Trusted

Inflasi AS Reda, Pasar Kripto Siap Untuk Reli?

3 mins
Diperbarui oleh Adi Wiratno
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Penurunan inflasi memberikan kejutan positif bagi pasar, meningkatkan optimisme bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun.
  • Pergerakan Bitcoin tidak seperti pola historis pasca-halving yang biasanya memicu reli kuat, harga BTC kali ini lebih mendapat pengaruh dari faktor makroekonomi dan keterlibatan institusional.
  • promo

Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS) terbaru menunjukkan bahwa angka inflasi turun ke level 2,8% pada Februari. Capaian itu lebih rendah dari ekspektasi yang mencapai 2,9% secara tahunan (YoY). Penurunan ini memberikan kejutan positif bagi pasar, meningkatkan optimisme bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun.

Menariknya, pasca rilis data CPI, harga Bitcoin (BTC) langsung merespons dengan kenaikan moderat, melonjak ke US$83.371. Penurunan inflasi mengurangi kemungkinan kebijakan moneter yang lebih ketat, sehingga mendukung sentimen risiko di pasar.

Selain itu, indeks saham utama AS juga mencatatkan kenaikan, menunjukkan respons positif dari investor terhadap berita tersebut. Tetapi meskipun inflasi utama turun, inflasi inti (Core CPI) tetap di 3,1% secara tahunan. Sedikit berada di bawah estimasi 3,2%.

Inflasi inti tidak mencakup komponen yang lebih volatil seperti makanan dan energi. Ini merupakan penurunan pertama baik dalam CPI utama maupun inti sejak Juli 2024, mengindikasikan inflasi mulai terkendali.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, inflasi secara keseluruhan turun. Hal itu secara jelas akan meningkatkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga. Baik suku bunga maupun nilai tukar dolar/yen merespons dengan penurunan yang berdampak positif terhadap harga kripto.

“Jika inflasi terus mengalami penurunan, The Fed kemungkinan bakal mengadopsi kebijakan yang lebih dovish dan membuka peluang lebih besar bagi likuiditas untuk masuk ke pasar,” jealas Fyqieh melalui keterangan resmi.

Harga Bitcoin Ada di Persimpangan

Bitcoin saat ini berada dalam titik krusial dalam siklusnya. Tidak seperti pola historis pasca-halving yang biasanya memicu reli kuat. Pergerakan BTC kali ini lebih mendapat pengaruh dari faktor makroekonomi dan keterlibatan institusional.

Menurut Fyqieh, perbandingan siklus Bitcoin sebelumnya (2012-2016 dan 2016-2020) menunjukkan lonjakan harga yang lebih agresif dibandingkan dengan siklus saat ini. Namun, sejak Oktober 2024, harga BTC mengalami kenaikan signifikan, diikuti oleh konsolidasi pada Januari 2025 dan koreksi pada akhir Februari.

“Berbeda dengan siklus sebelumnya yang lebih didorong oleh spekulasi ritel, Bitcoin kini lebih dipandang sebagai aset investasi yang matang. Pengaruh investor institusional, bank, dan pemerintah telah mengubah dinamika pasar, membuat pergerakan harga BTC lebih stabil dibandingkan lonjakan ekstrem di masa lalu,” ungkapnya.

Seiring waktu, reli Bitcoin tampaknya semakin melemah. Siklus 2012-2016 dan 2016-2020 menunjukkan kenaikan eksponensial, sementara siklus 2020-2024 dan saat ini lebih moderat. Salah satu indikator utama, rasio MVRV Pemegang Jangka Panjang (LTH), menunjukkan bahwa laba yang belum direalisasi di antara pemegang jangka panjang semakin menurun.

Jika tren ini berlanjut, Bitcoin mungkin mengalami siklus yang lebih panjang dan stabil, bukan reli parabola yang eksplosif seperti sebelumnya. Selain itu, faktor politik juga berperan dalam pergerakan harga Bitcoin. Sikap pro-kripto dari mantan Presiden Donald Trump serta meningkatnya adopsi BTC di tingkat negara bagian menambah variabel yang tidak terduga dalam siklus ini.

Fyqieh menjelaskan meskipun pasar tidak bereaksi terlalu antusias terhadap White House Crypto Summit, perkembangan seperti ini menandai langkah besar dalam adopsi Bitcoin oleh pemerintah.

Prospek BTC: Kemana Arah Selanjutnya?

Dalam analisis Fyqieh, harga Bitcoin secara teknikal  baru saja menembus level psikologis US$80.000 setelah sebelumnya sempat turun ke titik terendah US$76.555 sejak 10 November.

Pergerakan harga terbaru menunjukkan pola segitiga naik, yang bisa memicu lonjakan di atas resistensi US$84.000. Saat ini, BTC memang mengalami koreksi setelah menyentuh puncak pola ini, tetapi tren bullish tetap bertahan selama harga tidak jatuh di bawah US$81.000—karena jika itu terjadi, tren naik akan batal.

“Bagi yang memilih strategi lebih konservatif, posisi long bisa menunggu konfirmasi penembusan dan menetapkan stop loss di bawah garis resistensi. Level ini akan berubah menjadi support jika BTC benar-benar breakout,” jelas Fyqieh.

Target berikutnya untuk BTC ada di US$86.750, dengan level stop di bawah US$84.000. Namun, untuk benar-benar membalikkan tren bearish, BTC harus mampu menembus US$91.000 dalam beberapa hari ke depan. Saat ini, volume perdagangan masih sedikit di bawah rata-rata, yang menunjukkan bahwa pergerakan naik ini bisa jadi hanya pemulihan jangka pendek.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

adi-wiratno.jpeg
Adi Wiratno
Adi adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 9 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori