Temuan terbaru dari Consensys dan YouGov mengungkap bahwa masyarakat Indonesia ternyata semakin melek terhadap aset kripto. Posisi Indonesia saat ini berada di posisi tertinggi ke-2 Asia bersama dengan Korea Selatan dengan peningkatan kesadaran terhadap kripto sebesar 4%.
Riset yang dilakukan terhadap 1.041 responden dengan rentang usia di 18 – 65 tahun itu menyoroti tingginya tingkat kesadaran terhadap aset digital, dimana keamanan keuangan dan pendidikan tetap menjadi prioritas utama.
Namun demikian, sekitar 63% masyarakat Indonesia masih sulit memahami teknologi anyar ini sepenuhnya. Kondisi itu menekankan perlunya akses pendidikan yang lebih luas terhadap seluruh lapoisan masyarakat.
Sedangkan hanya 31% yang mengaku pernah mendengar apa itu kripto dan memahami bagaimana cara kerja teknologi tersebut.
“89% responden mengaku sangat memperhatikan keamanan transaksi dan investasi mata uang kripto. Survei ini juga mengungkap perubahan persepsi terhadap non-fungible token (NFT). Dari yang hanya memandangnya sebagai aset seni, menjadi aset yang memiiki potensi teknologi blockchain dan mampu menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif,” jelas laporan.
Secara total, mayoritas masyarakat pernah mendengar tentang kripto, dimana 95% dari responden mengetahui hal tersebut. Tetapi 48% dari jumlah tersebut menganggap bahwa teknologi kripto terlalu rumit dan hanya mereka yang mahir teknologi-lah yang bisa memasuki ekosistem tersebut.
Selain itu, 48% lainnya menganggap bahwa pasar kripto terlalu tidak stabil dan berisiko. Hal itu menjadi hambatan tersendiri bagi masyarakat untuk masuk ke lingkungan aset digital.
Kepercayaan Terhadap Institusi Keuangan Tradisional Luntur
Menariknya, tingkat kepercayaan terhadap masa depan kripto -meskipun tidak terlalu mendominasi- cukup menarik. Dimana 2 dari 4 responden atau sekitar 42% mengasosiasikan mata uang kripto sebagai masa depan kepemilikan digital. Sementara 1 dari 3 responden atau setara dengan 36% menghubungkan kripto dengan uang masa depan.
Namun proporsi mereka yang akhirnya memilih untuk membeli kripto tetap kecil. Karena dari 5, hanya 2 orang yang akhirnya membeli kripto.
“Mayoritas mereka yang mengetahui kripto, atau sekitar 58% berencana untuk berinvestasi ke dalamnya di 12 bulan ke depan,” tambah laporan.
Terlepas dari hal tersebut, survei itu juga mengungkap adanya penurunan signifikan dalam kepercayaan terhadap institusi keuangan tradisional dan layanan internet di Indonesia.
Kepercayaan terhadap institusi keuangan -termasuk bank, layanan pinjaman, dan investasi- turun sebesar 14%. Saat ini, hanya 66% masyarakat Indonesia yang menganggap sistem ini penting. Temuan ini menunjukkan adanya indikasi pergeseran kepercayaan masyarakat dari sistem tersentralisasi. Membuka peluang bagi alternatif desentralisasi untuk mendapatkan perhatian pasar jika mereka mampu mengatasi kekhawatiran tentang keamanan.
Co-Founder Ethereum dan Founder sekaligus CEO Consensys, Joseph Lubin mengatakan, peran penting blockchain dan desentralisasi dalam meningkatkan kepercayaan dan transparansi pengelolaan data tidak dapat diremehkan.
“Dengan 83% responden secara global menekankan pentingnya privasi data, survei ini juga menunjukan kekhawatiran terhadap misinformasi, isu yang mendesak di tengah situasi politik global dan adopsi AI yang semakin meluas,” jelasnya dalam keterangan resmi.
Bagaimana pendapat Anda tentang hasil survei yang menyebutkan tingginya tingkat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kripto ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.