Lihat lebih banyak

Krisis Bank Kripto Berpengaruh Positif terhadap Perdagangan Kripto Indonesia

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Oscar Darmawan mengungkapkan naiknya harga beberapa aset kripto dipicu oleh kasus Silicon Valley Bank (SVB) yang tengah menghadapi krisis.
  • Ia berpendapat bahwa krisis yang tengah dihadapi oleh institusi perbankan membuat para investor mengatur ulang portofolionya dan menganggap Bitcoin (BTC) sebagai salah satu aset lindung nilai.
  • Meski begitu, masih ada beberapa perusahaan kripto yang terdampak oleh krisis di sektor perbankan ini. Salah satunya adalah Circle, selaku perusahaan penerbit stablecoin USD Coin (USDC).
  • promo

Sejak Silvergate Capital mengumumkan menutup bisnis Silvergate Exchange Network (SEN) dan Silvergate Bank, pasar kripto bergerak semakin tidak menentu. Hal itu diperparah dengan kabar dari bank kripto lainnya, yaitu Signature Bank, yang ditutup oleh New York Department Financial Services (NYDFS) untuk melindungi deposannya. Hal itu disebut mampu memantik kekhawatiran bagi banyak investor, namun ternyata dalam kenyataannya harga dan perdagangan kripto di pasar malah sumringah.

Berdasarkan data Coingecko, beberapa koin populer, seperti Bitcoin (BTC), dalam perdagangan selama 7 hari terakhir justru menanjak 29,2% dan akhirnya betah bertengger di level US$26.622 per koin.

Naiknya harga BTC mendorong naik harga altcoin yang kapitalisasi pasarnya lebih rendah. Misalnya, Ethereum (ETH) yang dalam satu pekan juga berhasil naik 20% ke level US$1,739. Kemudian, ada pula Binance Coin (BNB) yang melonjak 20,9% ke level US$336,04. Tidak mau kalah, token Polygon (MATIC) ikut terbang 17,9% ke level US$1,21 per token, diikuti oleh Dogecoin (DOGE) yang dalam 7 hari ke belakang naik 13,8% ke level US$0,076027.

Krisis SVB Buat Investor Atur Ulang Portofolionya

Memandang hal tersebut, Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan, mengungkapkan naiknya harga beberapa aset kripto dipicu oleh kasus Silicon Valley Bank (SVB) yang tengah menghadapi krisis. Terlebih lagi, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) juga sudah mengeluarkan pernyataan bahwa pada 13 Maret, regulator tersebut sudah melakukan transfer seluruh simpanan dan aset SVB ke bridge bank yang dioperasikan oleh FDIC.

Hal tersebut sekaligus menandai dibukanya aktivitas perbankan secara normal, termasuk sistem perbankan online. Oscar mengatakan kasus tersebut membuat banyak investor mengatur ulang portofolio investasinya dan mengalihkannya ke aset kripto, khususnya Bitcoin, sebagai aset lindung nilai.

Aksi itu membuat harga BTC naik, dan pada akhirnya juga ikut mengerek harga altcoin lainnya. Menurut perkiraan, permintaan terhadap kripto akan tetap naik secara bertahap di tahun 2023 ini.

“Mengenai kasus SVB, Silvergate, dan Signature ada beberapa pihak yang mungkin merasa khawatir apabila kasus ini akan berdampak buruk bagi pasar kripto di Indonesia. Namun kebalikannya, hal tersebut malah justru berdampak cukup positif bagi perdagangan pasar kripto dalam negeri,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima BeInCrypto.

Persyaratan Ketat, Tidak Ada Crypto Exchange yang Pakai SVB

Lebih lanjut, Oscar Darmawan mengatakan bahwa aturan kripto di Indonesia sangat ketat. Salah satu syarat bagi crypto exchange yang melangsungkan bisnisnya di Indonesia dan teregulasi adalah harus menyimpan cadangan uangnya di lembaga perbankan yang ada di Indonesia.

Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada crypto exchange yang menggunakan SVB sebagai entitas untuk menyimpan cadangannya.  

“Jika industri perbankan di Indonesia masih berjalan dengan normal, saya yakin crypto exchange Indonesia pun juga akan begitu,” tambah Oscar.

Dirinya juga mengakui bahwa platform besutannya juga ikut merasakan dampak positif, karena kenaikan harga BTC yang dipicu oleh meningkatnya permintaan dan pembelian investor terhadap kripto.

Regulator industri jasa keuangan Indonesia, OJK juga menyebut bahwa ditutupnya SVB tidak akan berdampak langsung terhadap industri perbankan Indonesia. Hal itu dikarenakan masing-masing entitas bank tidak memiliki hubungan bisnis, facility line maupun investasi pada produk sekuritisasi SVB.

Platform Kripto Asing Alami Nasib yang Berbeda

Silvergate Bank Kripto Signature SVB

Sayangnya, kondisi pasar di luar negeri justru berbanding terbalik dengan Indonesia. Seperti yang dialami oleh Circle, misalnya. Penerbit stablecoin USD Coin (USDC) itu mengaku menyimpan US$3,3 miliar dari total kapitalisasi pasar US$40 miliar di SVB. Hal itu sempat membuat harga USDC melorot ke bawah US$1. Namun, harganya sudah kembali naik di level US$1 pada perdagangan hari ini (17/3).

Selain itu, Paxos, yang juga merupakan penerbit stablecoin USDP dan BUSD, mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki dana US$250 juta yang disimpan di Signature Bank. Akan tetapi, dengan adanya kepastian langkah yang diumumkan oleh FDIC, membuat kondisi USDP sedikit lebih baik.

Bagaimana pendapat Anda tentang kondisi perdagangan kripto pasca krisis yang dialami oleh sejumlah bank? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori