Lihat lebih banyak

Fetch.ai Raup Pendanaan US$40 Juta dari DWF Labs

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Fetch.ai, perusahaan startup yang berfokus pada artificial intelligence, berhasil meraup pendanaan US$40 juta dari DWF Labs
  • Dengan suntikan pendanaan tersebut, Fetch.ai berniat membangun ekosistemnya menjadi lebih mumpuni di banyak wilayah.
  • Dalam sebuah pernyataan, saat ini, Fetch.ai tengah membangun alat yang mampu menjembatani komunikasi dan kegiatan antara aplikasi dan artificial intelligence.
  • promo

Di tengah merosotnya kepercayaan pasar terhadap aset digital, Fetch.ai, startup blockchain yang berfokus pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), berhasil meraup pendanaan sebesar US$40 juta atau sekitar Rp601,85 miliar dari DWF Labs. Dengan suntikan pendanaan tersebut, Fetch.ai berniat membangun ekosistemnya menjadi lebih mumpuni di banyak wilayah.

Dalam sebuah pernyataan, saat ini perusahaan rintisan yang berbasis di Inggris itu tengah membangun alat yang mampu menjembatani komunikasi dan juga kegiatan antara aplikasi dan AI. Oleh karena itu, Fetch.ai masih terus mengembangkan infrastruktur jaringan, autonomous agent, dan decentralized machine learning untuk mewujudkan ambisinya.

Dalam utas Twitter, Chief Executive Officer (CEO) Fetch.ai, Humayun Sheikh, mengatakan bahwa dengan adanya kerja sama dengan DWF Labs, perusahaan siap mengembangkan bisnis di pasar Asia.

“Kami siap lepas landas setelah bekerja sama dengan DWF Labs,” jelasnya.

Platform yang dibangun perusahaan bertujuan untuk membangun autonomous economic agent (AEA), yang pada akhirnya mampu menghasilkan nilai ekonomi bagi pemiliknya. AEA sendiri merupakan smart agent yang mewakili individu, organisasi ataupun objek dan beroperasi secara independen.

Fetch.ai mengklaim AEA mampu menyederhanakan intraksi dengan blockchain. Mekanisme yang berjalan adalah dengan bertindak sebagai smart wallet yang bisa menyembunyikan sebagian besar kerumitan yang ada dalam penggunaan blockchain bagi end user.

Di bidang lainnya, Sheikh menambahkan bahwa Fetch.ai juga bisa digunakan dalam pembuatan model pembelajaran, memberikan pendekatan AI yang lebih adil dan bisa dilacak. Hal itu dimungkinkan karena sistem yang dibangunnya menggunakan distributed ledger, sehingga setiap entitas bisa memasukkan data ke dalam model tersebut.

Artificial Intelligence untuk Membantu Kehidupan

Salah satu proyek percontohan Fetch.ai yang sudah meluncur adalah pengaplikasian solusi parkir berbasis artificial intelligence. Proyek yang sudah berjalan pada tahun 2020 itu membantu pengguna untuk menentukan tempat parkir gratis di kota.

Selain itu, perusahaan juga akan mengembangkan elemen keuangan di platformnya. Misalnya, menghadirkan chatbot untuk penerbangan dari satu negara ke negara lain. Chatbot itu tidak hanya berisi daftar penerbangan dan harga, melainkan hasil yang bisa dipersonalisasi sesuai dengan keinginan konsumen.

Sheikh memaparkan bahwa Fetch.ai bermaksud untuk menyediakan alat yang benar-benar menghubungkan hasil tersebut dengan pembelian tiket dan mekanisme transaksinya akan menggunakan token FET.

Managing Partner DWF Labs, Andrei Grachev, menambahkan bahwa Fetch.ai menyediakan solusi untuk membangun dan menerapkan aplikasi peer-to-peer secara otomasi dan kemampuan artificial intelligence.

“Arsitektur teknis dan pendekatan terdesentralisasi mereka terhadap machine learning menciptakan paradigma baru bagi pengembang dan pengusaha,” tambah Grachev.

Ancaman atau Peluang?

Pendanaan ini datang di tengah meningkatnya popularitas chatbot berbasis artificial intelligence, seperti ChatGPT dan software untuk pembuat gambar DALL-E. Meskipun keduanya tidak menggunakan teknologi blockchain, namun terlihat bahwa terdapat ceruk pasar yang belum digarap secara sempurna.

Sementara itu, CEO Galaxy Digital, Michael Novogratz malah beranggapan bahwa pemerintah belum menerapkan regulasi AI sama sekali. Selama ini yang berjalan adalah pemerintah hanya fokus untuk menyiapkan regulasi kripto. Padahal, ancaman yang lebih nyata berada pada teknologi AI. Menurutnya, teknologi tersebut bisa memicu terjadinya krisis identitas dengan menduplikasi seseorang dan dunia.

“Sebentar lagi anda akan mendapatkan Mike Novogratz palsu dengan rambut dan dunia palsu juga akan menjadi jauh lebih umum. Jadi bagaimana cara pembuktian identitas di dunia seperti itu?” Jelas Novogratz.

Walau begitu, ia percaya diri bahwa aplikasi berbasis blockchain akan memainkan peran vital untuk memerangi masalah yang disajikan oleh artificial intelligence.

Bagaimana pendapat Anda tentang pendanaan yang Fetch.ai dapatkan dari DWF Labs kali ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori