Harga Ethereum (ETH) terpantau masih betah bertengger di kisaran US$1.930 hingga US$1.960 setelah beberapa kali gagal dalam percobaan menembus level US$2.000 pekan ini. Kendati data on-chain saat ini menunjukkan risiko dari supply squeeze Ethereum, lonjakan staking yang terjadi belum terefleksikan dalam aksi harga ETH baru-baru ini.
Sejak rampungnya The Merge Ethereum 2.0 pada April 2023 lalu, ETH tercatat mengalami ledakan hebat dalam aktivitas staking. Namun, ironisnya, peningkatan dramatis dalam aktivitas staking Ethereum 2.0 belum berhasil mendorong kenaikan harga ETH yang signifikan seperti yang banyak orang prediksi.
Aktivitas Staking ETH Capai Level Tertinggi Sepanjang Masa (ATH)
Menurut data dari Glassnode, staking ETH telah mencapai rekor tertingginya pada Mei lalu. Namun, momentum ini rupanya berlanjut hingga bulan berikutnya, dengan investor yang terus mengunci koin mereka dalam nominal yang terus bertambah. Alhasil, aktivitas ini mendorong jumlah tersebut naik lebih jauh lagi.
Grafik berikut ini menunjukkan bahwa antara 1 Juni hingga 4 Juli, holder ETH telah mengunci 1 juta koin ETH tambahan. Dengan begitu, total ETH yang di-staking saat ini menjadi sekitar 30,6% dari total pasokan yang beredar.
Metrik Pasokan dalam smart contract merangkum persentase total dari pasokan aset yang beredar yang saat ini terkunci dalam protokol staking DeFi. Ini bertujuan untuk mengamankan jaringan dan menyediakan likuiditas bagi proyek-proyek yang dibangun di atasnya.
Sementara itu, fenomena supply squeeze atau keterbatasan pasokan sendiri biasanya muncul ketika pasokan sebuah aset dibatasi atau terbatas. Hal ini seringkali memicu kenaikan harga yang luar biasa karena kesulitan sementara dalam mendapatkan aset tersebut.
Ketika aktivitas staking meningkat, pasokan token yang tersedia untuk memenuhi pesanan pasar berkurang sebanding. Jika kondisi ini berlanjut, hal itu bisa menyebabkan timbulnya supply squeeze pada Ethereum.
Peluang Supply Squeeze pada Ethereum Kecil karena Penurunan Burn Rate
Faktor penting lainnya yang memengaruhi pasokan bersih Ethereum adalah burn rate. Hal ini merujuk pada persentase koin yang ada, yang dibakar (burn), serta dikeluarkan dari pasokan beredar. Mekanisme ini bisa berupa menghancurkan koin yang ada atau mengurangi koin yang baru dibuat.
Pada bulan Mei lalu, Ethereum menyaksikan lonjakan pada burn rate karena kehebohan meme coin yang dipicu oleh munculnya PEPE. Pada puncaknya, sekitar 14.600 ETH dibakar pada 5 Mei, menghancurkan koin bernilai jutaan dolar Amerika Serikat (USD). Namun, sejak itu, burn rate-nya telah berkurang secara signifikan.
Dalam periode dua bulan, yaitu 5 Mei – 4 Juli, jumlah ETH harian yang dibakar menurun 80%, dari 14.967 menjadi 3.060.
Fee Ethereum yang dibakar adalah mekanisme deflasi yang bertujuan mengeluarkan koin ETH dari peredaran dengan secara permanen menghancurkan beberapa biaya yang sebelumnya dikeluarkan untuk validator node. Seperti yang terlihat pada gambar di atas, fee yang dibakar berkorelasi positif dengan harga.
Saat jumlah fee yang dibakar naik, berarti ada lebih banyak koin ETH yang dikeluarkan dari peredaran, dan fenomena supply shortage atau kekurangan pasokan ini akhirnya dapat memicu lonjakan harga.
Namun, mengingat bagaimana fee yang dibakar telah berkurang dalam beberapa minggu terakhir, hal ini menyeimbangkan dampak dari lonjakan staking ETH. Hal ini bisa diidentifikasi sebagai salah satu alasan mengapa supply squeeze ETH belum terjadi.
Prediksi Harga ETH: Koreksi sebelum Percobaan di Level US$2.000?
Sejauh ini, Ethereum belum bisa mempertahankan aktivitas transaksional yang terus-menerus tinggi, yang mana hal ini diperlukan untuk memicu peningkatan laju burn rate biayanya. Oleh karena itu, ETH kemungkinan akan kembali melakukan retracement di bawah US$1.800, sebelum mencoba menanjak lagi ke tonggak pencapaian US$2.000.
Namun, para bull bisa menawarkan beberapa support awal di sekitar level US$1.850. Pada zona itu, 6,27 juta investor yang membeli 13,41 juta ETH dengan harga rata-rata US$1.867 bisa menghalangi aksi penurunan tersebut.
Akan tetapi, jika garis support itu pecah, maka ETH kemungkinan akan tergelincir lebih dalam menuju level US$1.750.
Meski demikian, para bull juga punya peluang yang cukup baik untuk tetap memegang kendali pasar jika mereka bisa berhasil melewati tonggak pencapaian US$2.000. Namun, seperti yang terlihat di atas, tembok jual raksasa yang dibangun oleh 7,3 juta holder yang membeli 33 juta koin ETH seharga minimal US$1.987 bisa menjadi tantangan berat.
Terlepas dari itu, jika supply squeeze Ethereum mulai terjadi, ETH pada akhirnya akan bisa menaklukkan level resistance US$2.000 dan terus mendongkrak harganya menuju US$2.700.
Bagaimana pendapat Anda tentang indikasi supply squeeze Ethereum ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.