Meskipun hadir sebagai kelas aset baru, aset kripto diharapkan mampu mengambil peran dalam pembangunan ekonomi nasional. Khususnya dalam menyongsong visi Indonesia emas 2045. Merespons hal itu, Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan menjelaskan, untuk itu, kita tidak bisa membatasi diri hanya dengan menjadikan kripto sebagai aset investasi.
Dalam gelaran Webinar Nasional yang digelar oleh ISEI, Oscar memaparkan bahwa untuk bisa mencapai target tersebut, pemanfaatan teknologi yang menjadi tulang punggung dalam aset kripto, yakni blockchain harus lebih masif lagi.
Menurutnya, pemanfaatan blockchain memiliki potensi yang sangat luas, dan tidak terbatas hanya pada produk keuangan. Ia mencontohkan, dalam teknologi internet misalnya, saat ini para pelaku industri tengah mengembangkan sesuatu yang dinamakan Web 3.0 (Web3) dengan menggunaan blockchain.
Web 3.0 sendiri merupakan generasi ketiga dari internet yang memungkinkan pengguna tidak hanya berinteraksi, namun juga bisa ikut memiliki konten yang tersaji dari internet itu sendiri. Selain itu, di dalam Web 3.0, tidak ada otoritas maupun entitas pusat manapun yang mengendalikan, karena mekanismenya terbangun dengan menggunakan jaringan terdesentralisasi.
“Kalau dari sisi governance, pemanfaatan blockchain bisa untuk berbagai hal. Mulai dari sistem perpajakan, pembuatan sertifikat tanah hingga hal lainnya yang membuat lebih efisien,” jelas Oscar.
Indonesia Berisiko Hanya Menjadi Konsumen Dalam Lanskap Blockchain
Namun sayang, menurut Oscar, jumlah developer blockchain di Indonesia masih jauh lebih sedikit ketimbang Amerika Serikat (AS) dan Cina. Dalam pandangannya, jika kondisi ini terus berlanjut, maka Indonesia akan tertinggal dan berisiko hanya akan menjadi konsumen semata dalam lanskap blockchain.
Karena secara sederhana, jika kita tidak bisa menjadi produsen. Maka negeri ini hanya akan menjadi bagian dari pasar. Oleh karena itu lanjutnya, saat ini pekerjaan rumah (PR) bersamanya adalah bagaimana kita bisa terlibat dalam pengembangan blockchain.
Sebagai catatan, secara perlahan pengembangan blockchain di Indonesia terus berjalan maju. Beberapa lembaga pendidikan tanah air mulai membentuk pusat studi blockchain dengan menggandeng entitas asing.
Mulai dari Univeritas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) yang mendirikan Pusat Studi Blockchain. Aksi itu mendapat dukungan dari EQBR Holdings Korea Selatan dan Dubai Blockchain Center. Selain itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada akhir tahun lalu juga telah meresmikan Indonesia Blockchain Center (IBC) ITS Chapter. Sebagai pusat riset blockchain dengan dukungan dari Dubai Blockchain Center.
Situasi itu memperlihatkan bahwa banyak pihak yang menaruh perhatian tersendiri bagi masa depan blockchain di Indonesia. Di sisi lain, pemerintah, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku akan selalu mendukung setiap inovasi teknologi, termasuk blockchain melalui regulatory sandbox.
Bagaimana pendapat Anda tentang potensi pengembangan blockchain di Indonesia? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
