Trusted

Laporan Pertama yang Identifikasi Kegagalan SBF dalam Mengelola FTX Akhirnya Terbit

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Manajemen baru FTX akhirnya merilis laporan berisi identifikasi kegagalan manajemen FTX sebelumnya dalam sejumlah area krusial.
  • Dalam dokumen setebal 45 halaman tersebut, tercantum perincian tentang kegagalan FTX Group menerapkan kontrol yang sesuai di area yang sangat penting untuk melindungi uang tunai dan aset kripto.
  • Selain itu, laporan tersebut mengatakan bahwa menyebut akar dari keruntuhan FTX Group adalah keangkuhan, ketidakmampuan, dan keserakahan di pihak SBF bersama para eksekutif puncak lainnya.
  • promo

Manajemen FTX yang baru pada hari Minggu (9/4) mengumumkan perilisan laporan pertama mereka yang mengidentifikasi dan membahas kegagalan kontrol oleh tim manajemen FTX Group sebelumnya di sejumlah area kritis, termasuk manajemen dan tata kelola, keuangan dan akuntansi, manajemen aset digital, keamanan informasi, serta keamanan siber.

Laporan tersebut didasarkan pada tinjauan manajemen FTX yang baru terhadap beragam informasi meliputi terabyte (TB) data dan komunikasi elektronik, lebih dari 1 juta dokumen, hingga wawancara yang dilakukan dengan 19 mantan karyawan FTX Group.

Pekerjaan ini dilakukan oleh pihak manajemen FTX yang baru melalui tim hukum, restrukturisasi, akuntansi forensik, keamanan siber, teknik komputer, kriptografi, blockchain, dan pakar lainnya.

Terkait hal ini, John J. Ray III, selaku CEO yang baru dan Chief Restructuring Officer FTX, mengatakan bahwa pihaknya merilis laporan pertama ini dalam semangat transparansi yang dijanjikan sejak awal proses kebangkrutan Bab 11 yang diajukan pada November 2022.

Tidak Dikelola Secara Bertanggung Jawab

Dalam dokumen setebal 45 halaman tersebut, disediakan semua perincian tentang temuan bahwa FTX Group gagal menerapkan kontrol yang sesuai di area yang sangat penting untuk melindungi uang tunai dan aset kripto.

Laporan itu menemukan bahwa FTX Group dikontrol ketat oleh sekelompok kecil individu yang secara keliru mengklaim mengelola FTX Group secara bertanggung jawab. Namun, kenyataannya, ditemukan sedikit minat dalam melembagakan pengawasan atau menerapkan kerangka kontrol yang tepat.

“Kami melanjutkan upaya kami untuk meninjau peristiwa yang menjadi faktor jatuhnya FTX serta untuk mengidentifikasi dan memulihkan nilai sebanyak mungkin bagi kreditur,” kata John Ray.

Laporan itu menyebut akar dari keruntuhan FTX Group yang spektakuler adalah keangkuhan, ketidakmampuan, dan keserakahan di pihak Sam Bankman-Fried (SBF), selaku pendiri dan mantan CEO FTX, bersama para eksekutif puncak lainnya.

Para eksekutif puncak FTX Group disebut menahan perbedaan pendapat, mencampuradukkan dan menyalahgunakan dana perusahaan dan pelanggan, berbohong kepada pihak ketiga tentang bisnis mereka, bercanda secara internal tentang kecenderungan mereka untuk kehilangan aset jutaan dolar Amerika Serikat (USD), serta dengan demikian menyebabkan FTX Group runtuh secepat pertumbuhannya.

Ketika FTX mengajukan kebangkrutan, mereka bahkan tidak memiliki daftar lengkap tentang siapa karyawannya.

Pada 31 Juli 2019, basis kode FTX diubah sehingga memungkinkan Alameda Research, market maker yang terafiliasi dengan FTX, dapat menarik aset kripto dalam jumlah tidak terbatas dari FTX. Seminggu kemudian, basis kode FTX diubah untuk membebaskan Alameda dari likuidasi otomatis.

Menariknya, FTX Group turut disebutkan menyimpan hampir semua aset kripto di cold wallet.

Kegagalan Kontrol FTX Picu Risiko sejak Awal

Laporan itu menyimpulkan bahwa kegagalan kontrol mendalam FTX Group menempatkan aset dan dana kripto yang mereka kelola dalam risiko sejak awal. Hal ini juga memperumit upaya pemulihan bagi para pihak yang menjadi korban.

Sampai saat ini, manajemen FTX yang baru telah memulihkan dan mengamankan dana lebih dari US$1,4 miliar dalam kripto, dan telah mengidentifikasi dana tambahan senilai US$1,7 miliar dalam kripto yang sedang dalam proses pemulihan. Adapun total liabilitas FTX diperkirakan mencapai US$12 miliar.

Per 28 Maret lalu, SBF menghadapi 13 dakwaan pidana. Walau begitu, SBF masih ngotot tidak bersalah atas sejumlah tuduhan penipuan karena diduga menyalurkan miliaran dolar AS dana pelanggan di FTX ke Alameda.

Tiga orang dekat SBF di FTX dan Alameda, yakni Gary Wang, Caroline Ellison, dan Nishad Singh, telah mengaku bersalah melakukan penipuan dan bekerja sama dengan pemerintah AS.

SBF saat ini tidak ditahan karena memberikan paket jaminan US$250 juta dan diperkirakan akan diadili pada Oktober 2023. Sebagai pengingat, dia ditangkap di Bahama pada Desember 2022 dan kemudian diekstradisi ke AS.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori