Lihat lebih banyak

Imbas Halving, Banyak Bitcoin Miner Diprediksi Beralih ke AI

2 mins
Diperbarui oleh Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Pasca halving, banyak Bitcoin miner diprediksi akan menggarap artificial intelligence (AI).
  • Tujuannya untuk mendongkrak pendapatan.
  • Beberapa miner sudah mulai menjalankan operasi AI.
  • promo

Pasca halving, banyak Bitcoin miner diprediksi akan melakukan migrasi teknologi ke artificial intelligence (AI). Data CoinShares menyebutkan, hal itu sengaja dilakukan sebagai langkah efisiensi guna menyiasati berkurangnya reward dari 6,25 menjadi 3,125 Bitcoin (BTC) dan untuk mendongkrak pendapatan.

Beberapa miner yang dilaporkan sudah mulai menggarap proyek AI dan mendulang pendapatan dari sektor tersebut adalah Hive dan Hut8. Kedua perusahaan ini sukses menghasilkan pendapatan sebesar 3,6% dan 2,9% dari total pendapatan melalui AI.

“Ke depannya, para miner yang mencari diversifikasi pendapatan dan potensi margin yang lebih tinggi cenderung berinvestasi pada AI,” jelas CoinShares dalam laporannya.

Lebih lanjut, CoinShares mengungkapkan bahwa pasca halving, para miner bakal menghadapi kenaikan biaya yang lebih tinggi. Pada kuartal keempat tahun lalu, laporan mengungkapkan bahwa rata-rata biaya produksi Bitcoin di antara para miner berada di rentang US$53.000.

Pasca halving, kenaikan biaya akan meroket karena di samping berkurangnya imbal hasil, biaya listrik dan produksi bakal meningkat hampir dua kali lipat. Salah satu solusi mitigasi adalah strategi optimalisasi biaya melalui penggunaan teknologi AI.

Tantangan bagi Miner Bermodal Kecil

Namun, bagi Bitcoin miner bermodal kecil, akan ada tantangan tersendiri. Pasalnya, mereka juga perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk memperkuat sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keterampilan dalam AI.

Perusahaan seperti TeraWulf dan Bitdeer secara aktif telah menjalankan operasi AI dengan cara memperluas kapasitas mereka.

“AI memerlukan waktu aktif yang sangat tinggi, biasanya 99% atau bahkan lebih. dan juga sistem redundansi yang canggih. Selain itu, downtime pada AI sering kali menimbulkan penalti kontrak yang bisa menyebabkan penundaan dalam memulai kembali aktivitas pemrosesan sebelumnya untuk jangka waktu yang lama,” tambah CoinShares.

Secara terpisah, Chief Executive Officer (CEO) Core Scientific Adam Sullivan dalam laporan CNBC, mengungkapkan bahwa perusahaannya telah menjalankan operasi crypto mining sejak 2017 dan mulai melakukan diversifikasi ke layanan lain pada 2019.

Tak hanya itu, perusahaan ini juga memiliki dan meng-hosting sistem dan GPU Nvidia DGX untuk komputasi AI. Bulan lalu, perusahaan telah bermitra dengan CoreWeave, penyedia cloud yang berfokus pada AI, untuk bisa meraup tambahan pendapatan sebesar US$100 juta tahun ini.

“Bitcoin mining adalah contoh dari awal komputasi bernilai tinggi yang menarik modal dalam jumlah besar dan mendorong operasi perusahaan. Namun, hanya sedikit operator yang mampu bertransisi ke AI,” tutupnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori