Lihat lebih banyak

Tak Mampu Bayar Tagihan, EDL Laos Stop Pasokan Listrik ke Crypto Miner

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Pemerintah Laos terpaksa menyetop pasokan listrik untuk crypto miner, karena permintaan listrik dari masyarakat cenderung meningkat.
  • Selain itu, Laos juga disebut memasok listrik untuk Thailand selama musim kemarau melanda.
  • Namun, menurut salah satu karyawan Perusahaan Listrik Negara Laos, penghentian pasokan listrik ke para miner lebih dipicu oleh ketidakmampuan para entitas untuk membayar tagihan listriknya.
  • promo

Bencana kekeringan yang melanda sebagian wilayah Asia ternyata berdampak pada keberlangsungan industri crypto mining. Pemerintah Laos melalui keterangannya mengatakan bahwa pihaknya terpaksa menghentikan pasokan listrik untuk para crypto miner, karena permintaan listrik dari masyarakat cenderung mengalami peningkatan.

Laos sendiri mengandalkan debit air sebagai kontributor utama dalam menggerakkan pembangkit listrik. Perusahaan Listrik Negara Laos (EDL), yang bertanggung jawab terhadap pasokan listrik dalam negeri itu menyebut, 95% listrik yang dihasilkan perusahaan berasal dari pembangkit listrik tenaga air.

Tidak hanya itu, besaran listrik yang dihasilkan oleh EDL juga digunakan untuk memasok jaringan listrik di Thailand selama musim kemarau melanda. Alhasil, mau tidak mau, pemerintah Laos pun terpaksa mengambil langkah untuk menghentikan pasokan listrik ke para crypto miner dan memfokuskan distribusinya ke masyarakat umum.

Namun, pernyataan dari salah seorang karyawan EDL kepada media lokal justru memperlihatkan kondisi yang berbeda. Menurutnya, penghentian pasokan listrik ke para miner lebih dipicu oleh ketidakmampuan para entitas untuk membayar tagihan listriknya. Hal itu menjadikan tumpukan utang dari pihak swasta ke EDL menggunung, sehingga pada akhirnya, membuat EDL mencabut fasilitas listrik ke para miner.

Sempat Punya Hubungan Indah dengan Industri Kripto

Terlepas dari hal itu, kehadiran industri kripto sempat mendapatkan angin segar dari pemerintah Laos. Sejak September 2021, sebanyak 6 perusahaan telah diberikan wewenang untuk melakukan perdagangan dan mining mata uang kripto secara legal.

Padahal, sebulan sebelumnya, Bank Sentral Laos (BOL) mengeluarkan peringatan agar masyarakat tidak menggunakan aset kripto yang tidak diatur, termasuk Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH) hingga Litecoin (LTC). BOL menyebut seluruh aset digital itu tidak memiliki cadangan dalam bentuk mata uang sebenarnya, sehingga menjadikannya sangat berisiko.

Namun, sepertinya pemerintah Laos memiliki pandangannya sendiri. Mereka malah memberikan restu pada Wap Data Technology Laos, Phongsubthavy Road & Bridge Construction Co., Sisake Construction Company Limited, Boupha Road-Bridge Design Survey Co., Joint Development Bank, dan Phousy Group untuk menjalankan bisnis kripto.

Kala itu, pemerintah Laos mengatakan bakal melakukan komunikasi dan koordinasi lintas sektor dengan lembaga dan keuangan negara lainnya, termasuk BOL untuk melakukan penelitian dan membuat regulasi yang mengatur industri tersebut.

Sejak saat itu, seluruh institusi pemerintah sepertinya mulai sepakat untuk bersama-sama mencari cara dalam mengembangkan industri aset digital di wilayahnya.

Namun, memasuki tahun ini sikap BOL kembali garang. Di bulan Januari 2023, BOL menghentikan distribusi pinjaman ke entitas kripto. Otoritas moneter dan fiskal Laos itu beralasan bahwa pihaknya ingin mengurangi risiko keuangan dan menjaga stabilitas keuangan bank komersial. Selain itu, langkah tersebut juga diakui sebagai strategi untuk mendorong pasokan kredit ke sektor produksi.

Minat Kripto di Laos Rendah

Membincang soal industri kripto di Laos, data dari CoinGecko menyebutkan bahwa wilayah Laos masuk ke dalam jajaran wilayah di Asia Tenggara yang memiliki minat kripto paling sedikit dibanding negara lain. Posisi Laos bersanding dengan Kamboja, Myanmar, Brunei, dan Timor-Leste.

Grafik minat kripto di Asia Tenggara | Sumber : CoinGecko

Jika dilihat dari dari 10 negara teratas untuk minat kripto di Asia tenggara, posisi Laos berada di peringkat kedua terakhir dengan tingkat minat mencapai 0,08%. Adapun posisi pertama dihuni oleh Singapura dengan 43,46%, lalu diikuti oleh Filipina yang mencatatkan tingkat ketertarikan terhadap kripto sebesar 40,31%.

Indonesia sendiri berada di posisi 6, dengan tingkat minat kripto sebesar 2,04%. Posisi Indonesia masih berada di atas Kamboja, Myanmar, Brunei, dan Laos.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori