Trusted

DeFi Drama: Trader vs Hyperliquid, Explained

5 menit
Diperbarui oleh Adi Wiratno
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Narasi Hyperliquid menghadapi berbagai isu, mulai dari isu hacker Korea Utara yang mengulik sistemnya, aksi spekulatif “50x ETH big guy”, dan kasus leverage token JELLYJELLY.
  • Banyak juga rumor beredar yang menyebut bahwa kejadian yang menimpa Hyperliquid disebabkan oleh Binance dan OKX.
  • promo

Hyperliquid sempat dipuja sebagai “Decentralized Binance” karena eksekusi trade yang cepat, user-friendly platform, trading fee yang sangat rendah, dan image yang sangat community-friendly. Token HYPE semakin hype setelah meluncurkan airdrop 31% dari total pasokan (310 juta HYPE) ke pengguna awal tanpa ada VC dan harga token yang terus naik sampai ATH di US$32.

Tapi sekarang, narasinya mulai berubah. Mulai dari isu adanya hacker asal Korea Utara yang mengulik sistemnya, aksi spekulatif “50x ETH big guy”, sampai kasus leverage token JELLYJELLY yang mencoreng nama Hyperliquid.

Untuk kasus terakhir ini dapat teratasi lantaran Hyperliquid melakukan delisting token tersebut. Serta melakukan force-close position trader dengan harga yang ditentukan langsung oleh tim mereka.

Namun kini, banyak yang sekarang mulai mempertanyakan: seberapa aman, stabil, dan truly decentralized sebenarnya Hyperliquid ini? Bahkan, banyak yang menyebutnya sebagai “FTX 2.0”.

The Market Maker: Hyperliquidity Provider Vault (HLP)

Salah satu alasan kenapa Hyperliquid sempat digadang-gadang sebagai next-gen DEX adalah karena sistem pricing-nya yang cukup solid. Untuk menjaga harga tetap akurat dan wajar, Hyperliquid memakai decentralized oracle system yang memperbarui harga spot dari berbagai CEX besar setiap tiga detik. Ini menjadi basis dari perhitungan funding rate, margin, dan sistem likuidasi.

Tapi yang membuat Hyperliquid sangat unik adalah pendekatan mereka terhadap liquidity dan market-making lewat Hyperliquidity Provider (HLP). HLP adalah public vault yang mengurus market-making, liquidation position user, dan menerima sebagian trading fee. Alih-alih hanya diakses institusi besar, HLP dibuka untuk public liquidity provider dengan pembagian keuntungan dan kerugian (PnL) dari vault activity. It’s community-owned dan ada lock-up 4 hari untuk depositnya. HLP terdiri dari 3 vault:

  • HLP Liquidator: Vault ini bertugas menyerap liquidation.
  • HLP Strategy A dan Strategy B: Kedua vault mengambil position sebagai bentuk hedging strategy.

Jadi terlihat seolah-olah position HLP itu netral secara net amount, tapi tidak netral secara risk-exposure.

Sederhananya, HLP ibarat bank yang mengambil alih mobil kredit dari nasabah gagal bayar. Tetapi mobilnya tidak bisa langsung dijual karena pasarnya sepi, sementara asuransi nilai mobilnya tidak bisa dicairkan tanpa penjualan. Bisa juga dianalogikan seperti ember penampung air bocor; efektif untuk kebocoran kecil, tapi bisa meluap saat air yang masuk terlalu banyak dan kotor. Intinya, HLP rawan rugi saat harus menyerap posisi besar dari token yang tidak likuid.

Masalah dengan Sistem HLP

Mekanisme HLP terlihat cerdas karena Liquidator Vault menyerap posisi yang “jatuh”, sementara Strategy A dan B melakukan hedging untuk menjaga net exposure tetap seimbang.

Strategi ini berjalan dengan baik jika asumsi ini selalu benar: likuiditas di market akan selalu cukup untuk keluar dari posisi yang diambil. Pada kenyataannya, hal ini tidak selalu terjadi dan dari celah ini, kelemahan sistem HLP mulai kelihatan. Sekali lagi, HLP ini sebuah automated system yang bisa dimanfaatkan pihak lain jika paham polanya.

Jika token yang sedang ada di pasar likuiditasnya rendah atau memiliki trade size terlalu besar, sistem HLP akan kesulitan melepas posisi yang diserap. Sehingga, muncul kasus trader vs HLP yang melibatkan token seperti ETH dan JELLYJELLY. Mari kita bedah satu per satu.

ETH 50X Big Guy vs HLP

Dalam kasus ETH yang terjadi pada 12 Maret 2025, seorang trader mengubah US$10 juta menjadi long position ETH senilai US$271 juta menggunakan leverage tinggi. Sekarang pertanyaannya, dengan trade size sebesar itu, bagaimana cara exit yang menguntungkan?

Kalau trader melakukan close position, akan ada slippage besar dan membanting harga sendiri. Jadi metode yang digunakan trader adalah perlahan-lahan menarik jaminan agar HLP melikuidasi dan mengambil alih posisi tersebut. Sementara trader membuka hedging short di exchange lain yang akhirnya profit dari selling pressure HLP, yang terjadi pada HLP:

  • HLP Liquidator mengambil position US$290 juta long ETH
  • HLP Strategy A dan Strategy B masing-masing hedging dengan US$145 juta short ETH

Aksi tersebut pun menimbulkan sejumlah akibat. Pertama, karena size-nya besar, pasti ada slippage entry price position tersebut yang mengakibatkan kerugian US$4 juta, sekitar profit HLP selama sebulan. Hal itu sudah mulai membuat liquidity provider HLP khawatir dan menarik dana.

Sumber : Hyperliquid

Sejak kejadian ini, Hyperliquid mengurangi batas leverage BTC menjadi 40x dan ETH menjadi 25x. Mereka juga menetapkan aturan baru yang mewajibkan trader menjaga minimal 20% jaminan dari position size untuk menghindari market impact saat close position. Meski demikian, ‘ETH 50x Big Guy’ ini tetap melakukan high-leverage trading di Hyperliquid dengan token LINK.

JELLYJELLY: Meme coin yang Mengacaukan HLP

Di bulan yang sama, tepatnya pada 26 Maret 2025, kasus yang melibatkan token JELLYJELLY menjadi salah satu insiden paling menarik dan kontroversial dalam sejarah pendek Hyperliquid. Token yang awalnya hanya dipandang sebagai meme coin kecil dengan kapitalisasi pasar belasan juta dolar, saat insiden terjadi ternyata mampu mengacaukan sistem leverage dan likuidasi yang diandalkan Hyperliquid melalui vault utamanya, HLP.

Sumber : Hypurrscan

Total supply JELLYJELLY adalah 999.999.099. Dalam konteks ini, seorang trader, yang memiliki hampir 125 juta JELLYJELLY, melakukan dump seluruh token yang ia miliki dan membuka short position sebesar hampir 400 juta token di kisaran harga US$0,0095, atau sekitar 40% dari seluruh supply.

Dengan ini, short position dengan nilai awal US$4,5 juta langsung berada dalam kondisi menguntungkan. Situasinya saat itu, liquidity di perpetual market lebih rendah ketimbang spot market sehingga mudah untuk memanipulasi harga.

Sumber : DEXScreener

Setelah itu, trader mengeksekusi strategi ini:

  • Mencabut sebagian besar jaminan short position-nya sehingga mudah terlikuidasi.
  • Melakukan buyback JELLYJELLY di berbagai exchange dengan harga yang murah sehingga harganya naik drastis sampai 500%.
  • Membuka long position JELLYJELLY dengan wallet lain untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga JELLYJELLY hasil buyback-nya. 
Sumber : X

Akibatnya, short position milik sang trader akhirnya terlikuidasi dan terserap oleh HLP. Situasi ini membuat HLP memegang short position dalam jumlah besar terhadap token yang sangat tidak likuid, yang rawan terhadap slippage tinggi. Ketika harga JELLYJELLY dipompa naik kembali, posisi yang diambil HLP berubah menjadi liability dengan unrealized loss mendekati US$12 juta dan ancaman likuidasi jika market cap JELLYJELLY mencapai US$150 juta. 

Sumber : X

Di sisi lain, trader yang sama justru duduk nyaman dalam long position dan mencetak unrealized profit lebih dari US$8 juta. Kondisi semakin parah saat adanya komunitas yang ikut mendorong harganya naik untuk menghancurkan Hyperliquid.

Pada akhirnya, tim Hyperliquid menangani kondisi ini dengan menutup paksa seluruh position di harga US$0,0095, harga saat trader open short position (saat harga sebenarnya di US$0,05) dan delisting JELLYJELLY. HLP mendapatkan keuntungan US$703 ribu dan janji akan mengganti rugi seluruh trader yang tidak terafiliasi dengan trader yang menyebabkan kekacauan tersebut.

Top CEXs vs Hyperliquid

Sumber : X

Insiden ini berdampak langsung pada penurunan harga HYPE dan berkurangnya total value locked (TVL) di HLP. Kepercayaan terhadap Hyperliquid pun ikut menurun, terutama yang terkait aspek desentralisasi protokol. Banyak pihak mulai meragukan apakah Hyperliquid benar-benar decentralized setelah melihat bagaimana terpusatnya decision-making untuk menangani kasus ini.

Banyak juga rumor beredar bahwa kejadian yang menimpa Hyperliquid disebabkan oleh Binance dan OKX. Dugaan ini semakin kuat dengan 2 hal: wallet trader yang menyebabkan kekacauan JELLYJELLY mendapat pendanaan dari Binance dan OKX, dan kedua exchange tersebut me-listing JELLYJELLY di perpetual market mereka. Situasi ini semakin panas setelah CEO Bitget, Gracy Chen, menyebut Hyperliquid sebagai “FTX 2.0.” Komentar tersebut memperkuat narasi bahwa sistem Hyperliquid memiliki kemiripan dengan program Backstop Liquidity Provider (BLP) milik FTX, di mana pihak internal menyerap likuidasi position dari trader lain.

Menuju Decentralized Binance, atau FTX 2.0?

Insiden ini jadi pengingat penting bagi seluruh ekosistem perpetual DEX bahwa inovasi baru belum tentu sepenuhnya aman dan tanpa celah. Apakah Hyperliquid akan berkembang jadi versi decentralized dari Binance, atau justru mengulang sejarah kelam FTX 2.0, pada akhirnya hanya waktu yang bisa menjawab.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Febi-Mettasari-scaled.jpeg
Febi Mettasari
Febi Mettasari merupakan lulusan Computer Science, memulai kariernya di bank swasta terbesar di Indonesia, menangani pengembangan BI FAST. Ia lalu bergabung dengan Parallax untuk mendalami Web3 development. Kini ia memimpin Kwek Labs dan aktif berbagi ilmu di komunitas Web3.
BACA BIO LENGKAP
Disponsori
Disponsori