Harga Bitcoin (BTC) turun di bawah level US$19.000. Ini adalah pertama kalinya Bitcoin jatuh paling banyak dalam 2 minggu terakhir. Bitcoin sempat menyentuh US$18.568 pada hari Rabu (7/9) pukul 09:24 WIB, menurut data TradingView.
Penurunan harga terjadi setelah Bitcoin selama 10 hari diperdagangkan di sekitar US$20.000. Bitcoin telah berjuang untuk menembus US$21.000 yang nampaknya menjadi resistensi harga.
CEO manajer hedge fund kripto BitBull Capital, Joe DiPasquale, mengatakan kepada CoinDesk, “Setiap upaya yang gagal [untuk menembus zona resistensi tepat di atas US$20.000] meningkatkan kemungkinan pengujian bagian kisaran bawah harga [Bitcoin].”
Sebagai informasi, indeks S&P 500 terpantau tergelincir 0,41% pada hari Selasa (6/9) karena para trader khawatir Federal Reserve (The Fed) yang merupakan bank sentral Amerika Serikat (AS) dapat tetap agresif dalam kampanyenya untuk menekan inflasi di AS dengan menaikkan suku bunga.
Bitcoin sering diperdagangkan turun ketika ada spekulasi tinggi tentang kebijakan moneter yang lebih hawkish, sinyal atau indikator terjadinya situasi bullish atau bearish yang umumnya dipicu oleh kebijakan moneter yang bersifat mengetatkan.
Cointelegraph mencatat bahwa koreksi harga Bitcoin dari US$19.820 menjadi US$18.960 terjadi hanya dalam kurun waktu kurang dari 2 jam. Pergerakan ini menyebabkan likuidasi berjangka Bitcoin senilai US$74 juta di sejumlah bursa derivatif, yang merupakan terbesar dalam hampir 3 minggu.
Sebagai pengingat, harga Bitcoin sempat merosot tajam ke level US$17.600,61 pada 19 Juni 2022 pukul 03:51 WIB. Kejadian ini merupakan yang pertama kalinya sejak November 2020.
- Baca Juga: Survei Terbaru di Twitter Memprediksi Bitcoin (BTC) Tidak akan Cetak ATH Baru Sampai Tahun 2025
The Merge Ethereum Jadi Bahan untuk Mencela Bitcoin?
Dan Held, yang menyebut dirinya sebagai Bitcoin Mostamalist, mengatakan dalam Decrypt’s gm podcast bahwa The Merge Ethereum yang akan datang kemungkinan akan mengintensifkan perhatian dari para pencinta lingkungan yang mencela konsumsi energi Bitcoin.
“Saya pikir itu akan menambah tekanan pada konsumsi energi Bitcoin, karena mereka [dari sudut pandang orang awam] akan menunjuk ke Ethereum dan berkata, ‘Hei, blockchain ini tidak menggunakan banyak energi sama sekali, dan Anda [Bitcoin] menggunakan banyak.’ Hanya itu. Mereka tidak akan memahami cara kerja Proof-of-Stake vs Proof-of-Work, atau apa pun,” terang Dan Held.
Pandangan yang Terlalu Optimis dari Pendukung Bitcoin
Selain itu, Max Keiser, seorang veteran broadcaster dan Bitcoin Maximalist, pada tahun 2022 ini telah berkali-kali melempar cuitan di Twitter tentang harga Bitcoin yang dapat menyentuh US$220.000.
Pada 20 Juni lalu, dia mengulanginya lagi dengan mengatakan, “Perlu diingat, saya benar tentang Bitcoin selama 11 tahun, sedangkan Peter Schiff telah salah selama 11 tahun.”
Kemudian, Tim Draper, yang merupakan seorang pendukung Bitcoin, juga bersikeras bahwa harga Bitcoin akan melambung menjadi US$250.000 atau naik lebih dari 10 kali lipat pada tahun 2023 atau dalam 18 bulan ke depan.
Pernyataan yang keluar dari sang venture capitalist terkait prediksi optimis harga Bitcoin ini muncul selama wawancara dengan Forbes pada Januari 2022. Pada saat itu, harga Bitcoin berada di sekitar level US$41.000.
“Ini [2022] adalah tahun hal itu akan terjadi. Pada akhir tahun ini atau awal tahun depan [2023],” jelas Tim Draper. Namun, dengan harga Bitcoin yang saat ini tengah tertekan, prediksi optimis dari Tim Draper masih jauh dari kata tepat sasaran.
Saat dihubungi Forbes dalam liputan yang terbit pada 24 Juni lalu, dia bahkan mengulangi targetnya optimisnya, “Saya lebih yakin dari sebelumnya bahwa itu [harga Bitcoin di level US$250.000] terjadi pada akhir 2022 atau awal 2023.”
Di tengah market kripto yang masih diliputi ketidakpastian, Changpeng ‘CZ’ Zhao turut menanggapi prediksi optimis Tim Draper terkait harga Bitcoin. Sang founder & CEO Binance itu tidak meremehkan pandangan tersebut.
“Tim Draper yang legendaris membeli banyak Bitcoin dengan harga sekitar US$650, dan mereka masih mengatakan ‘easy come, easy go’ kepadanya ketika harga Bitcoin sekarang sekitar US$21.000. Sebenarnya, Bitcoin milik Tim Draper sempat turun menjadi US$200 pada suatu titik. Orang-orang menertawakannya saat itu. [Kini] siapa yang tertawa sekarang,” tulis CZ di Twitter pada 26 Juni lalu.
BTC Masih dalam Siklus Rebound?
Mike McGlone, senior commodity strategist untuk Bloomberg Intelligence, pada hari Selasa (6/9) mengatakan bahwa Bitcoin, saat ini, masih dalam siklus bull, tetapi siklus ini memanjang. Kehadiran BTC dalam siklus bull dibuktikan dengan konsolidasi, dengan diskon paling tajam ke rata-rata pergerakan 100 minggu.
Dia mendukung klaimnya dengan grafik yang menunjukkan bahwa terakhir kali Bitcoin menarik angka seperti itu pada tahun 2015 sekitar harga US$300 dan kemudian pada awal 2019 sekitar US$5.000.
Kesimpulan yang dibuat Mike McGlone bergantung pada tingkat harga minyak mentah selain Bitcoin. Kenaikan pesat harga energi pada paruh pertama tahun ini yang mengintensifkan perjuangan The Fed melawan inflasi, memberikan tekanan pada aset yang paling berisiko. Ketika hal itu mereda, harga kripto seharusnya rebound.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.