mengenai potensi market kripto di Asia Tenggara, Aleksander menilai bahwa banyak orang mulai memahami potensi teknologi baru ini dan sangat senang karena berpotensi dapat mempelajari sesuatu yang pasti merupakan bagian besar darinya. 

Aleksander mengatakan, “Keyakinan kami baru langkah pertama. Seperti biasanya, orang menemukan kripto untuk uang sehingga membuat mereka menjadi bersemangat. Kemudian, mereka menabung untuk segala sesuatu yang ada di sekitar sektor ini.”

Dia menegaskan pihaknya mencoba untuk mendidik kembali orang-orang dan membawa mereka untuk melihat bahwa sebenarnya ada lebih banyak manfaat dalam dunia kripto daripada hanya menghasilkan uang.

“Saya pikir sangat penting bagi mereka memahami itu. NFT adalah tentang seperti hak milik digital hingga lapisan identitas. Saya pikir ke sanalah tujuan kita,” tegasnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori