Lihat lebih banyak

DBS Berencana Kembangkan Bisnis Kripto & Aset Digital, walau Market Masih Bearish

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • DBS, bank terbesar di Singapura, dikabarkan berencana mengembangkan bisnis kripto dan aset digitalnya, meski market kripto masih mengalami kondisi bearish.
  • Lengan bisnis DBS tahun lalu berhasil menerima lisensi kripto dari Monetary Authority of Singapore (MAS)
  • CEO DBS Group mengatakan bahwa pihaknya memiliki kurang dari 1.000 pengguna, tetapi akan menawarkan layanan ini kepada 300.000 klien kaya di seluruh Asia.
  • promo

DBS, bank terbesar di Singapura, dikabarkan berencana mengembangkan bisnis kripto dan aset digitalnya meskipun market kripto masih mengalami kondisi bearish.

Piyush Gupta, CEO DBS Group sejak tahun 2009, mengatakan kepada Financial Times pada hari Selasa (6/9) bahwa penurunan dalam market kripto membuktikan bahwa lembaga keuangan yang mapan dan teregulasi, bukan hanya startup, harus menawarkan produk seperti perdagangan aset digital untuk investor ritel.

Lengan bisnis DBS tahun lalu berhasil menerima lisensi kripto dari Monetary Authority of Singapore (MAS), yang memungkinkan para klien institusional dan kaya mengakses DBS Digital Exchange melalui undangan.

CEO DBS Group mengatakan bahwa pihaknya memiliki kurang dari 1.000 pengguna, tetapi akan menawarkan layanan ini kepada 300.000 klien kaya di seluruh Asia; termasuk bank swasta, investor terakreditasi, serta exchange dan fund lainnya melalui aplikasi mobile banking DBS.

Aplikasi ini akan membuat prosesnya tidak terlalu kaku dan lebih cepat bagi para klien, selain memungkinkan bagi DBS untuk menawarkannya kepada lebih banyak pelanggan. 

Sebagai catatan, DBS diketahui memiliki total aset sebesar 686 miliar dolar Singapura (SGD) atau setara US$488 miliar per Desember 2021. Sovereign wealth fund (SWF) Singapura, yaitu Temasek, memiliki saham DBS di bawah 30%.

Lembaga Keuangan Mapan Perlu Tawarkan Layanan Aset Digital

Piyush Gupta mengatakan bahwa DBS harus mendukung dorongan Singapura ke teknologi keuangan mutakhir.

“Orang-orang memandang kami untuk menjadi pelopor dalam sektor ini dan terus mendorong sampai pada batas,” jelasnya.

Kabar mengenai rencana DBS untuk semakin terjun lebih dalam dunia kripto muncul ketika regulator Singapura berupaya mengambil langkah-langkah untuk melindungi investor ritel sambil menegaskan strategi aset digital mereka.

Direktur Pelaksana MAS, Ravi Menon, pada 29 Agustus lalu berusaha mengklarifikasi posisi pihaknya di sektor kripto dalam pidato yang berjudul “Ya untuk Inovasi Aset Digital, Tidak untuk Spekulasi Kripto”.

Terkait hal ini, sang CEO DBS Group mencoba menggambarkan tantangan yang dihadapi regulator Singapura. “Di satu sisi, kami ingin menjadi crypto hub global. Di sisi lain, kami juga sangat khawatir dengan populasi domestik yang terkena dampak dari kelas aset spekulatif ini,” jelasnya.

Baginya, kerugian yang diderita oleh investor ritel dalam crypto crash menggarisbawahi pentingnya lembaga keuangan yang lebih mapan yang menawarkan layanan aset digital.

DBS Klaim Mampu Beri ‘Pagar Pembatas’ & Perlindungan

Adapun jumlah total perdagangan di DBS Digital Exchange meningkat lebih dari 2 kali lipat dari April hingga akhir Juni. Sementara itu, jumlah Bitcoin (BTC) yang dibeli di exchange ini telah meningkat hampir 4 kali lipat. Demikian pula, jumlah Ether (ETH) telah meningkat 65% selama periode yang sama.

“Kami telah bijaksana tentang siapa yang kami bawa. Pandangan saya adalah kita bisa melakukan ini untuk investor ritel, tetapi regulator tidak selalu melihatnya seperti itu,” ungkap Piyush Gupta.

Sekitar US$1 miliar telah mengalir keluar dari DBS dan masuk ke bursa kripto global yang dijalankan oleh sejumlah perusahaan kripto termasuk Genesis dan Binance sebelum DBS meluncurkan exchange mereka sendiri.

CEO DBS Group mengklaim bahwa dengan mempercayakan ke perusahaan seperti DBS, yang dapat menerapkan ‘pagar pembatas’ dan perlindungan, ini akan menghasilkan hasil yang lebih baik.

Analis Tetap Skeptis

Namun, para analis memperingatkan bahwa tidak ada regulator atau ‘pihak lain’ yang dapat melindungi dari risiko market. “Sebenarnya, kripto sangat fluktuatif dan pada dasarnya harus bergantung pada orang yang memahami risikonya,” jelas Nizam Ismail selaku pendiri Ethikom Consultancy yang memberi saran kepada berbagai perusahaan tentang kepatuhan (compliance).

Dia menambahkan bahwa banyak bank telah gagal melakukannya. Selain itu, secara hipotesis, DBS bisa lebih aman bagi investor ritel yang ingin memperdagangkan kripto, tetapi sulit untuk dinilai.

Zennon Kapron, direktur Kapronasia yang merupakan kelompok riset dan konsultasi teknologi keuangan mengatakan, “Hal yang benar-benar kita butuhkan adalah semacam cek atau surat izin mengemudi untuk memastikan [investor ritel] memahami risikonya. Itu [sekarang] tidak ada. Apakah itu berasal dari bank seperti DBS adalah pertanyaan lain.”

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori