Berdasarkan data CPI terbaru, inflasi AS naik ke angka 3% secara year-over-year (YoY) pada 12 Februari 2025. Sementara, inflasi inti mencapai 3,3%. Angka ini melampaui ekspektasi, lantas memantik respons negatif di kalangan investor kripto.
Total kapitalisasi pasar kripto tercatat menyusut 5% kemarin (12/2), sementara Bitcoin terkapar ke bawah US$95.000.
Lonjakan Inflasi Berpotensi Menggoyang Momentum Pasar Kripto
Level inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 2024. Pelaku pasar khawatir bahwa The Fed mungkin akan memperketat kebijakan lebih cepat dari perkiraan. Hal ini tak pelak mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih aman dibandingkan kripto. Volatilitas jangka pendek di pasar kripto pun semakin mungkin terjadi karena trader mulai menyesuaikan strategi mereka.
Investor mencermati situasi ini dengan waspada. Sebagian mungkin memilih keluar dari pasar kripto dan memindahkan dana ke investasi yang lebih stabil. Pergeseran ini bisa memicu fluktuasi harga yang lebih tajam. Analis memproyeksikan pasar akan tetap labil hingga The Fed akhirnya memberikan arahan kebijakan yang lebih pasti.
Pada 11 Februari, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan kepada Komite Perbankan Senat bahwa ia tidak ingin tergesa-gesa untuk memangkas suku bunga. Di sisi lain, Presiden Trump justru mendorong pemotongan suku bunga yang lebih dalam guna menekan inflasi yang tinggi. Namun, Powell tetap kukuh pada pendekatannya.
Pelaku pasar kini tengah bersiap menghadapi penyesuaian lebih lanjut sembari menunggu pernyataan kebijakan lanjutan dari The Fed.
Terlebih, pasar kripto sebelumnya sudah terguncang oleh kebijakan tarif impor Trump atas Kanada, Meksiko, dan Cina. Ancaman perang dagang dan faktor ekonomi makro lainnya memicu likuidasi senilai US$2 miliar di pasar kripto pada 3 Februari.
Beberapa laporan menyebutkan, nilai likuidasi bahkan melampaui angka US$10 miliar, melebihi rekor tahun 2022 selama crash FTX.
Namun, pasar sempat menunjukkan pemulihan setelah tarif terhadap Kanada dan Meksiko ditangguhkan sementara selama satu bulan. Namun, data inflasi terbaru ini diprediksi akan memberikan dampak yang lebih luas terhadap sentimen bearish dalam jangka pendek.
Sejak pengumuman CPI kemarin, Fear and Greed Index Bitcoin merosot ke zona ‘Fear’. Beberapa analis terkemuka, termasuk Arthur Hayes, memprediksi bahwa BTC berisiko terjatuh hingga ke US$70.000 seiring ketidakpastian ekonomi makro yang terus berlanjut.
Pada akhirnya, proyeksi jangka panjang tetap bernada bullish. Mayoritas analis yakin Bitcoin berpotensi mencetak rekor harga all-time high (ATH) baru sebelum akhir tahun.
Bagaimana pendapat Anda tentang lonjakan inflasi AS serta imbasnya ke pasar kripto? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
![mohammad.shahidullah.png](https://id.beincrypto.com/wp-content/uploads/2024/10/mohammad.shahidullah.png)