Bybit, crypto exchange yang kini bercokol di Dubai, tampaknya bakal lebih agresif menjalankan ekspansinya di Asia Tengah. Hal itu sejalan dengan sudah dikantonginya izin prinsip dari Otoritas Jasa Keuangan Astana (AFSA), selaku regulator keuangan Kazakhstan.
Terpilihnya Kazakhstan sebagai destinasi baru pengembangan bisnis Bybit bukanlah tanpa alasan. Lokasi Kazakhstan yang berdekatan dengan wilayah CIS menjadi alasan utama Bybit. Menurut pandangannya, negara yang tergabung dalam CIS menunjukkan kemajuan luar biasa dalam hal adopsi kripto dan pemanfaatan blockchain.
Dalam laman resminya, dijelaskan bahwa langkah tersebut dipercaya akan membuka jalan bagi pengembangan bisnis aset digital di wilayah Commonwealth of Independent States (CIS), alias negara-negara eks-Uni Soviet yang merdeka; seperti Ukraina, Azerbaijan, Belarus, Armenia, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Moldova.
“Pencapaian itu menandai komitmen Bybit untuk memperluas kehadirannya di pasar negara berkembang yang dinamis,” jelasnya.
Bybit mengakui setelah menyelesaikan aplikasi secara penuh, perusahaan baru akan diizinkan untuk memfasilitasi perdagangan aset digital dan kustodian di bawah pengawasan Astana International Financial Center (AIFC) Kazakhstan.
Kazakhstan sendiri sebenarnya sudah bermimpi untuk menjadi pusat dari teknologi kripto global. Cita-cita itulah yang pada akhirnya membuat sikap negara lebih terbuka terhadap inovasi dan pembaruan.
Pada Mei tahun lalu, Kementerian Pengembangan Digital, Inovasi dan Industri Kedirgantaraan Kazakhstan sudah menggandeng crypto exchange global lain, yaitu Binance. Melalui kemitraan itu, mereka akan mengembangkan pasar aset virtual di sana. Selain itu, ada pula niatan dari pemerintah setempat untuk merilis kerangka kerja dan regulasi yang mengatur aset kripto.
Pemerintah Kazakhstan Dapat Cuan dari Para Miner Kripto
Selain perdagangan kripto, Kazakhstan juga dikenal sebagai surganya para miner kripto. Hal itu terjadi setelah pemerintah Cina dan beberapa kota besar di Amerika Serikat (AS) mulai memperketat aturan crypto mining yang akhirnya memicu eksodus ke Kazakhstan. Saat ini, bahkan wilayah tersebut digadang-gadang menjadi salah satu negara rujukan utama bagi miner kripto global.
Dari aktivitas crypto mining, Kazakhstan tercatat berhasil mendulang pendapatan pajak sebesar 3,07 miliar tenge (KZT) atau sekitar Rp103,4 miliar di tahun 2022. Sampai dengan April tahun ini, Komite Pendapatan Negara Kementerian Keuangan mengaku sudah berhasil mengantongi pendapatan pajak sebesar 240 juta tenge atau sekitar Rp8,03 miliar.
Sejak 1 Januari tahun lalu, Komite Penerimaan Negara Kazakhstan sudah memberlakukan aturan baru terhadap industri kripto. Setiap crypto miner wajib membayar pajak yang tarifnya disesuaikan dengan jumlah listrik yang digunakan.
Namun, di April tahun 2022, pemerintah setempat berniat untuk merevisi komposisi penetapan tarifnya. Tarif pajak akan dinaikkan dan besarannya disesuaikan dengan nilai dari aset kripto.
Menteri Perekonomian Nasional Kazakhstan, Alibek Kuantyrov, menjelaskan opsi tersebut akan menambah pemasukan negara. Karena artinya jika harga kripto naik, maka pendapatan negara juga akan naik.
Melihat hal itu, Presiden Kazakhstan juga sudah menandatangi aturan terkait aset digital di 6 Februari kemarin. Langkah itu sekaligus menandai era baru dalam pengembangan aset kripto di yurisdiksinya.
- Baca Juga: Setelah Huobi dan OKX, Kini Giliran Bybit yang Berniat Beroperasi secara Legal di Hong Kong
Bybit Genjot Bisnis di Wilayah MENA
Langkah bisnis perusahaan pada tahun ini bakal cukup ekspansif. Selain CIS, Bybit juga berniat untuk memperkuat penetrasinya di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Hal itu pula yang membuat Bybit memindahkan kantor pusatnya ke Dubai World Trade Center, Uni Emirat Arab (UEA).
Ben Zhou, co-founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bybit, menjelaskan terlepas dari kondisi pasar yang bergejolak, perusahaan telah mengabdikan waktu untuk mengembangkan wilayah MENA dan mencari talenta berbakat di sana.
Di samping itu, perusahaan juga terus terlibat dengan Otoritas Pengatur Aset Virtual (VARA) untuk membuka jalan bagi pertumbuhan berkelanjutan di Timur Tengah dan sekitarnya.
Maka dari itu, tak aneh jika akhirnya Bybit mampu membukukan volume perdagangan hingga US$33,5 miliar di MENA dalam waktu kurang dari 1 tahun. Mereka mengaku berada di jalur yang tepat untuk menggandakan pencapaiannya di tahun ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang ekspansi crypto exchange Bybit ke Kazakhstan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.