Trusted

Filipina Bersiap Luncurkan CBDC dalam 2 Tahun ke Depan

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Menyambut potensi pertumbuhan perekonomian di negaranya, Filipina menargetkan dalam 2 tahun ke depan akan menggunakan CBDC grosir.
  • Menariknya, Gubernur Bank Sentral Filipina (BSP) menegaskan bahwa CBDC besutannya tak akan menggunakan teknologi blockchain, seperti proyek CBDC pada umumnya.
  • Selain efisiensi, kehadiran CBDC juga dipercaya akan menjadi alat ampuh untuk melawan dominasi mata uang kripto yang makin tumbuh subur di Filipina.
  • promo

Derap pengembangan mata uang digital bank sentral alias central bank digital currency (CBDC) terus dimatangkan oleh berbagai negara. Kali ini, giliran Filipina yang memasang target untuk bisa segera memperkenalkan mata uang digital non-blockchain ke masyarakat umum. Menurut targetnya, dalam 2 tahun ke depan, salah satu lumbung padi ASEAN itu sudah secara aktif mengoperasikan CBDC bernama peso digital itu.

Dalam sebuah pernyataan, Gubernur Bank Sentral Filipina (BSP), Eli Remolona Jr, mengungkapkan keputusan untuk terus maju mengembangkan mata uang digital yang dimiliki oleh pemerintah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi di Filipina.

Menurutnya, dalam lima tahun ke depan, perekonomian Filipina bakal tumbuh 10% dan adanya opsi pembayaran baru yang lebih cepat dan efisien adalah salah satu kunci untuk menjawab pertumbuhan.

Namun, dirinya menegaskan bahwa CBDC yang akan dirilisnya nanti tidak akan menggunakan teknologi blockchain, melainkan bersandar pada sistem pembayaran dan juga penyelesaian transaksi yang dimiliki dan dioperasikan oleh bank sentral.

“Bank sentral lain telah mencobanya [CBDC blockchain], namun tidak berjalan dengan baik,” jelas Remolona.

Jenis CBDC yang akan digarap oleh Filipina juga adalah CBDC grosir (wholesale CBDC). Pihaknya memilih untuk mengejar efisiensi dan efektivitas transaksi dari sisi bank dan bank sentral melalui mata uang digital grosir ketimbang memacu CBDC retail. Pasalnya, CBDC retail dinilai bisa menimbulkan risiko disintermediasi maupun bank run saat terjadi tekanan keuangan.

Dari kacamata Remolona, dengan CBDC grosir, lembaga perbankan akan memiliki pilihan lain untuk menyimpan uangnya di bank sentral. Selain itu, proses penyelesaian transaksi yang terjadi di antara lembaga perbankan akan berjalan real-time.

Inisiatif CBDC Filipina Sudah Dimulai sejak Tahun 2021

Wacana terkait pemanfaatan mata uang digital di Filipina sebetulnya sudah muncul sejak tahun 2021 lalu.

Gubernur BSP kala itu, Benjamin Diokno, mengatakan kehadiran mata uang digital mampu memberikan manfaat untuk program bantuan tunai dari pemerintah. Selain itu, CBDC juga bisa menjadi alat untuk mendukung efisiensi implementasi program bantuan tunai. Dengan begitu, pada akhirnya, bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah bisa menjadi tepat sasaran dan transparan.

Kemudian, di tahun 2022, barulah Diokno memulai inisiatif untuk mengembangkan proyek uji coba yang dinamakan Project CBDCPh.

Kini, di era Remolona, pengembangannya menjadi semakin masif. Pihak bank sentral Filipina pun akhirnya memilih untuk mengesampingkan pengembangan CBDC retail dan tetap mendorong program CBDC grosir secara terjaga.

Lawan Dominasi Kripto

Selain efisiensi, kehadiran CBDC juga dipercaya akan menjadi alat ampuh untuk melawan dominasi mata uang kripto yang makin tumbuh subur di Filipina.

Remolona menyebut bahwa peredaran mata uang kripto saat ini berada di luar kendali pemerintah maupun otoritas pengatur mana pun. Sementara itu, jumlah adopsinya, terutama bagi mereka kalangan muda yang melek teknologi, sudah sangat tinggi.

Oleh karena itu, pihaknya akan menggunakan strategi yang sama dengan Swedia dengan e-krona, yakni menjadikan CBDC sebagai pelengkap digital uang tunai.

Menariknya, meskipun Bank Sentral Filipina secara tegas menyebutkan tidak akan menggunakan blockchain, bukan berarti negara tersebut sama sekali tidak tertarik dengan teknologi tersebut. Otoritas lain di Filipina rupanya masih ada yang menaruh perhatian terhadap pengembangan teknologi blockchain. BeInCrypto melaporkan pada bulan November tahun lalu, pemerintah Filipina mengaku akan merilis obligasi negara yang ditokenisasi senilai 10 miliar peso.

Selain itu, pemerintah Provinsi Bataan, Filipina juga sudah mengumumkan niatannya untuk menggunakan blockchain dan tokenisasi aset guna menyederhanakan sistem dan prosedur layanan pemerintah.

Gubernur Bataan, Joet Garcia, mengatakan tokenisasi juga mampu menarik minat calon investor untuk ikut masuk ke dalam berbagai proyek dalam negeri secara lebih cepat.

Bagaimana pendapat Anda tentang rencana pengembangan CBDC Filipina? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori