MicroStrategy, perusahaan analytics & business intelligence yang terkenal pro-Bitcoin, mengumumkan menerima pinjaman berjangka senilai US$205 juta (Rp2,93 triliun) dari Silvergate Capital pada 29 Maret 2022.
Pinjaman ini diberikan kepada MacroStrategy yang merupakan anak perusahaan MicroStrategy. Bloomberg melaporkan bahwa pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada Maret 2025.
Kucuran pinjaman lewat program Silvergate Exchange Network (SEN) Leverage ini diberikan lewat anak perusahaan Silvergate Capital, yaitu Silvergate Bank.
Silvergate Capital yang telah listing di bursa saham New York Stock Exchange (NYSE) dikenal sebagai penyedia solusi dan layanan infrastruktur keuangan inovatif untuk industri mata uang digital yang sedang berkembang.
Pinjaman berjangka hanya bunga atau interest-only term loan ini dijamin dengan Bitcoin tertentu yang disimpan di collateral account atau rekening jaminan MacroStrategy dengan kustodian yang disahkan bersama baik oleh Silvergate dan MacroStrategy.
Berdasarkan ketentuan perjanjian, MacroStrategy akan menggunakan hasil pinjaman ini untuk 3 hal, antara lain: membeli Bitcoin, membayar biaya, bunga, dan pengeluaran terkait dengan transaksi pinjaman; serta untuk keperluan umum MacroStrategy dan MicroStrategy.
MicroStrategy adalah Contoh Perusahaan yang Bisa Manfaatkan Bitcoin
Michael Saylor, yang telah menjadi salah satu sosok paling vokal dalam mempromosikan Bitcoin, mengatakan bahwa pinjaman SEN Leverage memberi pihaknya kesempatan untuk memajukan posisi sebagai investor perusahaan publik terkemuka yang berinvestasi dalam Bitcoin.
“Menggunakan modal dari pinjaman ini, kami telah secara efektif mengubah Bitcoin kami menjadi jaminan produktif, yang memungkinkan kami untuk mengeksekusi lebih lanjut strategi bisnis kami,” kata Michael Saylor selaku Chairman dan CEO MicroStrategy.
CEO Silvergate, Alan Lane, mengatakan bahwa pihaknya senang menambahkan MicroStrategy ke dalam daftar peminjam SEN Leverage di Silvergate yang terus bertambah.
“Pendekatan inovatif mereka terhadap manajemen perbendaharaan adalah contoh luar biasa tentang bagaimana sebuah institusi dapat memanfaatkan Bitcoin mereka untuk mendukung dan mengembangkan bisnis lebih lanjut,” kata Alan Lane.
SEN Leverage, real-time payments platform milik Silvergate, merupakan inti dari rangkaian solusi pembayaran, pinjaman, dan pendanaan; yang melayani beragam perusahaan dan para investor di dunia digital currency yang terus berkembang di seluruh muka bumi.
Diluncurkan pada tahun 2020, SEN Leverage menyediakan akses modal tingkat institusional melalui pinjaman dolar Amerika Serikat (AS) yang dijamin dengan Bitcoin.
Per 31 Desember 2021, LEN Leverage telah memiliki sekitar US$570,5 juta (Rp8,12 triliun) dalam bentuk komitmen. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan akan akses ke modal dalam industri mata uang digital.
Silvergate berharap bisa mengambil bagian dalam pertumbuhan pesat mata uang digital dan membentuk kembali perdagangan global untuk masa depan digital currency.
Strategi Perusahaan: Beli & Hold Bitcoin
Menariknya, MicroStrategy adalah perusahaan yang sudah cukup mature. Mereka bahkan telah listing di bursa saham NASDAQ sejak Juni 1998.
MicroStrategy mengaku saat ini mengejar 2 strategi.
Pertama, mengembangkan enterprise analytics software business untuk mempromosikan visi Intelligence Everywhere mereka.
Kedua, memperoleh dan hold Bitcoin; yang mereka pandang sebagai store of value atau penyimpan nilai yang dapat diandalkan, karena didukung oleh arsitektur open-source yang kokoh, publik, serta tidak terikat dengan kebijakan moneter dari berbagai negara.
Chief Financial Officer (CFO) MicroStrategy, Phong Le, sempat mengatakan ke WSJ pada 25 Januari 2022, “Strategi kami dengan Bitcoin adalah membeli dan hold. Jadi, sejauh kami memiliki arus kas berlebih atau kami menemukan cara lain untuk mengumpulkan uang, kami terus memasukkannya ke dalam Bitcoin.”
Bila merujuk dari laporan keuangan pada 15 Februari 2022, MicroStrategy berharap membeli Bitcoin tambahan di periode mendatang, meskipun mereka juga mengaku dapat menjual Bitcoin sesuai kebutuhan untuk menghasilkan aset tunai terkait tujuan manajemen perbendaharaan.
Sebagai catatan, FT pada 7 Juni 2021 melaporkan MicroStrategy berusaha mengumpulkan uang sebanyak US$400 juta yang merupakan jumlah pokok agregat dari surat utang senior secured notes yang jatuh tempo pada tahun 2028.
Selain itu, mereka juga menjelaskan bahwa Bitcoin yang dimiliki MicroStrategy dipegang oleh anak perusahaan yang baru dibentuk, yaitu MacroStrategy.
Berapa Banyak Bitcoin yang Dimiliki MicroStrategy?
MicroStrategy telah membeli Bitcoin sejak Agustus 2020. Namun, perusahaan yang dipimpin oleh Michael Saylor ini belum mengumumkan mengakumulasi Bitcoin kembali setidaknya sejak 1 Februari 2022.
Pada tahun 2020, MicroStrategy mengaku membeli total sekitar 70.469 Bitcoin dengan harga pembelian agregat sekitar US$1,12 miliar serta harga pembelian rata-rata sekitar US$15.964 per BTC termasuk biaya dan pengeluaran yang berkaitan.
Pada tahun 2021, mereka lalu mengumpulkan total sekitar 53.922 Bitcoin tambahan dengan harga pembelian agregat sekitar US$2,62 miliar serta harga pembelian rata-rata sekitar US$48.710 per BTC termasuk biaya dan pengeluaran yang berkaitan.
Selama periode antara 1 Januari hingga 14 Februari 2022, MicroStrategy membeli sekitar 660 Bitcoin dengan harga pembelian agregat sekitar US$25 juta serta harga pembelian rata-rata sekitar US$37.865 per BTC yang sudah termasuk biaya dan pengeluaran yang berkaitan.
Per 14 Februari 2022, mereka mengaku memegang sebanyak 125.051 BTC yang diperoleh dengan harga pembelian agregat US$3,77 miliar (Rp54,2 triliun) serta harga pembelian rata-rata sekitar US$30.200 per BTC termasuk biaya dan pengeluaran terkait. Jumlah Bitcoin ini merupakan angka yang sama ketika dilaporkan pada awal Februari 2022.
Total Bitcoin yang dimiliki MicroStrategy diperkirakan sudah bernilai US$5,93 miliar (Rp85,16 triliun), bila menggunakan harga patokan US$47,465.73 per Bitcoin pada 29 Maret 2022.
Sebagai informasi, setelah Bitcoin mencapai all-time high (ATH) atau titik tertinggi sepanjang masa senilai US$68,789.63 yang setara Rp980,47 juta pada 10 November 2021, harga BTC kemudian terus berangsur turun hingga sempat ambrol ke level US$35.030,25 atau setara Rp501,97 juta pada penutupan 22 Januari 2022.
Namun, Bitcoin kini telah menghapus posisi negatifnya sejak akhir tahun 2021. Harga Bitcoin terpantau berada di atas US$47.000 atau sekitar Rp673 juta mulai 28 Maret 2022, tumbuh 1,77% dibandingkan pada 31 Desember 2021 yang diperdagangkan di level US$46.306,45.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.