Lihat lebih banyak

Ethereum (ETH) & Solana (SOL) Jadi Aset Kripto Terfavorit untuk Staking

4 mins
Oleh David Thomas
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Data dari StakingRewards.com menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar dari semua aset kripto yang berada dalam posisi staked sudah mencapai angka US$94 miliar.
  • Saat ini, tercatat sebanyak 14.545.424 ETH yang staked. Meski demikian, sebagian besar tidak menghasilkan profit akibat kondisi harga ETH saat ini.
  • Fitur staking memicu timbulnya pertanyaan publik terkait apakah suatu aset kripto tertentu bisa dianggap sebagai sekuritas.
  • promo

Baru-baru ini, sebuah data menunjukkan bahwa total nilai kapitalisasi pasar dari semua aset kripto yang berada dalam posisi staking sudah mencapai hampir US$95 miliar. Ethereum (ETH) dan Solana (SOL) berhasil mendominasi total kapitalisasi tersebut.

Menyusul agenda The Merge yang berhasil terlaksana baru-baru ini, yaitu tepatnya pada 15 September 2022 lalu, sebuah data dari StakingRewards.com menunjukkan bahwa Ethereum (ETH) telah berhasil menyabet predikat sebagai aset kripto dengan jumlah aset terbanyak yang berada dalam staking.

Sebagai informasi, agenda The Merge sendiri melibatkan proses penggabungan antara mainnet Ethereum dengan Beacon Chain.

Kemudian, jaringan dengan kapitalisasi pasar transaksi staking tertinggi kedua adalah Solana (SOL), dengan jumlah total sebanyak US$12,7 miliar. Lalu, ada juga Cardano di posisi selanjutnya dengan lebih dari US$11 miliar, Binance Smart Chain dengan jumlah lebih dari US$5 miliar, dan Avalanche dengan total aset yang terkunci sekitar US$4,6 miliar.

Setelah lima posisi teratas tersebut, lima aset selanjutnya yang menempati sepuluh blockchain teratas; antara lain: Polkadot, Cosmos Hub, TRON, Polygon, dan NEAR Protocol.

Berdasarkan kapitalisasi pasarnya, dari sepuluh aset kripto yang fitur staking-nya paling banyak dijalankan pengguna, Cosmos (ATOM) menawarkan yield tertinggi, yakni dengan persentase yield sebesar 17,89%.

Sekilas tentang Staking vs. Mining

Aktivitas staking merupakan proses mengunci suatu aset kripto dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan imbalan berupa reward staking. Tidak hanya itu, staking juga merupakan cara bagi para validator transaksi untuk berebut kesempatan guna menambahkan block baru ke jaringan. Dalam sistem ini, algoritma deterministik akan memilih node yang paling banyak menjalankan staking aset kripto untuk memvalidasi transaksi.

Sebaliknya, dalam aktivitas penambangan (mining crypto), para miner harus saling bersaing untuk mendapatkan kesempatan menambahkan block transaksi baru ke jaringan blockchain. Parahnya lagi, proses seperti itu memerlukan daya komputasi yang cenderung intensif energi. Jadi, tidak heran jika hal tersebut telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk badan administrasi pemerintahan Biden.

Pada awal kemunculannya, metode staking ini diperkenalkan oleh dua sosok developer blockchain, yaitu Sunny King dan Scott Nadal. Pada waktu itu, mereka memperkenalkan staking pertama kali dalam sebuah paper pada tahun 2012 silam. King dan Nadal menerbitkan inisiatif tersebut sebagai solusi atas tingginya konsumsi energi Bitcoin.

Staking Buat Ethereum Tergolong sebagai Sekuritas?

Pada saat publikasi artikel, Ethereum, yaitu aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di dunia, memiliki total 14.545.424 ETH yang sedang berada dalam staking, 430.080 validator, dan yield tahunan sebesar 4,1% per tahunnya.

Akan tetapi, menurut perusahaan analitik Nansen, akibat lesunya harga Ethereum saat ini, sebagian besar ETH yang sekarang berada dalam posisi staked sedang merugi. Menurut data terbaru dari CoinGecko, Ethereum saat ini diperdagangkan pada level US$1.360,79.

Di sisi lain, migrasi Ethereum dari proof-of-work ke proof-of-stake yang mereka laksanakan baru-baru ini juga memperkenalkan perubahan terbaru dalam pola penerbitan aset kriptonya. Selain itu, mereka juga bermaksud untuk meningkatkan potensi Ethereum agar bisa memperoleh status sebagai “sound money” melalui pengenalan terkait batas pasokan.

Sejak pelaksanaan The Merge, sudah ada suntikan sebanyak 3.095,12 ETH dalam pasokan aset yang beredar. Mekanisme “pembakaran biaya/fee burn” yang menyertainya juga akan bertugas untuk mengontrol pasokan dengan menghilangkan ETH dari sirkulasi. Pengenalan pembakaran biaya tersebut pertama kali muncul pada Ethereum Improvement Proposal (EIP) 1559 pada bulan Agustus 2021 lalu.

Sementara itu, terkait dengan layanan penarikan Ethereum yang berada dalam stake sendiri, pengguna belum bisa melakukan withdrawal atau menarik aset staked ETH mereka sebelum upgrade Shanghai tayang. Jika berjalan sesuai rencana, maka upgrade ini akan berlangsung pada awal tahun 2023 mendatang.

Sebelum The Merge, partisipan perlu menjalankan staking sebanyak 32 ETH untuk bisa menjadi validator di jaringan Ethereum. Angka tersebut memang tergolong besar. Namun, para calon validator masih bisa berkontribusi dengan jumlah yang lebih rendah melalui staking pool. Dengan menjalankan staking melalui staking pool, calon validator tersebut cukup mengeluarkan mulai dari 0,01 ETH saja.

Di sisi lain, menurut ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS, migrasi Ethereum ke blockchain proof-of-stake sendiri juga dapat menjadi indikasi kuat bahwa koin tersebut sudah lulus Howey Test, yaitu tes utama yang digunakan untuk menilai apakah suatu aset adalah sebuah aset sekuritas.

Beberapa Metode Staking yang Tersedia

Sebagian besar aset kripto yang mendukung staking menawarkan penggunanya berbagai cara untuk mendapatkan insentif dari staking atau staking reward. Dalam hal ini, Ethereum menawarkan staking secara solo atau metode di mana pengguna dapat menjalankan node validatornya sendiri.

Sebagai sebuah layanan, staking membebaskan pengguna dari tanggung jawab untuk memelihara node validator, sembari tetap memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan. Di sisi lain, pengguna yang menjalankan staking melalui staking pool bisa mendapatkan token likuiditas ERC-20 yang mewakili ETH yang telah mereka stake.

Berbeda dengan Ethereum, Solana menawarkan fasilitas delegated proof-of-stake. Lewat fasilitas ini, pengguna dapat mendelegasikan token ke validator yang bertugas dalam memproses transaksi dan menjalankan node di jaringan.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori