Elon Musk, sosok miliuner sekaligus CEO Tesla dan SpaceX, akhirnya memfinalkan akuisisi Twitter pada hari Kamis (27/10) sore kemarin waktu setempat. Finalisasi tersebut berlangsung beberapa jam setelah ia hadir ke markas Twitter. Sebagai pemilik baru atas jejaring sosial tersebut, salah satu tindakan pertama yang ia lakukan adalah memberhentikan beberapa petinggi perusahaan.
Di hari Kamis (27/10) kemarin, muncul cuitan karyawan Twitter membagikan foto Elon Musk yang nampaknya sedang melakukan rapat di kantin kantor. Tak lama kemudian, muncul laporan dari CNBC dan The Washington Post yang menyebutkan bahwa sang miliuner itu hadir di fasilitas kantor Twitter dengan posisi sebagai pemilik perusahaan.
Tidak berhenti sampai di sana, lalu muncul laporan yang mengatakan bahwa CEO Twitter, Parag Agrawal, dan CFO Twitter, Ned Segal, telah hengkang dari perusahaan. Selain itu, Head of Legal Policy di Twitter, Vijaya Gadde, juga dipecat, berdasarkan laporan yang beredar.
Sebagai informasi, Vijaya Gadde adalah sosok yang membuat keputusan untuk menutup akun Twitter milik mantan presiden AS, Donald Trump.
Menurut CNBC, tidak semua karyawan Twitter nampak “antusias” terhadap kehadiran Elon Musk. Terlebih lagi, setelah ada laporan yang mengungkapkan niatan Musk untuk memberhentikan hingga 75% dari staf Twitter. Para karyawan Twitter bahkan menulis sebuah surat terbuka kepada bos barunya. Melalui surat tersebut, mereka meminta agar Musk memberikan “perlakuan yang adil” dalam kepemimpinannya.
Drama di Balik Akuisisi Twitter
Sebelum akuisisi ini resmi terjadi, Elon Musk sempat bersitegang dengan pihak Twitter. Perselisihan antara kedua belah pihak berawal dari keputusan Musk untuk mengurungkan niatnya untuk membeli Twitter. BeInCrypto melaporkan bahwa alasan Musk menarik kembali penawarannya yang bernilai US$44 miliar itu, karena pihaknya menilai Twitter tidak memberikan informasi yang diminta. Di samping itu, banyaknya akun bot dan spam di media sosial microblogging tersebut juga menjadi alasan Musk ingin mundur dari kesepakatan.
Pihak Twitter yang tidak terima, lantas mengajukan gugatan hukum kepada sang taipan ke pengadilan di negara bagian Delaware, Amerika Serikat. Mereka menyebut tindakan Musk merusak bisnis perusahaannya. Dalam gugatannya, Twitter tak segan menuding bahwa Elon Musk memiliki iktikad buruk dari sejak awal memulai kesepakatan.
Dapat Dukungan Dana dari Banyak Pihak
Sebenarnya, titik terang dari akuisisi Twitter ini sudah terlihat dari adanya konfirmasi dari sejumlah pihak yang mengaku siap mendukung sang bos Tesla.
Di minggu ini, sejumlah bank besar; termasuk Morgan Stanley, Bank of America, dan Barclays; telah menyatakan komitmennya untuk memberikan dana pinjaman. Secara keseluruhan, dana yang akan Elon Musk terima dari ketujuh bank mitranya tersebut bernilai US$13 miliar.
Selain itu, Changpeng Zhao (CZ), CEO Binance, juga menekankan kembali kesiapannya mendukung langkah Elon Musk dengan mengucurkan dana investasi US$500 juta. Qatar Investment Authority dan perusahaan modal ventura Sequoia Capital pun dikabarkan turut berpartisipasi untuk mendukung Elon Musk dalam akuisisi Twitter.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.